Saya sedang sedih. Ada orang yang ngrasani saya. Ngrasani atau membicarakan dibelakang orang yang ceritanya tidak benar. Itu tak ubahnya di depan manis, nggebug mburi alias memukul dari belakang.Mengapa tidak langsung ke sumbernya saja, ya? Biar jelas, agar enak untuk membicarakan duduk permasalahannya. Bagaimanapun saya percaya Allah menjadi saksi semuanya. Ada rahasia dan rencana yang tidak saya ketahui dari-Nya. Sapa salah seleh, siapa menanam akan menuai.
Untuk itulah, mending saya mengajak kawan Kompasianer untuk macapatan sebagai pelipur lara. Meskipun bukan Rebo legen (hari rebo pasarannya legi yang biasa digunakan banyak orang Jawa untuk berkumpul, bernyanyi, bercengkerama) tapi di Jerman masih Selasa.
Kali ini saya persembahkan lagu Jawa tembang macapat alit, Maskumambang. Bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas saha mbak-mbak … Mangga dipun wiwiti sareng-sareng, dimulai bersama yuk!
[caption id="attachment_265583" align="aligncenter" width="373" caption="Sinden sudah siap,mangga midhangetaken"][/caption]
Apa itu Maskumambang?
Maskumambang berasal dari kata mas (emas) dan kumambang (ngambang, mengapung). Ini ibaratnya anak lelaki yang mulai dewasa (beranjak dari anak-anak menjadi manusia sejati). Anak lelaki biasanya dipanggil mas. Laaah kalau sudah beristri atau sudah agak berumur dipanggil, Pak. Betul, ibu-ibuuuuu???
Kelek-kelek biyung Sira aneng ngendi?
Enggal tulungana
Awakku kecemplung warih
Gelagepan wus meh pejah
Artinya antara lain, ibu kamu dimana? Aku butuh bantuanmu segera disaat aku sedang mengalami musibah hidup segan mati tak mau.
Kosakata yang memang agak tidak biasa bagi saya dan tidak ditemukan dalam bahasa ngoko kasar yakni ; Biyung (ibu), sira (kamu), warih (air), pejah (mati). Biasanya ada dalam bahasa ngoko alus atau krama inggil, tingkatan bahasa Jawa yang lebih tinggi.
Kuncinya : 12i, 6a, 8 i, 8a
Ada lagi yang memakai bahasa Jawa yang ngoko …
Duh-duh aduh untuk kaya digraji
Lara sewu lara
Mremen-mremen tekan gusi
Gelagepan wus meh pejah (agak lupa benar tidak, ya yang terakhir ini haaa ada yang tahu ? Kayaknya salah deh, ini. Wih jaman SD-SMP jadul)
Maknanya antara lain : kalau lagi sakit gigi itu rasanya seperti digergaji. Sakitnya tak bisa digambarkan dengan kata-kata, apalagi kalau sudah sampai menyakiti gusi.
Nah, bagi yang sedang sakit gigi. Sambil nangis-nangis tak hanya lagunya Meggy Z “Sakit gigi” (lebih baik sakit gigi daripada sakit hati karena cinta). Waduhhh sepertinya sakit gigi juga masyaallah rasanya …jangan mengharap, deh. Apusi mawon, ding. Ojo gelemmm ... mboten purun.
Semoga berkenan. Ternyata ketika sedih, tak hanya melow dan galau nggak karuan juntrungannya. Biasa, orang kalau lagi sedih kan aneh-aneh. Ada lho, yang ingin bunuh diri. Amit-amit jabang bayi ... Lebih baik menyanyi lagu Jawa ini!
Sugeng nembang piyambakan wonten kamar mandi utawi manawi taksih gegujengan kalih garwa. Selamat menyanyikannya di kamar mandi atau saat berdua dengan pasangan di tempat tidur atau di sofa. Asoy. Kalau suami saya ikut nyanyi, asli blero-fals sekali. Wah, payah, Hunny!(G76).
P.s: Dulu waktu siaran gak pernah request ada yang mau Pangkur atau tembang macapat lain. Biasanya lagu punya RHCP, REM, Alanis Morisette, Krisdayanti, PAS band, AB3 dan masih banyak lagi. Eeee … kompasianer Pak Putu Suardana, ini dulu ya … lain kali tembang kasmaran, asmaradana, nggih? Semoga tetap menarik untuk calon garwa, sigaring nyawa. Kalau jadi menikah, saya jaga kado ya, Pak?Anak-anak mau kok jadi pengapit, tukang ngipasin pengantin di sebelah kanan-kiri. Haha. Hayu rahayu raharja niskala satuhu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H