[caption id="attachment_382025" align="aligncenter" width="637" caption="Gunther Von Hogen (www.blick.ch)"][/caption]
Hagen. Nama ini ternyata tidak hanya terkenal digunakan sebagai nama keluarga bagi penyanyi terkenal Jerman, Nina Hagen. Saya baru tahu kalau nama ini juga dikenal di seluruh dunia setelah munculnya Gunther von Hagen yang kontroversial.
Ya, itu setelah kunjungan kami ke seorang teman di Schramberg. Usai menjamu kami dengan makanan Jerman buatan rumahan, kami dipameri sebuah buku. Tadinya saya senang dengan niatnya memperlihatkan buku mililknya. Saya suka buku! Setelah dibuka byak! Ya, ampuuuun ... ngeri. Isinya mengerikan. Uji nyali benar ini.
“Gimana? Tertarik untuk nonton pameran plastination Gunther Von Hagen bulan depan?“ Tanya teman suami saya itu. Usai membersihkan alat memasak, ia menemani kami duduk-duduk, ngobrol.
“Walah, nanti saya tak bisa tidur. Lihat bukunya saja sudah ngeri. Kalau lihat aslinya bagaimana ya?“ Saya tersenyum kecut namun tetap membuka lembar demi lembar halaman yang berisi banyak gambar dan beberapa tulisan. Ingin tahu dot com.
“Kok, kamu tertarik sama beginian?“ Suami saya heran. Hobi lihat mayat, kayaknya tak biasa.
“Bagiku, pemakaman entah itu dikubur atau dibakar sudah mahal dan repot, juga polusi alam. Lebih baik begini, diplastinasi. Orang yang ditinggalkan dapat warisan dari lembaga plastinasi, 1000-2000€.“ Ia memang sudah berniat untuk menjadi satu dari pedonor mayat untuk pameran Gunther Von Hagen. Hah, gak salah?!???
Saya, speechless. Ohhhh ... apakah saya bermimpi? Tidak ... tentu tidak, karena pameran dari Dr. Gunther Von Hagen ini sudah lama diselenggarakan sejak 1996, tak hanya di Jerman tapi juga seluruh dunia (Belanda, Italia, Inggris, China ..). Koleksinya sudah banyak sekali (dahulu pabriknya di China). Jadi sudah banyak orang yang menandatangani kontrak “Jika saya meninggal jasad akan didonorkan kepada lembaga Gunther von Hagen untuk diplastinasi lalu dipamerkan.“ Teman suami saya itu bukan orang satu-satunya yang akan atau telah menjalani plastinasi. Sudah ada lebih dari 13.000 orang relawan yang terdaftar.
Saya lihat sebuah halaman, di sana banyak mayat anak-anak yang diawetkan dengan beragam teknologi biologi seperti anak Hydrocepalus, anak kembar siam/dempet, anak dengan kelainan organ dalam, janin di dalam kandungan (bersama ibunya). Itu obyek nyata yang diperbarui biar tidak busuk, bukan mainan/barang plastik belaka! Ada mayat yang sedang nari balet, memanah, nendang bola, naik sepeda, main catur, lompat galah, main ski dan seterusnya. Belum lagi gambar paru-paru terbakar orang yang merokok, kepala orang dengan tumor otak, kanker usus dan entah apalagi. Saya melihatnya sambil meringis dan bilang, “Hiyyy ....“
[caption id="attachment_381996" align="aligncenter" width="432" caption="Gunther von Hagen&plastinasi (dok.screen shot bilder Gunther von Hagen)"]
[/caption]
Siapa Gunther Von Hagen?
Nama asli Gunther adalah Gunther Gerhard Liebchen. Jerman menganut patrilineal, di mana nama keluarga biasanya mengikuti garis ayah/suami (meski tak jarang ada perempuan yang ngotot mengambil kedua nama keluarga dari suami dan ayah dengan tanda minus sebagai penghubung). Nah, menikah dengan seorang perempuan dengan nama bangsawan, membuatnya mengganti nama, mengikuti nama istri (Cornelia Von Hagen) atau ayah mertua (von Hagen) Nama VON memang dikenal sebagai ciri khas kebangsawanan Jerman layaknya VAN di Belanda atau RADEN (dan sejenisnya) di Jawa. Nama anak-anak Gunther pun menggunakan nama belakang milik ibu atau istri pertama Gunther, VON HAGEN.
Plastinasi
Metode plastinasi sudah ditemukan Gunther von Hagen dan dikembangkan di universitas Heidelberg. Caranya dengan menggunakan metode, vakumisasi, sekaligus air dan sel yang dicampur bahan-bahan seperti Polymere; silikon, epoxidharze, polyesterharze. Permukaan dan struktur tidak akan diubah. Hanya saja, warna kulit dan organ mayat kan biasanya berubah, nah, untuk mengembalikan seperti semula, dikonservasi lagi. Itulah sebabnya, plastinasi ini aman untuk ditempatkan di suhu ruangan, tidak bau dan tahan lama, berbeda dengan teknik mumi atau wax.
Soal plastinasi pasti bukan barang asing bagi Gunther. Ia memang dibesarkan di lingkungan rumah sakit sejak kecil. Ketika sudah remaja pernah bekerja di rumah sakit dan apotik hingga sebagai asisten dokter di Helgoland. Ia mendapat gelar doktor dari universitas Heidelberg. Tahun 1977 menemukan plastination dan mendirikan sebuah institut tentang ini tahun 1993. Penghargaan Health Media Award diterimanya tahun 2010. Beberapa tahun kemudian, ia mengalami parkinson. Gunther juga pernah mendapatkan gelar profesor kehormatan dari universitas di China dan Amerika Serikat. Gelar ini jelas dipersoalkan di Jerman, seperti halnya kasus doktornya eks Minister Jerman, Guttenberg (yang mengundurkan diri dari jabatan gara-gara skandal titel).
Plastinasi Gunther tak hanya mengabadikan mayat manusia tapi juga hewan seperti gajah, sapi, gorila dan jerapah! Kabarnya untuk menyelesaikan mayat jerapah untuk siap ditampilkan dalam pameran, lebih lama tiga kali dari mengerjakan mayat manusia. Untuk mengangkatnya juga butuh banyak tenaga manusia. Tak hanya itu masalahnya, tentu pihak pecinta binatang ada yang ikut protes.
Gunther memang berkeinginan mendirikan museum mayat ini bertajuk “Körperwelte“, dunia tubuh manusia, di mana manusia hidup bisa belajar banyak dari manusia (dan hewan) yang sudah jadi mayat.
***
Yup. Pro dan kontra tentang penemuannya ini pasti ada. Kritikan dari kalangan agamis (“Gebt Toten ruhe“ atau “biarkan para arwah tenang“), media, organisasi dan pemerintah. Bahkan ancaman denda sebanyak 10.000-100.000€ pernah diterimanya. Misalnya, saat dua mayat sedang bersetubuh (hingga pada pameran ditutupi kertas alufolie). Atau bagian genital yang ditonjolkan di sana-sini. Dan tahu sendiri, di Jerman memang terkenal soal balas-membalas tuntutan (seperti Özil dan ayahnya, dituntut balik nuntut), ini pula yang dilakukan von Hagen pada para penuntut. Balik menuntut.
Ohhhhh, saya baru sadar sekarang bahwa salah satu pameran Gunther, dimasukkan dalam latar film James Bond “Casino Royal“ justru setelah melihat film dan mengetahui tentang Gunther ini. Gak perhatiin bahwa saya pernah menyaksikan bukti plastinasi pula.
Ahhh, saya tidak tahu, apakah gara-gara temuan plastinasi Gunther von Hagen ini membuat phenomena baru muncul dan makin marak bahwa semakin banyak manusia di dunia lebih memilih diplastinasi dan mendapat uang warisan ketimbang dikubur atau dibakar seperti tradisi leluhur.
Seorang manusia tertinggi di dunia (lebih dari 2 meteran), sebelum meninggal pernah mendapat tawaran dari institut von Hagen, akhirnya si pria menolak untuk diplastinasi. Jadi plastinasi ini pilihan, bukan paksaan.
Akhirnya saya mikir, untukmengunjungi pameran mengerikan dengan tiket mahal ini (hampir 20€ per orang) dan atau menjadi bagian dari pameran alias sebagai pedonor mayat untuk pameran Gunther von Hagen dengan ganti rugi uang ... memang butuh nyali! Saya tidak berani. (G76)
Sumber:
1. Obrolan cekak dengan calon pedonor plastinasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H