Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Anakku Diajari Tanggap Darurat (Blau Licht Woche)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13332066941010884499

Mulai senin (2 April 2012 nanti), anak-anak kami yang bersekolah mulai TK hingga Gymnasium, mendapatkan 2 minggu waktu liburan. Waaaa, lama amaaat liburan paskahnya … planning liburan hemat BBM telah dibuat.

Oha … untung saja seminggu sebelumnya, anak kedua kami amat sibuk di TK dan telah mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupnya, jadi semoga 2 minggu itu membayar kelelahannya dan benar-benar dinikmati bersama.

***

1.Senin, 26 Maret 2012

Mulai pukul 8.15, ia telah dikumpulkan bersama sekitar 20-an anak lainnya di Gemeindezentrum (red: LKMD). Pada hari itu bersama 5 orang guru TK, mereka ditatar soal tanggap darurat. Selain briefing soal apa yang akan mereka lakukan selama seminggu, mereka juga diajari nomor-nomor khusus yang amat penting dalam kehidupan yang harus dipencet sebagai reaksi keadaan gawat darurat; 110 (red: kantor polisi terdekat) dan 112 (red: tim penyelamat seperti ambulan, pemadam kebakaran).

[caption id="attachment_179461" align="aligncenter" width="479" caption="Nomor gawat darurat (dok.pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_179465" align="aligncenter" width="339" caption="Coretan nomor darurat oleh si ceria (dok.pribadi)"]

13332080581059622541

[/caption]

Ketika pulang, betapa bangga putri kami itu memamerkan tulisan nomor dalam kertas besar itu pada kami.

Karena si Gendhuk sudah bisa menulis A-Z dan nomor 1-10, sebagai tambahan saya ajari nomer satu lagi … 811 (red: nomer para dokter di kampung yang biasa dipanggil pasien darurat utamanya lansia ke rumah). Done!

2.Selasa, 27 Maret 2012

Ia dan kawanan Vorschule (red: calon murid SD) digiring ke kantor polisi di kota besar. Bersama para guru, mereka menaiki bis yang melaju pada pukul 8.03 (kami diharap datang pukul 07.55) dan kembali pukul 12.30 di halte bis depan toko. Tiket PP ditarik 2 euro/anak.

Dikantor polisi yang penuh jajaran mobil berwarna biru ber-blau Licht (red: berlampu biru, bercat kenteng biru) itu, seorang polisi berseragam biru-biru meminta tiap anak untuk membuat finger print dan menjelaskan maknanya (duh, nak … jangan sampai bikin malu ya?).

Ternyata otak anak saya berputar dengan baik. Ketika tiba di rumah, dia mengatakan ternyata menjadi penjahat atau melakukan kesalahan dan dijebloskan ke dalam penjara itu tidak menyenangkan karena sel penjara tahanan di kantor polisi yang ia tengok memiliki tempat tidur yang keras, toilet yang bau dan kotor dan tentunya tidak ada mainan dan buku seperti di rumah. Saya kembali mengingatkan anak perempuan yang bulan ini berusia 6 tahun itu untuk tidak berbohong dan tidak mencuri agar tidak dihukum seperti para tahanan atau minimal seperti tetangga sebelah kiri kami (T, 14 tahun, yang dihukum kerja sosial 1000 jam karena bersama teman-teman se-gang tertangkap basah CCTV toko M mencuri). Gana kecil itu mengangguk, saya lega …

3.Rabu, 28 Maret 2012

Hari ini amat menyenangkan katanya karena putri lincah kami bersama kawan-kawannya diajak ke garasi Feurwehr (red: markas tim pemadam kebakaran di kampung). Oleh para relawan, mereka dijelaskan cara mereka bekerja dari panggilan di pager hingga menuju tempat kejadian.

Karena putra sulung kami baru saja bergabung dengan tim (regu anak-anak), dengan bangga ia menceritakan kepada guru dan teman-temannya (serta pada saya kemudian) bahwa salah satu rak baju tim yang mereka lihat adalah milik kakaknya. Ha ha ha …

4.Kamis, 29 Maret 2012

Setelah mengetahui secara teori cara kerja Feurwehr itulah, anak-anak mendapat kesempatan menegangkan, menyaksikan simulasi memadamkan api dan berkeliling desa dengan mobil pemadam kebakaran. Anak manis itu girangnya bukan kepalang … nguing … nguing … nguinnnggg …

5.Jumat, 30 Maret 2012

Si cantik menyambut jemputan saya dengan teriakan ‘Mamaaa!‘ dan pelukan hangatnya seperti biasa.

Tak lupa ia bercerita mengapa kelas bubar agak lama. Mereka diajak berkeliling dengan dua armada ambulan kampung. Sebelumnya mereka diajari P3K. Perban, plaster dan tetek bengeknya dibagikan sebagai souvenir. Ia amat bangga memasukkannya di lemari apotik kami di dekat televisi.

Saat makan siang ia sedikit menggerutu karena teman-temannya mentertawakan saat ia kesakitan ditusuk jarum (tes jenis darah). Saya yang ikut tertawa melihat mimiknya yang serius bercerita, diprotesnya karena ia benar-benar sakit waktu itu (malah ditertawakan pula oleh ibundanya). Maaf, ya, Prinzessin!

Oalah, Nduk ayuuu … kamu memang beruntung mendapatkan kesempatan berharga yang jarang dicicipi anak-anak lain sedunia bahkan oleh saya yang pernah jadi anak innocent sepertinya puluhan tahun yang lalu (hiksss, ingat kentongan).(G76)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline