Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Serunya Belajar Bermain Puisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1363635157101453975

Saya memang tak pernah menulis puisi. Terakhir kali menulis mungkin waktu SMA. Saya masih suka membacanya … sayang tak ada bakat disana. Tapi entah mengapa kali ini, saya tersihir sebuah lomba bermain puisi yang diadakan mas Budi Maryono dari LKW.

Lihat saja bagaimana ia berhasil menghipnotis peserta online. Puisi satu bait ? Wih. Hadiahnya not too bad. Puisi terindah pilihan mas Bud mendapat hadiah Rp 51.000 dan 3 buah buku, Rp 52.000 dan 2 buah buku, serta Rp 53.000 dan 1 buah buku. Saya ingat, hadiah bukan tujuan utama lomba, ini lebih pada membangun rasa PD dan talenta yang ada.

Unik dan lucu, lombanya ditutup sewaktu-waktu sesuka penulis yang memiliki nama pena, Nora Umres ini. Xixi.

Coba simak penjurian privat mas Bud :

TERBAIK III: karya Mitsalina Maulida Hafizh

Rindu itu masih sama

Masih kubiarkan menumpuk di balik pintu

Biar saja, biar kala kau datang dan membukanya

Kau akan tahu, betapa rindu itu

Membuncah, parah, pasrah

TERBAIK II: karya Puguh Prasetyo

Sesingkat inikah waktu yang kauberikan

Aku telah membalikkan pelangi di antara tangisan hujan

Membenamkannya sedalam luka yang kautusukkan

Haruskah kubiarkan kau pergi

Meninggalkan aksara tanpa bisa kueja

TERBAIK I: Winarti Riyadi

Dan tahukah kauhujan?

Daun-daun yang putus asa

Kaupisahkan dari tangkainya

Waaah … bagus-bagus dan dalam, ya ? Ngiler saya bacanya. Bukaaaan-bukaaan. Saya bukan iri. Semangat mengikuti malah. Hayukkk.

***

[caption id="attachment_250283" align="aligncenter" width="505" caption="Belajar bermain biola eh puisi"][/caption]

Karena pemenang pertama menghibahkan hadiahnya, lomba berlanjut. Meramu lima kata maksimal lima baris pendek saja; Jari, garis, merah, kedap dan biola ... beginilah hasil puisi saya:

Hai, biola warna merah!

Kau sihir jari-jemari orang tanpa dadah

Yaiy! Telingaku tiba-tiba kedap suara

Meretas nadamu yang indah.

Dan gundahpun, hilanglah sudah

Menuntun jiwa hingga sebuah garis yang tiada terpecah !

Dan ternyata … setelah terkirim, baru saya hitung. Jumlahnya lebih dari LIMA! Dan tidak boleh bertanya, apalagi berkata-kata. Oalah Ganaaaa … Gana. Matematika dan reading comprehension dapat berapa, siiiiiiiiiiih? Sing penting semangkaaaa … Hahahaha. Belajar bermain puisi. Nite-nite.(G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline