Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Perlukah Museum Barbie di Jakarta?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Café-Museum zum Puppenhaus di Immenstadt, Jerman adalah sebuah kolaborasi cafe dan museum yang menyimpan boneka bersejarah pada masa lampau hingga kini. Museum yang bangunannya saya pandang amat sederhana namun bermakna ini (kira-kira sebesar perumnas tipe 21 bertingkat 3) adalah sebuah bukti sejarah budi daya manusia sedunia menciptakan sesuatu dari akalnya.

[caption id="attachment_160147" align="aligncenter" width="645" caption="Café-Museum zum Puppenhaus di Immenstadt, Jerman"][/caption]

Catatan sejarah perkembangan boneka

Meja dan kursi kayu yang sekilas mirip buatan Jepara itu biasa digelar di depan museum (mungkin tidak pada saat bersalju). Kue seperti Käse Kuchen (red: kue keju), Erdbeer Torte (red: kue stroberi) dan sebagainya itu akan ditemani minuman semacam kopi, teh, Kaba (red: coklat hangat) atau minuman soft drink bahkan bir atau minuman beralkohol lainnya.

Loket dihiasi dengan rak-rak dengan beragam souvenir. Begitu usai membayar karcis, pengunjung dipersilahkan untuk menaiki tangga kayu (yang kalau dijejaki akan menimbulkan bunyi-bunyian khasnya).

Mata saya tertegun memandang boneka sebesar balita yang memiliki gaun-gaun indah. Mereka tentu lebih manis dari sekedar boneka Chaki. Hiyyy ... Chaki. I see ... Jerman memang memproduksi banyak boneka porselen.

[caption id="attachment_160148" align="aligncenter" width="581" caption="Boneka porselen produk kebanggaan Jerman"][/caption]

Kaki ini melangkah pelan tapi pasti. Sebuah boneka badut sebesar suami saya bersandar disebuah tembok, menemani figura-figura jadul yang menggambarkan kemajuan boneka dari tahun ke tahun.

Disebelahnya, berderet-deret kereta dorong dan boneka yang menghiasinya didekatkan pada sebuah kursi bayi. Ini mengingatkan saya bahwa sejak bayi sudah bisa duduk dan memegang alat makan, orang tua Jerman kebanyakan mendudukkan anaknya di kursi semacam itu dan membiarkannya berkutat dengan makanan dan minumannya dengan tangannya sendiri, mandiri. Padahal budaya didulang saat makan dan minum pada masyarakat kita masih amat lekat hingga kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline