Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Mengawasi Anak Balita Dengan Mata dan Insting Tajam

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13531098051945814713

Merawat anak-anak yang masih kecil, sering membutuhkan ekstra kesabaran, ketelitian dan cek re-cek orang tua agar tidak terjadi kecelakaan. Maklum, manusia tempatnya lupa dan salah.

Semoga bulan November yang juga diperingati dunia sebagai Child safety and prevention month atau bulan keselamatan dan perlindungan anak, selalu mengingatkan orang tua akan hal ini. Kalau tidak kita, siapa lagi?

[caption id="attachment_223937" align="aligncenter" width="601" caption="Tugas orang tua mengawasi anak-anak"][/caption]

Kecelakaan umur 3 tahun

Masih ingat di kepala ini sewaktu mbak Chayenne mengalami masa-masa yang mendebarkan di usia balita.

Suatu hari, ia tengah bercanda dengan sang eyang kakung. Gadis umur 3 tahun itu tampak seksama mengamati kakeknya menggunakan alat pijat elektrik. Seperti biasa, ayah saya itu akan terkantuk-kantuk dan tertidur pulas di sofa depan TV namun lupa menyingkirkan barang di tempat yang aman.

Tak berapa lama, mbak Chayenne meniru kakeknya menggunakan alat pijat itu. Tapi dasar anak kecil, ia tak tahu cara penggunaan yang baik dan benar. Alat itu akhirnya melumat rambutnya yang panjang. Ia tak menangis, hanya meminta si eyang untuk mengambil alat yang menggantung di rambutnya. Buntutnya, ayah saya memangkas rambut sampai akar rambut. Gaya rambutnya jadi lucu, kiri panjang, kanan pendek. Aduh, Ndhuuuk!

Kecelakaan umur 4 tahun

Mbak Chayenne waktu itu umur 4 tahun. Pada suatu waktu, ia meminta ijin untuk bermain ke rumah seorang teman kental (5 tahun). Tadinya agak ragu lantaran ia yang memiliki adik yang nakalnya masyaallah 360 derajat (2 tahun). Tapi setelah berbincang lewat telepon, saya ikhlas karena si ibu tinggal dirumah untuk mengawasi. Muncul kata sepakat bahwa saya akan menjemput anak gadis mungil saya pukul 18.00. Tapi entah mengapa, saya melanggar perjanjian tak tertulis itu. Saya jemput anak saya pukul 17.30. Perasaan saya gelisah dan langsung menuruti kata hati untuk membawanya sesegera mungkin. Tetapi alangkah kagetnya karena anak saya telah bersimbah darah, terlihat pula bagian putih di keningnya. Hiy. Keningnya bocor. Si ibu pemilik rumah panik, anak lelakinya telah mendorong mbak Chayenne dari tempat tidur hingga jatuh. Kepalanya beradu dengan Heizkorperheizung (red: besi pemanas ruangan yang tajam). Untung si empunya rumah memberi lap berisi es batu untuk menghentikan pendarahan.

Si ibu ingin menelpon ambulans di kota besar yang letaknya 15 menitan dari rumahnya. Ia kebingungan. Saya lebih memilih untuk membawanya ke praktek dokter kampung yang hanya 3 menitan dari tempat kejadian. Saya setir mobil, kepalanya saya ikat dengan lap dapur berikut es batunya. Waktu dokter menjahit kepalanya sebanyak 5 tusukan, saya serasa tak tahan tapi dikuat-kuatin. Nyesss. Bekasnya sebagai tanda mata hingga kini. Duh belangnya nggak ilang-ilaaaang. Semoga tak harus didiskon kalau dilamar orang karena cinta letaknya di hati bukan di kening.

Kecelakaan umur 5 tahun

Ketika Mbak Chayenne berumur 5 tahun, ia sering mampir ke rumah tetangga. Karena gadis kecil saya itu sedikit batuk, tetangga saya memberikan permen pelega tenggorokan. Saat mereka tengah bercakap-cakap sembari sesekali bercanda, tak disangka, permen itu membuatnya tersedak, tak bisa bernafas. Lantaran panik, wanita umuran 50-an itu merogoh kerongkongan anak saya hingga berdarah. Untung anak saya itu serasa mau muntah mulutnya diobok-obok jemari, hingga permen melompat sendiri. Ia menangis, memanggil-manggil nama saya. Tetangga segera menjemput saya. Saya peluk erat-erat, disayang-sayang lalu saya bawa pulang. Tangisannya reda. Ia cepat lupa, baru saja ia terhindar dari maut akibat tersedak. Alhamdulillah, Nakkk.

Menurut simulasi di film dan sejenisnya, dengan menekan perut dengan kedua tangan dari belakang, barang yang membuat tersedak akan meloncat dari mulut. Belum pernah melihat dengan gaya merogoh.

Bagaimana dengan peristiwa kecelakaan pada anak Anda?

Apa upaya sebagai orang tua?

Kecil-kecil anak ... ada saja kejadian dalam kehidupannya. Itulah mengapa banyak hal yang telah kami lakukan untuk melindungi anak-anak dari kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan, yakni:

1.Menggunakan sistem pengunci pada kompor agar tak sembarangan dipencet.

2.Melapisi stekker listrik dengan plastik pengaman khusus anti anak (hanya bisa dicolok kuat-kuat oleh orang dewasa, atau dengan sedikit putaran).

3.Menempatkan bahan-bahan kimia contohnya sabun untuk mencuci, di tempat yang tinggi, dibawah tapi terkunci atau dengan penutup pengaman.

4.Memasang alarm kebakaran di setiap titik ruangan di rumah.

5.Memasang sabuk pengaman pada anak ketika berada dalam perjalanan jarak dekat/jauh. Saat tidak ada yang model kedua pundak bisa menggunakan yang model silang, daripada tidak sama sekali.

6.Tidak membeli permen yang terlalu besar dan keras.

7.Meletakkan obat-obatan di kotak obat berkunci atau di tempat yang tinggi.

8.Mengharuskan mereka memakai helm ketika naik sepeda, roller, skateboard, ski dan olah raga lainnya.

9.Kalau perlu anak-anak dilengkapi dengan pelindung lutut tangan dan kaki.

10.Tidak meletakkan ember berisi air biasa (apalagi cucian) sembarangan/tanpa pengawasan.

11.Menjauhkan air mendidih dari anak-anak.

12.Memberi kode dan timing penyalaan TV.

13.Membeli mainan sesuai dengan usia yang tertera. Biasanya ada bahan-bahan kecil yang terkandung dalam mainan dan tak sesuai untuk anak dibawah umur 3 tahun karena kemungkinan gampang tertelan, saking kecilnya.

Ya, ya, ya ... Anak-anak biasanya aktif dan orang tua tak akan bisa mengawasi setiap detik. Padahal bisa jadi jeda satu detik sudah ada kejadian buruk yang akan dialami. Terlena. Disini insting orang tua sangat dibutuhkan. Semoga anak-anak mengerti ketika orang tua menjelaskan apa dan mengapa sesuatu itu boleh atau tidak boleh, baik atau buruk. Namanya juga anak-anak dikasih tahu malah semakin penasaran, weeehh lah malah dilanggarrrr. Bocahhh …. Bocah. (G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline