Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Saktinya Sticker Polisi Jerman

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1352366334103603716

Beberapa minggu yang lalu di bulan Oktober adalah Winterreifen pflicht yang berarti semua mobil wajib mengganti ban mobil musim panas dengan musim salju. Nyaman rasanya bulan ini sudah pakai ban yang semestinya. Tetangga depan rumah yang waktu itu lagi pamer mobil pinjeman Dodge hitam 4x4 RAM 2500, sudah ketangkep basah polisi, kena denda sekitar 80 Euro! Padahal untuk mengganti 4 buah ban hanya 15 euroan, 15 menit! Tekor.

Untuk mengganti ban, biasa suami saya sendiri atau diserahkan kepada bengkel. Ketika menyerahkan pada ahlinya, ada pengalaman menarik dari penggantiannya. Ini gara-gara tukang bengkel menolak pembayaran tanpa bon lantaran melihat sticker polisi di kaca depan mobil saya.

Ternyata, phenomena sticker polisi sakti yang bisa membuat takut orang tak hanya di Indonesia. Di Jermanpun ini memberi efek tersendiri bagi orang yang berniat melakukan kesalahan baik sengaja maupun tidak atau takut kena denda karena telah melakukan pelanggaran.

[caption id="attachment_222065" align="aligncenter" width="494" caption="Polisi Jerman, sahabatmu ...."][/caption]

***

Hari cepat gelap kalau Herbst, musim gugur. Biasanya matahari tegar bersinar sampai pukul 20.30-21.00, sekarang jam 17 saja sudah menghilang. Serasa di Indonesia. Wis surup

Kami telah membuat janji via telepon beberapa hari sebelumnya. Ya. Suami saya biasa mengganti ban mobilnya yang kecil sendiri tetapi karena mobil saya mobil keluarga yang banyak penumpangnya, ingin ada rasa aman yang lebih. Kami memutuskan untuk membawanya ke bengkel terdekat saja.

Setiba disana, lelaki itu tampak tak banyak bicara. Tangannya sigap dengan alat-alat bengkel dan warna jelaga. Suami saya menggoda dengan banyak pertanyaan. Kekakuan itu mencair. Tak berapa lama, ban telah diganti dengan profil yang tebal khusus salju. Lega, waktunya pulang.

Sembari menunggu suami membayar, saya dan anak-anak sudah masuk mobil. Terlihat mereka berbincang-bincang serius. Sayup-sayup terdengar bahwa si tukang bengkel dari Rusia itu menegaskan bahwa kami harus menunggu untuk mendapatkan print tagihan. Suami menjelaskan bahwa kami tak butuh bon, tidak apa-apa. Si pria geleng kepala sembari kepalanya menunjuk-nunjuk jendela kaca depan.

“Kenapa lama, Pak?” Kepala saya melongok dari jendela yang terbuka.

“Dia tidak mau dibayar kalau tak pakai nota, Bu.” Sengaja kami pakai bahasa Indonesia supaya dia tidak tahu karena kalau dengan bahasa Jerman pasti dia mengerti. Kalau bahasa Rusia, kami tak bisa.

„Walahhhh … nunggu opo sih, Pak? Dia musti jalan dari bengkel ke rumahnya, nyalain komputer, ngeprint gitu?“ Ya. Jarak antara bengkel hingga rumah si agen hanya 3 rumah saja. Tetapi membayangkan ia harus booting komputer sampai mengeluarkan kertas bon itu ….

„Dia takut kita polisi. Tuh, dianya lihat di jendela. Kalau tidak pakai bon dikira Schwarzsarbeit bisa bahaya.“ Pemerintah Jerman amat menentang adanya Schwarzsarbeit alias pekerjaan illegal, tak resmi, tanpa ijin, tanpa bukti dan seterusnya. Sekali kena, bisa bahaya. Biasanya yang sering kena adalah kaum pendatang.

„Halahhh … nggak pa-pa kok. Kita kan tetangga se-kota. Anaknya rewelll ….“ Saya mulai memaksa segera pulang karena anak-anak sudah merengek kelaparan. Duh …

“Aku sudah jelaskan ke dia kita bukan polisi, tidak mau lapor polisi. Dia bingung lalu bilang tidak apa tidak pakai bon tapinya dia tidak punya uang kembali, Buuuu. Uangku besar semua.”

“Whaaaa … gara-gara sticker.” Sembari menunggu uang kembali, kami mau juga dikasih bon, pakai lama. Oooo … makanya dari awal si montir sudah main takut saja, wong lihat sticker polisi di kaca jendela depan. Baiklah, kalau memang kami harus menunggu. Untung ada coklat, kertas dan pensil, anak-anak agak terhibur. Sedikit bersabar sampai uang sisa ditangan ini.

Pintu tak ditutup aman karena ada sticker polisi?

Tahun lalu, kami sering pergi ke apotik. Karena tergesa-gesa mengejar waktu, ketika mobil saya parkir dipinggir jalan besar, saya tidak mengawasi anak-anak. Saat saya keluar dari pintu kiri depan, anak-anak keluar lewat pintu kanan bagian belakang bukan pintu kiri bagian belakang dan tidak ditutup pintunya!

Sepuluh menit kemudian kami telah mendapatkan obat dan kembali ke tempat parkir. Saya ternganga. Masyaallah, mobil saya pintunya terbuka! Saya tanya siapa yang lupa menutup pintu, seperti biasa, ketiga anak kami saling tuduh. Yahhhh … siapakah yang terakhir keluar tak mau menutup pintu?

Segera saya periksa apakah barang-barang berharga raib atau tidak. Monitor GPS, BPKB, SIM, telepon genggam, Nintendo, mainan anak … semua ada. Tidak ada satupun yang diambil orang meski pintu dibiarkan terbuka lebar. Alhamdulillahhhh. Tapi hikmah untuk cek re-cek dan extra hati-hati diwaktu mendatang jadi tinggi. Ayayay

Saya minta anak-anak masuk mobil sembari menikmati omelan saya. Begitu tancap gas, saya pandangi sticker didepan kaca. Mungkinkah ini khasiat dari sticker polisi Jerman??? Mungkin saja yang mau coba-coba mencuri takut masuk bui karena ini dikira mobil polisi?

Darimana kami dapat sticker polisi?

Usai kejadian itu saya jadi mikir, ternyata di Jerman juga sama dengan di tanah air. Sticker polisi yang tertempel di mobil, memberikan efek yang luar biasa tak terduga baik disengaja maupun tidak.

Padahal sticker yang kami tempel itu hadiah dari polisi kota kami. Ceritanya, kami yang akan segera pulang, melihat seseorang menabrak mobil di area parkir tempat wisata. Anehnya, si orang tak segera turun memeriksa apa yang terjadi, malah melarikan diri. Untung segera kami foto mobil itu dan mencatat nomor polisinya. Setelah itu saya usul kepada suami untuk menulis pesan kepada si pemilik mobil. Kertas itu kami jepit diantara kaca depannya. Informasinya berisi nomor polisi mobil yang menabrak dan ciri-ciri mobil dan orangnya serta nomor telepon kami.

Selang beberapa hari, seorang wanita menelepon. Ia berterima kasih atas aduan dalam kertas yang bermanfaat sebagai laporannya ke polisi. Kamipun diajak untuk bertemu di kantor polisi kota kami. Katanya lagi, mungkin kami akan dapat Belohnung (red: imbalan).

Disana kami disambut manis oleh para polisi. Bahkan anak-anak amat menikmati saat diajak berkeliling kantor. Sebuah sel penjara kecil lengkap dengan dipan sederhana dan jambannya. Hiyyy … efek jera agar tak berbuat yang tidak-tidak.

OK. Usai beramai-ramai menceritakan kronologis tabrakan, kami pulang. Pak polisi menghadiahkan sebuah sticker berwarna hijau dengan tulisan « Polizei, mein Partner » alias Polisi adalah kawanku. Ohhh itu toh hadiahnya, saya kira uwwang.

Kelvin meminta ijin bapaknya untuk menempelkannya di kaca depan mobil. Kami mengangguk dan tak mengira bahwa ini merupakan sebuah awal dari pengalaman baru di Jerman. Hadiah dari pak polisi yang klein aber fein alias kecil cabe rawit. Sticker polisi, bisa bikin sakti. (G76).

P.s: Anehnya, penjualan sticker polisi Jerman ini bebas di on line shopping dengan harga yang sangat murah! Wih! Tapi jangan pesan ke saya, ya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline