Selama kunjungan ke Italia musim panas yang telah lalu, kami mereka-reka apa yang menarik untuk kami, orang tua sekaligus anak-anak. Terpilihlah sebuah museum arkeologi di Bolzano. Itu tempat bersemayamnya mumi manusia jaman es bernama Otzi. Dan ternyata oh ternyata, tahun 2011 yang lalu, manusia berumur 4000 tahunan itu genap 20 tahun sudah dipamerkan disana. Happy anniversary! Semoga pro kontra mengubur atau tetap memamerkannya, bisa terselesaikan dengan baik demi kemaslahatan bersama.
[caption id="attachment_166652" align="aligncenter" width="302" caption="Om Ötzi sedang promo"][/caption]
***
Hari masih pagi, kami putuskan untuk masuk museum dahulu baru jalan-jalan di pusat kota nanti. Setelah membayar tiket keluarga (18 euro), kami memasuki tempat penyimpanan barang-barang purbakala yang digali dan dikumpulkan para arkeolog itu.
[caption id="attachment_166660" align="aligncenter" width="426" caption="Hari masih pagi ..."]
[/caption]
Hiks … kamera abadi bernama mata, anugerah dari-Nya, menjadi saksi bisu semua sejarah manusia yang telah ribuan tahun lamanya itu. Klik … klik … klik … fotonya kobongan (red: terbakar musnah) tak kelihatan, hanya membekas dalam memori otak ini sahaja.
Duh, jasad hanya bisa dilihat dari sebuah bilik kaca berukuran 40x40 cm! Gemes! Mengintipnyapun juga harus antri nan tertib, dibatasi sebuah pagar pengaman dari metal. Mungkin demi keamanan, estetika, sel tubuh dan segala tetek bengek alasan yang menumpuk.
Penterjemah yang ganteng itu berapi-api menceritakan Otzi dalam bahasa Inggris. Konon, Erika dan Helmut Simon dari Nürnberg, Jerman yang waktu itu sedang berlibur disebuah pegunungan Ötztal, mengira menemukan sampah berwarna coklat (yang ternyata adalah mayat!). Mereka yakin ia adalah korban pendakian beberapa waktu yang lalu. Shock dan ngeri menemukannya, bagian tubuh mayat hanya separoh diatas permukaan, sedangkan dari pinggang kebawah terpendam dalam es.
Ya ya … komat-kamit si guide membeberkan pengevakuasian melibatkan pemanjat dinding/gunung, universitas dari bagian forensik dan wowowow, helikopter! Sedangkan tempat ditemukannya mumi, kini ditandai dengan berdirinya sebuah tugu 4 meter dari batu megalitik, berbentuk piramida.
Lalu kaki kami bergeser dari satu kotak kaca ke kotak yang lain, dimana perkakas, baju dan perlengkapan yang ditemukan bersamaan dengan sang Ötzi. Penelitian terhadap manusia yang diperkirakan berumur setidaknya 4000 tahun itu, menemukan apa saja yang ada didalam tubuh (makanan, minuman, bahkan udara yang terhirup). Ditambahkan bahwa the iceman, meninggal karena serangan busur. Who did it? Pada musim apa ia meninggalpun juga diteliti secara detil. Welcome to a research world! Bravo!
Naaaah … satu hal yang paling menarik adalah sepatu si om brewok. Excuse, me? Sepatu??? Walah, perempuan mana sih, yang tidak suka sepatu? Tak perlu seperti Imelda Marcos dengan 3000 sepatunya, tapi yang jelas biasanya koleksi di sebuah rumah lebih banyak didominasi sepatu jenis kelamin perempuan daripada lelaki. Tidak percaya? Coba periksa di rak sepatu kompasianer di rumah … xixixi … gotcha!
[caption id="attachment_166656" align="aligncenter" width="234" caption="Model sepatu summer sakini, mirip 4000 tahun yang lalu (dok.ejewelrystyle)"]
[/caption]
OK … dilihat dari bentuk dan model sepatu Om Otzi, ini mengingatkan saya pada trend sepatu musim panas masa kini, berbentuk layaknya jaring ikan alias tali temali. Saya tak yakin siapa pencipta atau desainer sepatu itu, yang jelas saya menduga manusia purba itu sudah modis ribuan tahun yang lalu, mendahului trend sepatu sakini. Ciamik!
[caption id="attachment_166659" align="aligncenter" width="413" caption="Antrian ular naga panjangnya jika kesiangan ..."]
[/caption]
Lengkap sudah rasa ingin tahu kami atas si Ötzi ini dan agenda jalan-jalan keliling pusat kota menanti di depan mata. Kemudian begitu pintu dibuka, byakkkk … waaaaaaaaa … antrian ular naga panjangnya menanti. Mungkin benar kata bapak dahulu, „Tangia sing isuk, rejekine akeh“ (red: siapa yang bangun pagi akan banyak mendapat limpahan rejeki). Waduh, terbayang jika telat masuk alias kesiangan, bisa capek berdiri di luar dan suk-sukan didalam (red: berdesak-desakan) … mari-mari, budayakan bangun pagi.
[caption id="attachment_166661" align="aligncenter" width="442" caption="Pasar di pusat kota, shopping nyokkk ..."]
[/caption] [caption id="attachment_166662" align="aligncenter" width="472" caption="Taman kota dipagari pegunungan hijau dan atap biru"]
[/caption] [caption id="attachment_166664" align="aligncenter" width="482" caption="Gedung-gedung tua yang tetap cantik terawat"]
[/caption] [caption id="attachment_166665" align="aligncenter" width="392" caption="Pengamen serasi di sudut kota, sepiring berdua"]
[/caption] [caption id="attachment_166666" align="aligncenter" width="406" caption="Ciao, sampai berjumpa pula ..."]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H