Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Ingin Hidup Abadi? Menulislah!

Diperbarui: 7 April 2016   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan karya, buku dan museum. Saya yakini, itu peninggalan para penulis di dunia, untuk orang lain (saya, Anda, mereka).... Eit, penulis yang mana? Ya, mulai dari fiksi bisa, lagu boleh, biografi juga, travel kek dan lain-lain. Semua menulis, semua bermanfaat. Semua karya, membuat (nama) penulis hidup abadi. Menarik bukan?!

Nah, setelah pernah berkunjung ke rumah H.C. Andersen (penulis dongeng anak di Odense, Denmark), Karl Marx (penulis buku sosialis dan filosofi dari Trier, Jerman), Goethe (pujangga yang lahir di Frankfurt, sekolah di Leipzig dan meninggal di Weimar, Jerman), Schiller (pujangga kelahiran Marbach dan meninggal di Weimar, Jerman) dan E.T.A. Hoffmann (penulis roman, puisi, lagu dan masih banyak lagi, yang pernah tinggal di Bamberg, Jerman), kami berkesempatan melihat rumah penulis Karl May di Radebeul, Jerman. Dada rasanyaaaa ... bangga. Saya juga menulis, lho. Baru belajarrrr ....

[caption caption="Villa Shatterhand. dokpri"][/caption]

[caption caption="Karl May. dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Karl May dan Klara May. dokpri"]

[/caption]

Siapa sih, Karl May?

Orang-orang mengenang novelnya yang bernuansa cowboy dan suku Indian. Ya, betul;  American Old West series! Pernah lihat filmnya Jacky chan yang ada Winnetou? Dia  adalah sosok khayal yang ia ciptakan. Selain roman, puisi, drama dan lagu adalah karya yang pernah dibuatnya. Serba bisa!

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Awal kehidupan penulis yang lahir di Radebeul, 25 menit dari Dresden itu, tidaklah semanis cerita akhirnya. Bayangkan saja, ia lahir dari keluarga miskin dengan 14 anak. Sembilan diantaranya meninggal saat dilahirkan, Karl anak kelima. Masa mudanya pernah berantakan sekolah, bahkan pernah dipenjara karena mencuri. 

Allah memang penuh hidayah. Suatu hari, ia ketemu  dengan seorang penganut agama Katolik. Belajar. Karl kembali ke rumah orang tuanya dan mulai menulis. Itu sejak tahun 1874, usianya sudah 32 tahun. Apakah lewat tulisan ia disenangi pembacanya? Sepertihalnya di Kompasiana, tulisan kita bisa saja disukai orang atau bahkan ...  dicibir. Manusia bukan dewa, ohhh cerita dewa saja ada yang dibenci manusia kan? Begitu pula dengan kisah Karl. Tulisannya pernah dikomplen beberapa pembaca. Ia dianggap terlalu protagonist.

Apa dia putus asa lalu ngambek nggak nulis lagi? Tidak tentu tidak. Bahkan luar biasa. Tulisan Karl mengalir di tengah suka-duka kehidupan pribadinya. Ditambah, suatu hari, Karl menikah untuk kedua kalinya dengan Klara May. 

Memandangi ekspresi foto-foto mereka di dinding museum, tampaknya Karl dan Klara hidup bahagia. Sayang, umur Karl nggak sepanjang tetangga, kenalan atau saudara saya yang sampai umuran 80-90 an. Karl meninggal di usia 70 tahun, ukuran yang teramat pendek untuk orang Jerman. Takdir Tuhan memang nggak ada yang bisa prediksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline