Medali diambil dari kata Perancis médaille. Dan sudah muncul sejak tahun 1578. Medali biasanya berbentuk pipih, bundar, kecil dengan kalung atau pita untuk kemudian disematkan dengan bantuan peniti. Didalam lingkaran yang kadang berwarna emas, perak dan perunggu itu, ada gambar dan tulisan sesuai dengan jenis, tujuan dan manfaat penghargaan. Kadang ada tahun, siapa penyelenggara dan apa nama penghargaannya. Meksipun nama pemiliknya tak banyak disebut, jelas penerimanya akan senang dan bangga.
Biasanya ini akan diberikan kepada orang atau organisasi atau badan yang dianggap berjasa bisa juga dalam rangka sebuah penghargaan sebuah perlombaan. Bandingkan bintang tanda jasa militer atau lomba seperti Olimpiade yang barusan berakhir di Sochi, Rusia tahun 2014, barusan.
Bagaimana jika ini diberikan kepada Kompasianer? Bangga dan seru pasti. Vote, inspiratif!
***
[caption id="attachment_325388" align="aligncenter" width="640" caption="Medali untuk suami saya dari anak-anak,"][/caption]
Sebuah medali pernah diberikan anak-anak untuk suami saya, “Bester Papa“ (papa terbaik sedunia). Ini berawal dari ucapan anak-anak kepada saya setiap waktu bahwa saya mama terbaik sedunia “Mama, du bist die beste Mama der Welt“ (red: Mama, kamu mama terbaik sedunia). Penghargaan verbal yang bagi saya luar biasa meskipun saya yakin masih banyak ibu, emak, bunda yang lebih unggul dari saya. Dan gembira karena apa yang saya lakukan sudah cukup baik setidaknya di lingkup keluarga, di mata anak-anak kami. Nah, begitu ada hari ayah ... saya sarankan anak-anak untuk membeli medali harga 1 € ini supaya ayah tak iri dan tahu pasti bahwa penghargaan padanya tetap ada. Tak melulu ibu, ya? Ini pemberi semangat dan informasi demi mengetahui isi kepala anak-anaknya. Horeee ... ayah, bisa! Selamat, Pak! Dan suami saya itu memakainya seharian, usai penyematan. Hahaha ... bangganya.
Baiklah.
Saat menyapa teman-teman Kompasianer yang sudah lama tak saling bersapa, secara tak sengaja, saya mengamati tempelan medali di PP di sana. Ya, entah sejak kapan (saya baru tahu kemarin, 28 Februari 2014), yang jelas, medali dari Kompasiana itu terpasang dan menarik pemandangan mata. Medali disematkan pada akun kompasianer yang memang memiliki prestasi (keunggulan, ciri khas) di Kompasiana. Mereka adalah:
Okti Li - Tulisan terpopuler 2010
Katedrajawane - Kompasianer teraktif 2010
Christie Damayanti - Kompasianer tahun ini 2011 aka Kompasianer of the year 2011
Babeh Helmi - Kompasianer favorit 2011
Maria Hardayanto - Kompasianer tahun ini 2012 aka Kompasianer of the year 2012
Tante Paku - Kompasianer favorit 2012
Ira Oemar - Kolumnis terbaik 2013
Fandi Sido - Fiksianer terbaik 2013
Yusran Darmawan - Reporter warga terbaik 2013 dan Kompasianer tahun ini 2013
Ada lagi???
Medali warna biru dengan pita merah! Di tengah-tengahnya ada tulisan huruf K, yang menandakan Kompasiana. Ini diletakkan di bawah konfirmasi TERVERIFIKASI.
Hehe. Jadi ingat kontroversi warna merah dan hijau. Badai telah berlalu. Yang ini angin swejuuuuuk ... wus wus wusss.
Wah, seru, ya? Kompasiana semakin mempercantik diri, menghargai anggotanya yang menulis keroyokan (dan pantas diberi tanda). Memberikan apresiasi tinggi dan tak lekang oleh waktu di dalam akun masing-masing empunya. Ini bukan untuk gagah-gagahan. Saya yakini, itu akan semakin menyadarkan semua bahwa tetap ada manfaatnya untuk menanam kebaikan dan menuai kebaikan. Setidaknya di kalangan Kompasiana. Dan ini termasuk suntikan insulin bagi semangat kompasianer lainnya. Bukankah itu luar biasa? Saya percaya ini tidak menimbulkan cemburu dan iri hati. Siapapun boleh untuk menunjukkan bakat dan minatnya di sini. Admin Kompasiana yang menilai. Tuhan mengamini karena memang sudah jalan yang digariskan-Nya begitu. Ayo, menulis.
OK. Selamat Kompasiana dan kompasianer yang ditempeli gambar medali. Di usia menuju keenam tahun 2014 ini, semoga Kompasiana tetap jaya. Semoga tak semakin banyak orang yang hengkang karena perseteruan yang terjadi di sini (icon sedih dan prihatin meskipun itu sah dan hak mereka). Yang sebenarnya tak perlu 'rame-rame', saru. Masih banyak kompasianer yang masih menikmati, tidak mendapat masalah serta terus menulis. Semoga tetap semangat. Ada yang mau dapat medali? Bisa pesan, bisa beli. Di tempat tinggal saya, tiga warna dihargai 10 € sudah termasuk pita dan grafis tempelnya. Atau diunduh dari internet? Xixixi ... Tapi pada hakekatnya, kalau kita mendapat dari orang lain atau setidaknya bisa menyematkannya sendiri di dalam hati (saat telah mampu mengalahkan diri sendiri), lebih bermakna dan mengena dalam sanubari. Selamat pagi. (G76)
Sumber: Medali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H