Heilige drei Könige atau tiga raja yang bijak diperingati hari ini, 6 Januari 2014. Tradisi ini masih hidup di lingkungan kami di Blackforest Jerman selatan.
Selain adanya tiga raja yang mendatangi rumah-rumah dari pintu ke pintu dan menuliskan sesuatu di sana, ada sebuah roti yang dipercaya membawa keberuntungan. Menarik!
[caption id="attachment_314182" align="aligncenter" width="640" caption="Didalamnya ada roti, mahkota kertas warna emas dan satu figur raja (dok.Gana)"][/caption] [caption id="attachment_314167" align="aligncenter" width="440" caption="Dreikönige, tiga raja yang bijak dengan tongkat bintangnya (dok.Gana)"]
[/caption]
***
Hari Minggu, 5 Januari 2014. Anak sulung kami ulang tahun. Ketika sedang memanggang roti, bel pintu rumah berbunyi.
„Mama ... Sternsinger.“ Ternyata ada kelompok penyanyi bintang. Tiga di antaranya menyerupai figur tiga raja yang bijak. Merekapun menyanyikan lagu yang ada kata „Stern über Bethlehem zeigt uns den Weg ... (terusannya saya tidak hafal)“ berarti, oh, bintang, tolong tunjukkan jalan yang tepat. Menurut kisah, tiga raja itu mendapat firasat dari malaikat, agar menghindari jalan yang sama dan mencari jalan yang aman demi menghindar dari serangan Herodes yang berniat membunuh bayi Yesus. Herodes diceritakan membunuh semua anak di Bethlehem karena dikatakan salah satunya akan menjadi calon raja. Berharap dengan menempuh jalan lain yang ditunjukkan cahaya bintang,
[caption id="attachment_314168" align="aligncenter" width="423" caption="Coret pintu, 20+C+M+B (dok.Gana)"]
[/caption]
Setelah usai menyanyi, mereka mendoakan rumah kami. Salah satunya mencoret daun pintu bagian teratas. 20+C+M+B. Yang artinya, 20 menandakan abad, 20 Jahr Hundred. Dan alfabetnya, Caspar, Melchior, Baltasar, nama ketiga raja. Salah satu anak menanyakan di mana anak sulung kami, kok tidak ada di depan pintu sementara kami berempat membuka pintu. Kami mengatakan, ia di kamar, hari ini ulang tahunnya. Lagupun bertambah dari grup penyanyi itu. „Zum Geburtstag viel glück 2x ... zum Geburtstag alles gute, zum Geburtstag viel glück“, selamat ulang tahun semoga penuh keberuntungan dan kebaikan. Indah, ya? Luar biasa.
Suami saya memasukkan 5 euro di dalam kotak amal yang dibawa seorang anak. Biasanya, seperti yang sudah-sudah, uang yang terkumpul dimanfaatkan untuk kesejahteraan anak di sebuah daerah tertinggal di negara dunia ketiga.
Pintu segera kami tutup. Mereka menghilang dari pintu. Baru sadar, saya hanya pakai daster! Brrrr ... dingin.
Tradisi ini kami temui sejak tinggal di rumah kami. Sewaktu di rumah mertua, ini tak pernah kami jumpai. Sepi. Barangkali karena masyarakatnya tidak sehidup di tempat kami bermukim saat ini. Kekeluargaannya lebih kental, meskipun seperti tempat pertama, tempat kami juga ditumbuhi banyak pabrik!
Acara memasak usai, pukul 15.00 acara Kaffe trinken. Minum kopi dan camilan kue (kue pisang, kue apel dan Brownies). Kami kedatangan tamu; om, tante, keluarga kompasianer Cici, kawan-kawannya dan ... kompasianer Eberle!
Mula-mula, keluarga kompasianer Cici membunyikan bel. Mbak Nenen sudah tak sabar bermain dengan anak-anak mereka yang baru beberapa bulan tiba di Jerman. Setelah itu baru tante dan om datang. Cium kanan, kiri. Kamipun duduk-duduk menghirup teh dan kopi serta menyantap roti buatan saya.
Setelahnya, saya membuat tumpeng. Pintu dibel lagi, ada kompasianer Eberle sarimbit. Rupanya, mereka mengantar roti Dreikönige. Roti tiga raja yang mereka beli dari Schaffhausen, Swiss itu memang sengaja dibeli untuk saya dan mbak Cici. Semua dapat satu. Yang unik dari roti yang mirip roti sobek Indonesia ini, tak hanya bentuknya yang seperti bunga. Ada tradisi bahwa siapapun yang berhasil mendapatkan sebuah figur plastik dari tiga raja itu, akan mendapatkan keberuntungan di tahun baru.
Oh, ya? Seorang anak tetangga yang datang untuk mengucapkan ulang tahun kepada anak kami menimpali. Ini betul, bahkan adiknya sedang memanggang roti yang sama. Biasanya, mamanya yang membuat. Karena anak-anak sudah besar, mereka berniat membuat sendiri.
Sepertinya baru sekarang saya dengar selama sekian tahun berada di Jerman. Kata kompasianer Eberle dan suami saya, ini dibawa dari Swiss. Ya, iya. Waktu itu kan kompasianer Eberle sedang dalam rangka berlibur di tempat peristirahatannya di Ascona, mampir Schaffhausen. Sedangkan tetangga yang bercerita itu memang ayahnya dari Swiss. Ibunya dari Jerman.
Hari ini, di hari Dreikönige, kami sudah tak sabar menanti, siapa yang berhasil mendapatkan satu figur itu. Setelah duduk di ruang makan di dapur, anak-anak sudah ribut memilih daerah yang dipastikan berisi sosok itu. Dua anak perempuan memilih di tengah. Karena tengahnya hanya satu, saya bagi dua ... haaaa .. tidak ada!
Suami saya mengiris salah satu. Huhhh .. juga tidak ada.
Saya mengucap bismilllaaahhh ... dan ... juga tidak ada.
[caption id="attachment_314181" align="aligncenter" width="640" caption="Roti tiga raja pembawa keberuntungan tahun baru (dok.Gana)"]
[/caption]
Lesu! Ya, sudah. Kamipun menikmati roti itu dan ... „Mama, stop ...“ kata suami saya. Ia mencabut sesuatu dari roti yang saya makan. Haaaaaaa ... sebuah orang-orangan dari plastik keluar dari sana, „Ich habe dich gerettet“ suami saya mengatakan ia telah menyelamatkan saya.
„Horeeee ... mama beruntung! Tahun 2014 tahunnya mamaaa ... „ Kedua anak memandangi saya dengan senyumannya. Ya, mama yang dapat, nduk! Padahal anak-anak gadis yang antusias. Saya usul, figur ini diberikan kepada anak sulung agar ia mendapat keberuntungan tahun ini. Menjadi anak yang baik dan membanggakan. Dia lebih perlu. Keberuntungan itu datangnya seribu banding satu, makanya, usaha dan doa tetap perlu!(G76)
PS: Begitulah gambaran tradisi masyarakat Jerman dan Swiss yang menyadarkan saya bahwa budaya itu akan lestari kalau dinikmati dan diteruskan oleh bangsa itu sendiri. Negeri tercinta Indonesia, juga memiliki aneka ragam budaya dan seni yang layak lestari hingga akhir jaman nanti. Siapa yang bertugas? Siapa lagi kalau bukan kita? Mari dimulai dari diri sendiri .... selamat pagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H