[caption id="attachment_207928" align="aligncenter" width="367" caption="Buku kompasianer, dokter Posma sampai ke Jerman"][/caption]
Dr.Posma B.Siahaan, Sp.PD FINASIM adalah salah satu dari puluhan ribu kompasianer yang kita kenal dengan artikel medisnya yang sering menghiasi papan terekomendasi, HL dan high light. Kompasianer Palembang ini telah berhasil mengumpulkan artikelnya dan tahun 2012 dijadikan buku, „Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter.“
Artikel tersebut adalah buah manis dari pengalaman beliau dan kawan-kawan medis (termasuk pasien-pasiennya), sekaligus menjadi ajang konsultasi gratis para pembaca yang meresponnya dengan positif di www.kompasiana.com, blog yang penuh interaktif warganya (sharing and connecting) dan bermanfaat menambah cakrawala dan pola pikir manusianya.
***
Sabtu waktu Jerman, 18 Agustus 2012 pukul 23.15. Hari telah gelap namun sejuk saat kami memasuki rumah, meski sebelumnya seharian udara dengan temperatur 30-an menghantam. Perjalanan 11 jam dari Hungaria amat melelahkan kami berlima. Meski hanya kebagian 3 jam menyetir dari perbatasan Hungaria-Austria hingga danau Chimsee, Jerman, mata saya terasa diganduli jogjig (red: alat penghalus aspal jalanan yang bergelombang). Wih … ngantuke rak jamak! (red: ngantuknya tak karuan).
Alhamdulillah, Tuhan Maha Memberi. Kantuk saya tersengat sebuah paket berisi buku dari dr. Posma yang tergeletak di meja! Di halaman pertamanya bahkan tertulis singkat „To Mrs. Gaganawati” dan sebuah tanda tangan.
Hadiah lomba menulis dengan tema pernikahan mbak Uli HP dan suami (yang keduanya kompasianer Palembang) atau tema wedding telah saya ikuti (setelah membaca postingan promotor Si Bengal Liar) terkirim sesuai janji.
Setelah dinyatakan menjadi pemenang harapan I, saya diharap menghubungi dokter yang giginya masih lengkap 32 itu, untuk mendapatkan penghargaan. Karena hadiahnya berupa uang, saya pikir lebih baik ditukar dengan buku beliau yang baru saja diterbitkan dan sisanya ditransfer ke rekening saya di kampung halaman.
Saya terpingkal-pingkal dan malu karena berkhayal dapat Rp 300.000 untuk pulsa telpon seperti pemenang 1-3. Akhirnya pak dokter yang suka renang ini menjelaskan dalam inbox bahwa untuk pemenang harapan tidak sebanyak itu. Wih, PD sayanya …. Ha ha ha … maaf! Dapat buku langsung kirim ke Jerman itu sudah bagus, bahkan lebih jika ditotal nilainya. Terima kasih, dok, hadiah lebarannya!
***
Buku bersampul biru dengan judul, „Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter“ itu bergambar profil beliau. Seorang dokter muda dengan baju kebesarannya, jas putih dibubuhi senyum menyapa siapapun.
Pada halaman pertama, beliau memberi gambaran bahwa bukunya ini adalah „Kumpulan artikel agar Anda mengetahui apa yang harus Anda lakukan jika Anda atau orang-orang yang Anda cintai mengalami masalah medis serupa.“ Saya benar-benar menangkap pesan ini usai tamat membacanya kemarin.
Buku terbitan CTI ini juga sebuah persembahan beliau untuk sang bapak, RE Siahaan, ibunda R. Sihombing, istri tercinta, drg. Rumaris Lore Hanna Purba dan ketiga putra-putri Matius, Markus dan Lukas Siahaan.
Disebutkan, Bang Posma ini kelahiran Palembang, 31 Juli 1972. Beliau biasa praktek pagi di rumah sakit Palembang dan praktek sore di sebuah ruko. Blogger ini memang rajin menulis. Tulisannya tak hanya bisa didapati di kompasiana tetapi juga majalah SMP „Xavira“ dan SMA „Gita“. Ajang konsultasi medis gratispun dibuka beliau lewat facebook. Two thumbs up! Saya yang ibu rumah tangga saja sudah repot dan sering kelabakan, beliau masih sempat mengatur sehari 24 jam untuk itu semua. Sebuah contoh yang baik dalam berbagi ilmu dan kebaikan.
***
Buku setebal 182 halaman ukuran 15,5x23 cm ini dibagi dalam beberapa bagian; diabetes, pernafasan, jantung, ginjal dan hipertensi, pencernaan, alergi dan imunologi, bedah, gigi dan mulut, seksologi, ibu dan anak, kejiwaan, infeksi, syaraf, hematologi dan komplikasi.
Sebagai orang awam yang tak paham betul dunia kedokteran, buku ini terasa bagai sersan (red: serius tapi santai), ringan mengusung pesan kesehatan. Seperti menjelaskan beberapa kasus yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya saat kasus seseorang yang memencet jerawat hidung yang mengakibatkan radang selaput otak dan harus dirawat di ICU (pada halaman 147) atau saat seseorang tak merawat giginya dengan baik menyebabkan lehernya berlubang (di halaman 85)! Hiyyy … membayangkan sakit dan mahalnya biaya.
Penulis buku yang dari SD suka membanyol ini sempat membuat saya terpingkal-pingkal pula dengan gaya bahasa dan cara penyampaian beliau yang humoris. Saya sampai menangis karena tertawa 360 derajat. Kategori tawa ala saya yang tak perlu membuka lebar rahang, namun mampu membuat perut kencang, tubuh terguncang dan air mata menggenang.
Artikel berjudul, „Janda terduga hamil itu membuat si tukang becak jadi kanibal“ tadinya tak saya mengerti korelasinya. Baru usai membaca halaman 80-83, saya terbahak-bahak. Begitu menceritakan kembali kepada suami yang keheranan saya pegang buku di danau Bodensee dekat rumah sambil ketawa-ketiwi, mata saya sembab.
Ceritanya, kampung si janda heboh karena perutnya terlihat hamil padahal tak bersuami. Setelah pak RT dan warga menanyakan, diketahui Bu Ima ternyata menderita tumor rahim. Karena iba dan rasa bersalah menuduh sembarangan, diuruslah jaminan asuransi kesehatan ditambah iuran warga untuk mengirim si ibu operasi di RS. Setelah tumor diangkat, si anak (Ana) membawa tumor kerumah, dengan naik becak. Setiba di rumah, karena kaget adik Andi berdarah tertusuk paku dan merasa stress/kelelahan, Ana lupa tumor ketinggalan di becak. Untuk menelusurinya, hari sudah malam, takut diculik.
Keesokan harinya, Ana menemui abang becak dan menanyakan perihal barang yang ketinggalan di becaknya. Namun dasar si abang, ia bersumpah tak ada barang yang ketinggalan.
Merasa ini amanat yang harus dituntaskan, Ana bersikeras meminta si tukang becak untuk tetap mencarinya dan mengembalikan untuk kemudian dikubur.
Pucat pasi wajah si penarik becak, reaksi muntah mengeluarkan semua isi yang ada di perutnya dan buru-buru pulang ke rumah.
Bagian ini tak hanya membuat saya geli tapi juga waspada, selalu ingat untuk tidak mengambil barang orang yang bukan hak.
Cerita lucu lainnya saya dapati pada, „Ketika dua gigi implant si jelita akan disita“ di halaman 96, dimana seorang model yang cantik mendapatkan gigi palsu gratis dengan barter menjadi pacar dokter yang masih bersangkutan. Suatu hari ia ingin operasi hidung dan harus ngelaba dengan dokter lain hingga harus meninggalkan dokter Andri. Dokter gigi yang tak terima bermaksud menyita gigi seharga 50 juta yang telah ditanamnya dan melaporkan kasus ini ke polisi.
Dalam kasus tersebut, tak hanya mengingatkan saya untuk selalu merawat gigi dengan baik dan benar, mengecek secara rutin (1-2 kali setahun) tetapi juga menganjurkan untuk tidak berbohong, misalnya dengan ngelaba dan tamak untuk kepentingan pribadi.
Nasehat untuk tidak menunda memeriksakan diri ke dokter atau mengambil jalan operasi di RS sebelum terlambat, saya serap dalam artikel-artikel beliau, „Bisul di pantat sebesar buah jeruk akibat komplikasi suntikan“ di halaman 3, „Pengaturan ulang menu diet dan jadwal minum obat rutin selama bulan puasa“ pada halaman 7, „Kadang Jauh lebih murah kalau cepat dioperasi“ pada halaman 52, „Ketika batu empedu yang katanya dioperasi orang pintar itu balik lagi“ yang ada di halaman 60, „Saat nona menolak disayat 3-5 cm, berakibat perut membuncit dan sayatan 20 cm“ di halaman 76.
Penegasan untuk tidak makan obat sembarangan termaktub dalam kasus di halaman 157, yaitu ketika seorang pasien yang kena stroke lantaran membeli obat di apotik yang menjual obat dengan harga setengah sampai sepertiga lebih murah dari harga normal di perusahaan besar farmasi, „Gadis yang trauma cacingan itu, sumsum tulangnya jadi impoten“ di halaman 161.
Pesan akan pentingnya memiliki kesabaran, saya resapi dalam cerita di halaman 168. Seorang suami penderita sindroma darah kental, harus bersabar tidak menggauli istrinya sampai 9 bulan. Sudah 5 kali istri keguguran, pasangan masih tetap sabar dan berusaha. Kesabaran lainnya adalah Mia berbaring di rumah sakit selama 4 bulan untuk perawatan saat hamil, perawatan rumah oleh suami dan rawat jalan. Hingga akhirnya kesabaran berbuah manis, mendapatkan satu keturunan.
Yang saya suka, cerita romantis dalam “Polyp of love” (halaman 27) dimana pasien penderita polip dinikahi dokter THT yang merawat dan mengoperasinya. What a happy ending!
Ada beberapa kesalahan ketik yang lumrah, terlihat dalam sampul belakang (dr.Posma B Siahaan, Sp.PD adalah seorang blogger yang telah menulisbanyak artikel … atau pada halaman 7, “Kasus seperti ini selalu berulang … tanpa kontrolke dokter.”, serta beberapa lagi di halaman-halaman yang lain.
Untuk cetakan berikutnya mungkin bisa diperbaiki, ditambah dengan testimoni pembaca buku ini (dan atau kompasianer beken lainnya) dari Indonesia, diseluruh jagad! Wow!!! Saya siap, dok! Xixixi ….
Demikian, sedikit kupasan buku dokter Posma. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan untuk tetap sehat dan bahagia hingga ajal menjemput. Mari menjaga kesehatan sebelum sakit dengan makan, minum, istirahat dan olahraga yang teratur. Jika sakit berlanjut hubungi dokter dan sebaiknya tidak coba-coba dalam berfikir dan bertindak.
Oh, punya hobi itu juga energi yang perlu nan bermanfaat, misalnya menulis. Ternyata menulis di kompasiana berbuah seluas samudera. Pak Posma berhasil mewujudkan cita-cita meluncurkan buku, saya juga ketiban durian runtuh … dapat bukunya secara gratis! Indahnya persahabatan maya.(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H