Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Indahnya Pemberian Maaf Sultan HB X untuk Florence

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat pemaaf. Ini saya rasakan sebagai sifat luhur sebagian besar bangsa Indonesia. Memaafkan dengan atau tanpa diminta pun, akan diluluskan. Setidaknya ini bisa ditilik dari sejarah kolonial Belanda sampai Jepang. Tak bisa saya bayangkan apa yang terjadi pada jaman tidak enak itu sesungguhnya, dan bagaimana kalau saya mengalaminya sendiri seperti kakek nenek. Atau kisah-kisah modern sakini yang seperti kebakaran jenggot dibicarakan lalu beberapa tahun setelahnya orang seperti tersihir, tak ingat. Meski itu semua bagian dari sejarah, toh, tetap ada kata maaf dan melupakannya. Bangsa kita memang jan ampuh untuk soal ini.

Begitu pula dengan kasus Florence Sihombing. Mahasiswi S2 UGM yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan media massa dan media sosial karena kicauannya yang keterlaluan soal Yogyakarta. Ia dimaafkan oleh Sultan Hamengkubuwono X setelah ditemani pihak UGM dan LSM, bertemu langsung dengan Ngarsa Dalem di keraton, pada hari Kamis, 4 September 2014. Bahkan Flo disarankan untuk tetap melanjutkan kuliahnya sampai kelar dan merasa memiliki Yogyakarta seperti kampung halamannya sendiri. Harus ikut dijaga, khususnya atas pengalaman berharganya dalam memahami cara menghargai orang lain yang baik dan benar.

Yogya.

Apa yang istimewa dari kota ini sampai semua ribut?

Yogyakarta adalah sebuah kota daerah istimewa. Karena keistimewaannya itu, kota ini menjadi milik kebanyakan orang, tak hanya yang berasal atau tinggal di Yogyakarta. Yang hanya sebentar berkunjung saja sudah jatuh hati, pengen datang lagi dan lagi. Jadi pantas kalau banyak orang yang merasa tak terima atau menyayangkan kata-kata buruknya dalam menjelek-jelekkan kota ini. Kota Yogyakarta itu romantis dan harmoninya tinggi, lho. Tidak ada yang menyangkal soal ini. Ingatlah lagu Katon Bagaskara (KLA) berjudul “Yogyakarta“ ... “Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku, bersahabat penuh selaksa makna .... terhanyut aku akan nostalgia ...“

DI Yogyakarta ini dipimpin oleh raja, tepatnya Sultan Hamengkubuwono X. Sebagai keturunan raja Jawa, pastilah ada adat istiadat, unggah-ungguh yang membuat karakter manusianya spesial. Meski sudah diwarahi, Sultan tetap memaafkan dan meminta agar rakyat juga mengikuti keputusannya. Bisa? Harus sendiko dhawuh, ini permintaan junjungan tertinggi kharismatik yang tak hanya disegani Yogyakarta tapi Indonesia bahkan dunia, bukan?

Sebagai bukan warga Yogyakarta, saya merasa tindakan Flo memalukan tetapi permintaan maafnya yang secara terbuka diungkapkan sangat berani (di antara bullying sana-sini) dan pemberian maaf Sultan sangat indah dan patut diteladani, dicontoh dan diikuti. Maafkan. Memang sebagai manusia, kadang sangat tidak mudah untuk memberi maaf saat disakiti. Dendam. Saya juga kurang paham soal pemahaman maaf-memaafkan di dunia ini. Memberi maaf atau meminta maaf tidak seperti membalikkan telapak tangan. Manusia bukan Tuhan yang Maha Pemaaf, bukan pula dewa. Manusia tempatnya salah, manusia banyak salah. Kesalahan yang pertama dianggap biasa, kedua kalinya itu luar biasa, ketiga adalah keterlaluan bahkan dianggap bodoh. Begitu sering saya dengar dari mulut orang-orang Jerman yang saya kenal.

Kejadian di SPBU Lempuyangan yang dipicu kalimat-kalimat Flo seperti bensin disiram api. Mak wukkk. Selain soal pelajaran budi pekerti di medsos, ada hikmah lain. Seperti pengakuan Flo yang saya dengarkan di youtube, banyak pihak yang membuat akun palsu atas namanya di media sosial. Untuk itulah ia menutup akun aslinya. Semoga karakter jadi tukang kompor ini tidak dilanjutkan, tidak ditiru. Dan kedua, tingkat kehati-hatian kita di media sosial lebih tinggi, misalnya dengan rajin mengganti kata kunci (?).

***

Florence pernah benar-benar dihabisi. Gadis muda itu sudah dikecam banyak orang di berbagai media di tanah air, ditahan POLDA, sidang komite etik UGM dan entah apalagi yang membuat hari-harinya stress tingkat tinggi. Semoga benar harapannya, bahwa cerita tentangnya sudah habis, sampai di sini saja. Meski sudah dimaafkan dan Flo merasa lega serta haru, semoga kejadian tak pantas ini tidak terjadi lagi. Tidak padanya tidak juga pada orang lain. Peringatan bagi kita semua untuk selalu menjaga diri baik-baik dan menghargai orang lain. Florence, Tuhan memang ada di mana-mana.(G76)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline