Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Selamat Jalan Profesor Eko, Mantan Rektor UNDIP Semarang

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Profesor Eko Budihardjo bagi warga Semarang bahkan Jateng sudah tidak asing lagi. Tokoh yang pernah menjadi rektor Universitas Diponegoro Semarang itu meninggal pada hari Selasa, pukul 21.30 WIB. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan benar-benar ikhlas dan teguh menjalani kehidupan yang masih panjang. Semarang, Jateng, Indonesia bahkan dunia sangat kehilangan.

*****

Saya cek FB, kagetsekali membaca salah satu status dari Rere alias Aretha Aprilia, anak kedua dari bapak Profesor Eko Budihardjo. Wanita yang mengenyam pendidikan Phd di Kyoto, Jepang dan pernah menerbitkan buku “Rasberi, Rahasia berkarir internasional“ terbitan Gramedia itu mengabarkan bahwa ayahandanya meninggal dunia pada hari Selasa, 22 Juli 2014 pukul 21.30 WIB.

Saya segera menuliskan pada kolom komentar status itu, mendoakan dari jauh. Status itu kemudian dialiri dengan ucapan bela sungkawa dari teman-teman di seluruh dunia.

Seperti yang diceritakan orang tua saya lewat telepon, “Iki mau bar layat, Prof. Eko sedo ....“ mendiang disemayamkan di auditorium UNDIP Pleburan dan dimakamkan di pemakaman khusus bagi warga UNDIP di kawasan Tembalang, kota Semarang atas. Bapak ibu saya baru saja sampai rumah pada pukul 16.00 setelah acara pemakaman pukul 13.00.

Dalam statusnya, mbak Rere juga memohon doa teman-teman, saudara, kenalan agar prof. Eko mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Doa anak-anak yang sholeh dan sholehah pasti terkabul, insyaallah.

Setengah jaman kemudian, wanita yang sekarang berhijab pada suatu hari bertepatan dengan hari ulang tahun suaminya itu menuliskan status lagi bahwa ada sebuah SMS terakhir yang ia terima dari ayahanda sebelum dipanggil Yang Kuasa.

“Renungan Tahajud di keheningan dinihari berhias bulan purnama: „Allah menganugerahkan Al-Hikmah (pemahaman tentang makna Qur’an dan Hadits) kepada siapa yang Dia kehendaki ... dan barangsiapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi KARUNIA YANG BANYAK ...dan hanya orang-orang yang berbudi dan berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah ....“ (QS 2 Al- Baqarah: 269). Love, Very happy and proud Dad.“

Profesor yang selain berputri Rere juga ada mbak Holly, mantan putri Perpustakaan Jawa Tengah, memang mencintai seni. Sudah banyak buku ilmiah dan antologi yang beliau tulis. Profesor berkacamata ini pernah pula menjabat sebagai ketua DKJT (Dewan Kesenian Jawa Tengah). Tak heran kalau pesan SMS nya sangat kental dengan nilai seni.

Rere, semoga benar seperti harapanmu dan kebanyakan orang, bahwa prof Eko yang senang humor itu khusnul khotimah dan jalannya dimudahkan. Amien.

***

Profesor yang sangat concern dengan dunia arsitektur ini pernah dirawat di RSDK Semarang sebelum meninggal karena jantung dan paru-paru. Dari SMS yang dikirimkan profesor pengagum Aretha Franklin dan lagu “My way“ milik Frank Sinatra, kepada anaknya itu, saya jadi ingat sekali akan tradisi orang Jawa yang biasanya merasa kalau akan dipundhut, dipanggil Yang Maha Esa. Sudah bisa tata-tata, reresik, bersiap-siap untuk menghadap Gusti Ingkang Murbeng Dumadi. Detik-detik pencabutan nyawa yang biasanya dihadapi dengan indah seperti yang terjadi pada Prof. Eko dalam suasana Ramadan. Sudah siapkah kita? (G76)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline