Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Resep: Bolang-Baling Jerman aka Fastnachtküchle

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393746533666493987

Fastnacht, Fasnet atau Fasching, adalah perayaan tahunan di Jerman. Karnaval yang digelar sebelum paskah tiba, yakni bulan Februari-Maret, ini memang seru. Biasanya temperatur rendah dan salju tak mengganggu keasyikan peserta dan penonton untuk paling tidak barang 2-3 jam di jalanan. Berpakaian bisa sesuka hati (mau yang lucu, yang seram, yang antik-unik, yang imut, atau inovasi lainnya ... sah). Berebut permen dan penganan lainnya, berteriak yel seperti Narri-Narro, Kiste-Mänle, atau lainnya ... ditaburi Konfetti (potongan kertas kecil bisa berwarna putih saja atau pelangi, yang bikin kotor rambut, baju dan daratan. Kadang bikin gatal dan alergi). Wis, pokoknya ... genjreng! Tak hanya untuk anak-anak dan balita, lansia pun turut serta.

Nah, ada satu tradisi yang ikut kami (saya, suami dan anak-anak) lestarikan dalam Fastnacht yakni membuat kue bolang-baling Jerman yang akrab disebut Fastnachtküchle. Mengapa saya sebut bolang-baling? Karena ini memang mirip rasa, bentuk dan bahannya dari bolang-baling Semarang yang biasa saya lahap tempo dulu. Bedanya, bolang-baling Indonesia agak gembul dan isinya benar-benar kosong. Sedangkan di Jerman agak bantat. Persamaannya, sama-sama berwarna coklat matang dan manis! Huyyy! Lekker!

[caption id="attachment_325522" align="aligncenter" width="608" caption="Bedakan: bolang-baling buatan saya, imut-imut ..."][/caption]

[caption id="attachment_325523" align="aligncenter" width="588" caption="... buatan suami lebih besar, amit-amit!"]

1393746575874890414

[/caption]

Mau tahu resepnya? Auf die Plätze fertig, loss! (Siap-siap, mulai).

Bahan:

500 gram tepung terigu yang sudah diayak

250 ml susu (tidak dingin dan tidak panas, hangat-hangat kuku, biasanya dimasukkan sebentar di microwave).

75 gram butter atau margarin

3 sendok makan gula pasir (ditambah sekian percik untuk taburan setelah matang)

20 gram Hefe (blok pengembang segar atau bubuk pengembang, yang dicampur sedikit air hangat lalu diaduk)

1-2 butir telur ukuran M

1 percik garam

Caranya:

1.Cuci tangan

2.Masukkan tepung terigu yang sudah diayak di dalam baskom plastik yang lebar. Buat cekungan di bagian tengah. Masukkan campuran Hefe(dengan sedikit air hangat dan sepercik gula). Tutup dengan kain bersih, tunggu 30 menit sekian menit lalu aduk.

3.Masukkan semua bahan seperti telur, butter, garam, sisa gula dan susu.

4.Ambil mixer, aduk sampai rata. Biasanya garpu mixer yang berbentuk ulin melingkar yang dipilih, bukan yang bertiang empat.

5.Tunggu 30 menit lagi agar adonan mengembang. Tutup lagi dengan kain.

6.Giling adonan yang sudah lengket tadi dengan penggiling atau kalau tidak punya pakai botol bisa, di atas telenan yang ditaburi tepung terigu biar tidak lengket. Giling-giling ke arah depan dan belakang, sampai memiliki ketebalan rata, sekitar 1 cm.

7.Potong miring segi empat seperti wajik (kartu). Boleh besar atau kecil, ukurannya (suka-suka). Saya senang yang kecil, suami saya senang yang besar. Haha.

8.Siapkan tempat penggorengan dan minyak goreng barang 1-2 liter. Silahkan menggoreng di dalam wajan cekung atau panci lebar. Kalau punya Friteuse atau penggorengan yang tempatnya agak mirip rice cooker, juga praktis karena ada pengangkatnya tak perlu serok.

9.Tiriskan kalau sudah berwarna coklat, jangan sampai gosong.

10.Ambil baskom lain yang diberi lembaran kertas dapur untuk menyerap minyak.

11.Taburkan gula pasir.

12.Aduk dengan posisi seperti mengayak beras dalam tampah, agar gula mengenai semua bolang-baling Jerman ini.

13.Selamat menikmati dan mencobanya lain kali  ....

Catatan: Silahkan menambahkan Kompot alias ulegan buah (apel, nanas dan lainnya) ke dalam adonan untuk cita rasa lain bukan hanya klasik seperti di atas. Tepat sebelum dimasukkan ke penggorengan. Untuk bentuk bolang-baling lingkaran, bisa mengambil gelas sebagai cetakan. Proses pembuatan adonan sekitar 60 menitan dan penggorengan 5 menitan saja per gorengan. Bagian bersih-bersih dapur dan alat masaknya, 10 menitan. Makannya, tak ada sepuluh menit... amblas!

Nah, kalau bangsa Jerman (khususnya bangsa Schwäbish di Jerman bagian selatan di Black forest) saja bisa melestarikan jajan tradisionalnya beratus-ratus tahun lamanya, mengapa kita bangsa Indonesia belum? Biasanya, bolang-baling gampang di dapat di kaki lima Semarang. Penjualnya dorongan yang mangkal di satu tempat atau tukang keliling “Bolaaaaang-baliiiiing ... Jaqweeeee.“ Teriak si penjual melengking di antara gang-gang rumah kami dulu. Ah, indahnya. Lebih instan, lebih mudah mendapatkannya dan tak perlu repot-repot. Murah–meriah pula. Mungkin budaya tinggal beli tak pernah mencoba membuat sendiri ini yang sudah turun temurun ada di tanah air kita? Ini sama halnya dengan tempe. Karena di sini tidak ada, saya pernah mencobanya dan kadang kalau sedang ngidam, membuat sendiri. Begitu halnya dengan rajinnya saya memasak lumpia dalam keseharian. Seperti bolang-baling ini juga, setidaknya barang 1-2 tahun sekali. Begitulah hikmah yang saya petik. Kalau saja Jerman tak punya kebiasaan tahunan Fasching dengan membuat bolang-baling rumahan, mana mungkin saya menjamahnya? Narriii ... narroooo!!! Selamat pagi.(G76)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline