Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Lahirkan Bayi di Jerman dan Dapat Bonus Menarik

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibu saya mengirim sebuah surat yang isinya membalas surat saya bulan lalu. Ungkapnya, ia mememinta saya untuk memaklumi bahwa sebagai orang tua, dahulu tidak bisa membahagiakan saya dan keenam saudara dengan materi. Beliau hanya memberikan pendidikan karakter dan perhatian yang sepantasnya untuk kami. Kripik gedang kripik tela, sitik edang waton rata (red: keripik pisang keripik ketela, meski berbagi tapi tetap merata) selalu menjadi semboyan untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan kami saat itu. Hiks.

„... pangapuramu ya, Nduk ... kaya ngapa rasane mbiyen dijak rekasa, sak anane ..."

Ketika berada di Jerman, sosok biyung saya itu amat jarang saya temui. Belum ada seorangpun yang menyamainya. Rata-rata perempuan berusia tigapuluhan yang saya kenal disini, hanya memiliki seorang anak hingga empat orang. Wanita usia diatas 50-80 tahun yang saya kenal rata-rata memiliki satu anak atau maksimal lima orang anak. Dari semua wanita dua golongan tersebut, banyak juga yang tidak memiliki anak, baik karena tidak mau atau karena tidak bisa, menyangkut masalah gangguan kesehatan. Saya memaklumi lantaran itu hak orang, dan memiliki anak di Jerman tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ya wis ... ya wis.

Sayang sekali bahwa dukungan dana dari pemerintah Indonesia untuk setiap keluarga dan atau setiap anak belum seperti di Jerman, namun bersyukurlah bahwa kesadaran masyarakat tanah air kita untuk beranak pinak terlihat relatif besar (jika ditilik dari berapa jumlah pertambahan penduduk Indonesia sekarang). Orang-orang Indonesia yang saya kenal biasa memegang motto; dua anak lebih baik atau bahkan banyak anak banyak rejeki, mangan rak mangan sing penting kumpul (red: makan tidak makan yang penting senang dan berkumpul). Saya pikir, ini sebuah karakter dua negara dari dua benua, yang amat berbeda ... klise tapi nyata.

To be proud ... Jerman adalah satu dari sekian negara yang memberikan kucuran dana bagi rakyatnya. Istilah Elterngeld (red: uang bagi orang tua) di Jerman tercipta demi memompa minat masyarakat untuk memiliki anak dan membuat wanita tak perlu khawatir meninggalkan pekerjaannya demi anak, toh tetap tercukupi secara finansial.

Saya yakin generasi rakyat Jerman kini menyusut karena keinginan mereka untuk berkeluarga yang besar, amat kurang tetapi justru memiliki hasrat tinggi untuk auswandern (red: pindah ke luar negeri dalam jangka waktu tertentu bahkan selamanya). Kenyataannya, semakin banyak pendatang seperti dari Turki dan pecahan Rusia-lah yang menetap dan beranak banyak. Jerman bisa jadi terjajah secara komunitas, one day somehow. Meine Gute ...

„Elterngeld hat in anderen Ländern positiv dazu beigetragen, dass bei steigender Frauenerwerbsquote mehr Kinder geboren werden ... Elterngeld ist eine Antwort auf drohenden Fachkräftemangel durch den Geburtenrückgang und ermöglicht Betrieben Kosteneinsparungen durch weniger Fluktuations-, Wiedereinstiegs- und Fehlkostenzeiten"

Elterngeld sendiri telah digembar-gemborkan partai SPD sejak 13 Desember 1996, begitu pula CDU/CSU dengan model Familiengeld-nya. Besarannya adalah: anak pertama mendapat 200 DM, 200 DM bagi anak kedua, anak ketiga 300 DM, sedangkan anak keempat dan seterusnya menerima 350 DM (red: 10 DM=5,12 euro). Lalu tahun 2011 ini, Elterngeld dinaikkan. Dahulu, saya telah mendapatkan uang 300 euro setiap bulan selama setahun pasca melahirkan. Ditambah Kindergeld sebesar 558 euro (red: support untuk kebutuhan anak sebesar; 184 euro bagi anak pertama, anak kedua  184 euro, 190 euro untuk anak ketiga, 215 euro anak keempat dan seterusnya. Jadi jika seorang wanita sering-sering melahirkan bayi di negeri Angela Merkel ini akan mendapatkan Elterngeld dan Kindergeld, bahkan bisa jadi mengantongi Mutterschaftgeld (red: uang pengganti ibu tidak bisa bekerja karena merawat anak). Sayangnya tersiar kabar bahwa pemerintah gagal dalam program menambah jumlah penduduk meski telah keluar uang banyak sekali.

Yang bikin kecut hati adalah adanya situasi yang membingungkan di masyarakat, saat § 7 Bundeserziehungsgesetz / §3 Abs. 1 Bundeselterngeld- und Elternzeitgesetz (red: UU soal uang santunan negara kepada orang tua) menyebut bahwa Das Mutterschaftsgeld, das wir zahlen, ist übrigens nicht auf das Erziehungsgeld/ Elterngeld anzurechnen (red: uang pengganti mengurus bayi tidak menggantikan bantuan kepada orang tua).

Sedangkan dalam situs "Eltergeld.de" diterangkan bahwa „Das Elterngeld wird mit dem Mutterschaftsgeld verrechnet!" (red: bantuan kepada orang tua akan dihitung bersamaan dengan uang pengganti mengurus bayi). Dalam artian bahwa sebuah keluarga yang baru saja memiliki bayi, dan tidak mendapatkan Mutterschaftsgeld akan memperoleh Elterngeld. Sehingga keluarga itu tidak akan bisa mendapatkan dua-duanya, salah satu saja.

Elterngeld sendiri akan dibayarkan selama 10 bulan saja, kecuali jika pasangannya ikut berada dirumah untuk membantu istri selama beberapa waktu (suami saya selama seminggu), akan dibayarkan 2 bulan Elterngeld lagi. Kenyataan yang saya alami adalah tidak mendapatkan Mutterschaftsgeld (karena saya memang belum pernah bekerja di negeri ini) melainkan 12 bulan Elterngeld. Lumayan buat mudik ... xixixi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline