Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Dapat Kiriman Kartu Pos dari Kompasianer Umm Mariam

Diperbarui: 14 April 2016   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kartu pos. Pertama kali kirim-kiriman kartu pos kelas III SMA. Sama teman-teman sedunia yang saya kenal dalam pertemuan tingkat tinggi palang merah dan bulan sabit merah di Cebu, Filipina. Setelah itu, saya jadi suka mengumpulkan kartu pos. Koleksi perangko sudah saya mulai sejak SD karena bapak suka surat-menyurat. Ketularannnnn.

Naaaah, ini tahun 2016. Sudah jamannya internet. Orang nulis pesan pakai email, WA, BB, FB dan entah apalagi. Walaupun demikian, benda jadul ini masih saya sukai. Selain mengirim kartu pos rupanya, saya tetap dapat! Ho ho hooooo ....

Jederrrr ... kemarin, Rabu 13 April 2016, suami sudah buka kotak surat di depan rumah dan berteriak “Semua untuk Gaganawati“. Sepucuk surat dari ibu di Semarang dan tiga lembar kartu pos dari wanita sholehah, cantik, cerdas, luhur dan baik; kompasianer Umm Mariam. Mbak Sisiiiiiiiiii! Waduhhhh ... senengnyaaaa ...

[caption caption="Apa kabar, kompasianer Umm Mariam?"][/caption][caption caption="Istana Maimun ... megah!"]

[/caption][caption caption="Gedung kantor pos, tua bersejarah dan tetap indah!"]

[/caption]Ihhh seru gambarnya: Istana Maimun, peta dan pasangan dari Medan serta kantor pos Medan tahun 1911. OMG! Unik dan indahnya Sumatra Utara .... betul, seperti katamu, mbak Sisi, saya harus mampir Medan. Duuuuh ... kapan yaaaaaa? Katanya, Medan panas tapi asyik. Haha ... di Jerman, panas cuma ada di musim panas aka tiga bulan. Itu saja nggak tiap hari. Jadi kalau ada panas dan matahari, memang harus dinikmati selagi nggak di Jerman ... Indonesia memang mirip oven.

Sepertinya, mbak Sisi sedang atau barusan berlibur ke Indonesia. Kapan kali tinggal di Australia, terus di Arab ... entah mana lagi ... Never tired. Semangat, yaaaa. Enjoy your "me" time.

Tambahnya, buku saya menemani hari-hari di ladang. Aduuuhh asyik. Romantissss. Bayangin kompasianer Umm Mariam duduk di balai-balai pematang sawah sampai ketiduran, wong anginnya semilir. Burung beterbangan, kupu-kupu ... awwww ... kayak film Indonesia, deh.

Yang belum koleksi buku saya, segera ya ... jangan cuma liat atau dibuat bantal tidur. Bacalah, semoga terinspirasi, kalau tidak terinspirasi ... uang tidak kembali. Hehehe.

Oh, iyaaaa. Di Jerman deket rumah, tepatnya di ujung gang, ada ladang juga, nih. Namanya juga tinggal di sekitar hutan dan gunung. Di sana, kadang ditanam gandum, Raps dan bunga matahari untuk bahan minyak goreng, jagung yang kalau nggak dicolong babi ngepet eeee ... dicabuti anak-anak kampung (ahhahahaaa ...). Pemandangan sudah cantik tambah josss. Para petani yang bekerja hanya satu dua untuk berhektar-hektar ladang. Alat beratnya yang banyak; traktor raksasa, alat penggaruk, alat sebar benih dan sebagainya. Paling sebel kalau sebelum hujan, petani pada tebar kotoran hewan untuk pupuk di ladang yang sudah digaruk. Baunya itu ... ya ampuuuuun, seperti septictank mbludak! Kadang, kami bercanda, “Paaaak, kamu kentut ya?“ Hahahaha.

***

OK, segitu saja ... mau laporan, biar yang ngirim bahagia kirimannya sudah sampai dan nggak kapok ngirim. Indahnya persahabatan di Kompasiana, dunia maya ...bukan Mulan. Jadi berinteraksi di Kompasiana, nggak hanya memicu keburukan, keributan, iri dengki dan permusuhan. Manfaat positif? Buanyakkkk. Komunikasi yang baik salah satunya, pertemanan yang baik. Thank you, dear Sisi. I’m very happyyyy. Love you. A big hug! Greetings from Germany.(G76)

P.s: Umm Mariam aka Sisi, Aha do kabar? Mir geht's gut. Dankeeeee.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline