Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Hikmah Gonjang-ganjing Bunda Khadijah dan Arke

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351801607332950313

Mengapa orang Indonesia di seluruh dunia mencandu Kompasiana? Mencari ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas? Mencari teman atau musuh? Numpang keren karena ada kebebasan untuk menumpahkan ide/gagasan, mengemukakan pendapat atau reportase warga?

Bagaimana jika cyberworld seperti di Kompasiana ini menimbulkan depresi tingkat tinggi karena di bullying? Kalau saya korbannya pasti sudah tak kuat jadi tidak adil jika ini dianggap aksi iseng belaka dan tidak dibasmi. Ini harus didukung penuh tetapi tentu saja praduga tak bersalah harus tetap berlaku. Sebaiknya tidak menuduh orang sembarangan sampai ditemukan bukti yang jelas. Kata nenek itu berbahaya …

Selain menjadi korban bullying, ternyata ada hikmah yang bisa diambil dan tentu artikel semakin diperhatikan admin hingga mampu menggapai reward semacam HL, high light, terekomendasi atau featured bahkan bisa jadi Freez (who knows?). Keep on writing, the good one for sure.

[caption id="attachment_221151" align="aligncenter" width="512" caption="Bullying bisa menyebabkan stress,tekanan darah tinggi dan jantung"][/caption]

***

Banyak yang mengenal nama Bunda Khadijah. Kompasianer Sunda yang tinggal di Madinah, KSA ini memang memiliki kharisma dan gayanya sendiri dalam menulis artikel/komentar. Wanita cantik dan salehah yang ternyata kekuatannya mengingatkan saya pada kedahsyatan Zena, tokoh film yang kami berdua sukai mengaku ingin bertauziah lewat ngeblog.

Sedangkan Arke, bujang dari Semarang (?) yang tinggal di Arab. Lelaki ini terkenal dengan kengocolannya meski banyak artikelnya yang saya pandang nyrempet dan mengundang pro kontra banyak pihak. Be yourself tapi waspada lebih baik, dah.

Namanya hidup, rodanya berputar. Sekitar bulan Agustus 2012, mereka mendapat wabah virus inbox dari beberapa kompasianer buram. Saya sebut buram karena tak jelas.

Ini mengingatkan saya pada pepatah semakin tinggi pohon semakin kenceng anginnya. Bunda dan Arke membuktikannya. Tabah ya … angin sedang bertiup sekencang hurricane Sandy di Amerika. Semoga kedepan, proses evakuasi dan renovasi sukses.

Sejak 3 Oktober 2011, semakin lama Bunda (dan Arke) menyelam di kompasiana, semakin banyak yang datang menjenguk lapaknya (vice versa) dan tak pelak, ada saja yang tak cocok, iri dan dengki membuat huru-hara! Aya-aya wae ….

Jadi ketika ada ontran-ontran berikutnya dalam inbox Bunda dan Arke, saya turut prihatin. Heran, kok ada orang yang jahat pada keduanya? Sekarang, banyak langkah yang telah Bunda lakukan untuk merebut kembali kehormatan yang telah dijatuhkan. Bunda Khadijah maju terus pantang mundur. Hiya! Ada akibat pasti ada sebab!

Berawal dari hal ini saya semakin yakin bahwa verifikasi di Kompasiana amat efektif dan bermanfaat untuk menghindari oknum yang memiliki rencana tersendiri. Tetapi sepertinya tidak memverifikasi akun itu (dan atau memuat nama/foto asli) adalah hak seseorang karena saya kira tidak ada kewajiban di Kompasiana (hanya untuk keperluan Freez saja 100% HARUS verifikasi data).

Stop bullying!

Anak saya pernah bertahun-tahun di bullying dan harus berkali-kali lapor ke guru/sekolah/diknas setempat, konsultasi ke beberapa psikolog/psikiater/neurolog dan bahkan harus pindah-pindah sekolah, demi menghindari membabi butanya para oknum yang rata-rata masih dibawah umur. Bayangkan yang repot dan stress/depresi tidak hanya korban bullying (anak sulung) tapi saya dan suami juga ikutan kipas-kipas cari angin ... hot. Saya kira ini dirasakan Arke dan Bunda sekeluarga. Tak jenak tidur tak nyenyak.

Sedangkan di Kompasiana, saya yakin paling tidak para penulisnya sudah baliq hingga banyak asam garam, jadi tentunya lebih banyak mengerti bahwa yang dilakukan salah. Stop bullying! No way out.

Ya. Saya pandang bullying dimanapun, apalagi di dunia maya Kompasiana, tak patut ditolerir. Mungkin saja pelaku khilaf dan segera meminta maaf (?). Saya berdoa Allah memberikan jalan terang untuk menuntunnya menuju jalan yang lurus dan tak ada lagi yang memancing di air keruh.

Dan sepertinya rilisan Hutomo Paguci dari Padang pada tanggal 23 Oktober 2012 http://hukum.kompasiana.com/2012/10/23/somasi-terbuka-kuasa-hukum-bunda-khadijah/503671/, amat menekankan bahwa korban bullying di kompasiana harus mendapatkan keadilan atas teror yang ada bukan melulu karena yang di-bully Bunda dan Arke. Jika ini menimpa kompasianer lain, pantas untuk dibela. Ultimatum 6 hari telah lewat, belum ada titik temu …. (?). Ughhh ....

Saya yakin, sudah sejak lama bullying terselubung telah terjadi di Kompasiana. Ini saya amati dari postingan dan komentar yang ada di beberapa lapak, sejak mendaftarkan menjadi member bulan akhir Mei 2011. Bahaya laten.

Saya kira bukan hanya saya saja yang sangat menentang terror tak senonoh ini lewat inbox. Dukungan anti bullying dan semangat dari jauh, menyertai. Muncul banyak postingan yang anti bullying pada Bunda dan Arke disana-sini.

Saya bangga dan terima kasih kepada admin kompasiana yang membawahi blog borongan ini lewat artikelnya yang mendukung anti bullying. Ini dirilis tanggal 30 Oktober 2012 disini: http://blog.kompasiana.com/2012/10/30/jangan-pernah-menistakan-orang-di-kompasiana-499506.html.

Itu juga bukan gertak sambal, sebuah SP dari admin untuk siapapun yang mencoba menistakan orang lain di blog kesukaan kita ini. Saya sedikit bergidik bacanya, bukan pelaku tapi takut sendiri tak mau coba. Ini tulisan nyata yang bisa jadi diikuti oleh tindakan tegas penindakan oknum nantinya.

Di Jerman, kabarnya penemuan akun/email bisa ditangkap dari IP addresse pemilik akun. Biasanya terlihat nomor dan area pusat yang menghubungkan internet pemakai komputer itu. Rahasia ini hanya bisa dibagi kepada pihak yang berwenang/berkepentingan. Kita tunggu dengan sabar saja, apakah ahli IT yang ditunjuk mampu membuka kedok teror inboks yang menimpa Bunda dan Arke ? Semangkaaa !

Hikmah di bully

Praktek bullying telah terjadi. Saya masih bisa belajar dari hikmah prahara yang ada:

1.Diatas langit ada langit. God watches us apapun agama kita, dimanapun kita berada. Tidak sekarang kena, mungkin nanti jika saatnya tiba.

2.Hati-hati menulis atau memberikan komentar di kompasiana (kapan saja, dilapak siapa saja). Sebaiknya tidak provokatif dan menggunakan bahasa yang baik dan sopan.

3.Menulis dengan pikiran dan hati, tidak hanya emosi.

4.Jangan melakukan aksi bullying, jika jadi korban praktek bullyingberlanjut hubungi pihak yang berkepentingan kalau perlu yang berwajib.

5.Melihat kegaduhan dari dua sisi. Ada banyak hikmah ternyata ….

Saya juga tergolong kompasianer yang masih belajar menulis. Tulisan saya dari waktu ke waktu menuntun pada sebuah pendewasaan. Jadi tua itu pasti, jadi dewasa belum tentu. Wah, susah ternyata ya jadi dewasa itu tho yoo yooo … ?

