Selain para pemain yang ganteng dan sportif, gegap gempita piala Eropa yang saya amati adalah pernak-pernik yang dikoleksi warga Jerman. Saya pandang, ooo … ini rupanya yang membuat dunia persepakbolaan Jerman semarak, nggak surem, maju dan seruuuuu!
[caption id="attachment_194220" align="aligncenter" width="506" caption="Bola dengan beragam bendera peserta piala Eropa 2012 (kaos Jerman no 11 as a background)"][/caption]
Mulai dari bendera yang dijemur di tiang atau balkon rumah, mobil yang dipasangi bendera kecil (dilepas saat melalui jalan tol, dengan kecepatan mak wusss), penutup spion, penghias kepala sampai kaki … semua mewarnai acara EM 2012 dari sebelum pembukaan dan biasanya sampai akhir.
Eh, sewaktu di Semarang (yang punya PSIS) kayaknya yang begini hanya para panser biru saja (dengan pernak-pernik uniknya). Maksudnya masyarakat awam terlihat apatis dalam menyemangati tim secara mendalam. Sedih … nyesel, meski saya punya kaosnya.
[caption id="attachment_194208" align="aligncenter" width="544" caption="Jamak dan murah meriah, cuma satu euro"]
[/caption]
Oha! Di Jerman tak hanya Hooligan (red: bonek) saja lho, tapi juga masyarakat luas yang gandrung akan pernak-pernik sepakbola apalagi piala Eropa 2012 kali ini. Harga yang ditawarkan sebenarnya tak mahal-mahal amat dan bisa didapatkan dimana saja (dengan ragam, kualitas, kuantitas, desain yang berbeda). Dipatok pada kisaran 1 Euro sampai dengan ratusan. Bahkan ada yang gratis. What gratis??? Mannaaa?
[caption id="attachment_194209" align="aligncenter" width="544" caption="Gratis untuk ibu-ibu"]
[/caption]
Ini dia “Ein Dankeschön an alle Mutter“... (red: sebuah kado terima kasih untuk semua mama). Bagi ibu-ibu yang gemar belanja produk tertentu, kami mendapatkan kupon untuk dikumpulkan dan ditukarkan bila sudah cukup. Misalnya kalau poinnya 100 dapat kaos grup tim Jerman, kalau 75 dapat tas olahraga berlogo timnas dan seterusnya. Poin dihitung per 1 Euro=1 poin dalam kurun waktu 1 Januari-20 September 2012. Jadi ada nilai tambah kalau belanja kebutuhan keluarga dalam jangka waktu yang lumayan puanjangg. Ingatan saya, struk disimpan!
Program didukung sebuah perusahaan sponsor Olympic 2012 di London dan Britta Steffen, penggondol piala cabang renang pada Olympic yang lalu. Danke ... danke.
“Pakkk … ibu sparsam, lho.“ Saya paling getol pamer ke belahan jiwa, kalau bisa ngirit barang se-sen sekalipun. Maklum, ibuk-ibuk …
“Waduh ... toll, Buk teruskan ….” Suami yang lahir dan besar di Schwarzwald alias Black Forest yang notabene terkenal suka berhemat, ikut menyemangati.
[caption id="attachment_194214" align="aligncenter" width="564" caption="Kartu dan sticker gratis dari coklat dan penganan lainnya"]
[/caption]
Atau lihatlah keceriaan anak-anak yang gembira dan ketagihan untuk membeli coklat atau gula-gula lainnya. Tren akhir-akhir ini. Mengapa? Karena ada hadiah langsung. Mulai dari sticker para anggota timnas Jerman sampai hadiah yang lebih besar, jadi candu. Wah wah … anak-anak lebih jago mengenal tim daripada orang tua jadinya. Opo ora hebiat??? Bangga gitu, loh, ketertarikan mereka atas tim kebanggaan negeri sosis ini dan jiwa kolektor sejak dininya sudah mulai tertanam.
[caption id="attachment_194215" align="aligncenter" width="434" caption="Dik Shenoa dan teman sekelas"]
[/caption] [caption id="attachment_194216" align="aligncenter" width="433" caption="Gambar bola di pipi "]
[/caption] [caption id="attachment_194217" align="aligncenter" width="436" caption="Bendera Jerman di hidung PS"]
[/caption]
Lalu di taman kanak-kanak, anak-anak sudah mulai tercoret mukanya dengan pulas atau ditempeli sticker, mengenakan kaos kesebelasan timnas Jerman (atau tim lain sesuai kebangsaan si anak yang Turki, Rusia, Belanda, Polandia dan seterusnya). Saya lihatnya geli, ah … kalian lucu.
„Warum hast du deine Nase gemalt?“ saya sengaja memancing si PS mengapa hidungnya dicoreng-moreng. Teman sekelas anak saya itu pernah juga jadi juara lomba balap Boby car usia 5 tahun summer tahun lalu.
„Weil Deutschland gewonnen hat. Ein zu nul …“ Bocah mbedig yang digambari bendera Jerman warna hitam, merah, kuning oleh mamanya itu bangga. Sayang warnanya sudah pudar karena hari sudah siang, waktunya pulang. Sudah luntur. Bahkan bocah TK besar itu tahu Jerman baru saja menang 1-0! Ih, giginya yang tanggal satu menambah kelucuannya. Oalah naaaang, nang ....
[caption id="attachment_194218" align="aligncenter" width="565" caption="Mug timnas Jerman"]
[/caption]
Oh iya … jika kompasianer bertandang di daerah saya dan mampir di salah satu rumah dan disuguhi minuman, gelas atau mug-nya sudah bisa teriak “Wir lieben Deutschland”( red: kami cinta Jerman) atau “Wir hollen diese Pokal“ (red: Kami rebut juara satu). Berat-berattt. Kalau tak ada faktor luck and magic, mana bisa to be number one? Mereka selalu main bagus top morkotob tapi bagi kadang kurang giras (red: menggigit) kayak Italia, tuh. Duh lihat Jerman main, deg-degan terus, ah ....
Yup. That's it. Pernak-pernik diantara piala Eropa. Bukankah itu indah??? Timnas Jerman pastilah difasilitasi lengkap oleh negara dan bergaji tinggi, tetapi dukungan segenap lapisan masyarakat now and forever ini pastinya sesuatu banget. Tak hanya target dan latihan yang membebani grup yang mengemban tugas negara berpeluh segede jagung itu namun pesan moral dari warga yang semangat dengan merchandize-nya jadi satu PR bagi tim. Siap, kerjakan!
Ayo, Indonesia yang sebenarnya punya banyak talenta dalam sepakbola negerinya dibuat semarak seperti disini. Insulin yang bisa mengggelembungkan prestasi salah satu cabang olah raga Jerman ini bisa dibuat jamak dan murah meriah. Kalau mereka bisa, mengapa kita tidak? (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H