[caption id="attachment_221156" align="aligncenter" width="430" caption="Featured article Bunda tanggal 30.10.2012 (pasca bullying)"]

135180241455065904

[/caption]

Wow. Setelah mendapatkan inbox seram dan menempuh jalan diplomasi hukum dibantu pengacara Hutomo Paguci dari Padang, beliau menerima anugerah feature hari Selasa, 30.10.2012 tentang Idul Adha, minyak samin dan mitos keperkasaan. Congrats! Ini sebuah pencitraan tersendiri bagi Bunda secara maksimal, betapa seorang wanita beranak tiga ini pandai menulis dan melukiskan tradisi Arab dari lapangan dengan baik sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Bersyukur ya Bunda, atas musibah selama ini … jangan hanya diambil negatif dan stress-nya saja. Teruslah menulis dan berinteraksi sesuai jalurnya. [caption id="attachment_221152" align="aligncenter" width="352" caption="high light Bunda Khadijah"]

13518017141124390636

[/caption]

[caption id="attachment_221154" align="aligncenter" width="363" caption="Artikel terekomendasi milik Bunda Khadijah"]

13518018261903153663

[/caption]

Lalu … apa makna yang bisa Bunda Khadijah petik dari ontran-ontran yang dialaminya? Saya kira hikmahnya adalah beliau berhati-hati dalam menulis dan bertindak, menjaga harkat dan martabat serta tentunya menjadi sorotan kompasianer dan adminnya. Tidak percaya? Ada positifnya, loh. Sejak Bunda membuka jati diri (pasca ontran-ontran postingannya terdahulu yang mengkritik beberapa kompasianer lain) dari foto profil padi merunduk menjadi potret Bunda Khadijah berkerudung dariarah samping, bergincu maroon … ia mulai banyak dilirik admin. Contohnya, tulisannya dianggap layak oleh admin untuk mendapat HL. Itu perkiraan saya, entah benar atau salah. Yang jelas tulisannya layak dihargai.

[caption id="attachment_221153" align="aligncenter" width="515" caption="HL Bunda Khadijah soal TKW Erna"]

135180176587772472

[/caption]

Ada pepatah mengatakan It’s not only about what it’s stated/said but who wrote it … bukan hanya apa yang ditulis tetapi siapa yang menulis, membuat sebuah artikel itu diangkat. Meski kadang perkataan anak kecilpun bisa membukakan mata hati dan menohok seseorang saking innocent-nya, apa yang dikatakan memang benar dan tulus tanpa rekayasa. Dalam hal ini, bukan sekedar siapa yang bicara tapi apa yang dikatakannya.

Semoga cekcok dan menjadi korban bullying di dunia maya ini tidak memberikan efek jera berkompasiana pada Bunda dan Arke. Ada kok manfaat yang bisa diambil ... please, never give up. Selain berinteraksi dengan warga Indonesia di seluruh dunia, bisa juga berbagi pengalaman dengan orang lain lewat postingan dan komentar bahkan inbox. Sharing and connecting, seperti moto Kompasiana.

Saya rasa, perempuan lebih sensitif, deh ….

[caption id="attachment_221155" align="aligncenter" width="514" caption="Salah satu HL pada lapak Arke pakai foto Kampretos HS loh"]

13518018921540457576

[/caption]

Tuh kan ... tulisan Bunda dan Arke juga ada yang bagus. Yang begini nih yang jempolan. Two thumbs up and keep it up, ya?

***

Pisau itu selalu ada dua mata sisinya. Ada baik dan ada buruknya. Buruknya martabat, pikiran dan hati Bunda dan Arke terkoyak sementara di sisi lain, ada kehebatan lain dari kedua kompasianer ini, misalnya terlihat dari hl, HL dan feature sebagai tanda penghargaan dari admin Kompasiana yang mereka sandang. Tidak setiap kompasianer dari jutaan membernya punya. Sesuatu banget yah?

Kemudian, ternyata menghargai orang lain itu juga perlu, lebih penting lagi menghargai diri sendiri bak pepatah Jawa ajining diri gumantung saka lati (bahwa harga diri itu tergantung dari tindak tanduk dan ucapannya).

Maafkan jika saya pernah juga khilaf, teman-teman … tak usah menunggu sampai hari raya Idul Fitri tahun depan, ya? Saya tidak bermaksud membela siapapun … hanya anti bullying lantaran pernah menjadi keluarga korban bullying dan mengerti dampak psikisnya.

Selamat dan sukses Bunda dan Arke. You’ll never walk alone … Bunda Khadijah dan Arab Kere tak sendirian menyusuri jalan hidup ini, bukan? Take care. Keep smiling! (G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline