Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Pengalaman Belanja Black Friday di Internet

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14207157451813099137

[caption id="attachment_389500" align="aligncenter" width="600" caption="www.huffingtonpost.co.uk"][/caption]

Black Friday! Bantingan harga barang akhir tahun besar-besaran ini pasti membuat mata saya mau mencolot. Duuuh ... barang-barang bagus, murah-murah dan hanya bisa didapat dalam hari-hari tertentu. Waktu itu hanya dibatasi 3 hari, di sebuah situs yang saya temukan saat membuka kompasiana (di sebelah kanan atas) haha. Karena penasaran, saya buka iklan itu ... yaaahhh terjerat, deh. Perempuaaaan!

Sebelum bisa membeli, harus punya akun. Begitu saya daftar, dikirimi konfirmasi dan isinya ada voucher $5 sebagai selamat datang juga.

Tanggal 17 November itu, saya segera order barang yang disukai dan mendapat email sebagai berikut:

„Dear Gaganawati

Thank you for your order with ... After receiving your payment, we will process your order and dispatch it within  3  - 5 days. You can check the status of your order by logging into your account.

Your order information is listed as below:

......“

Yaaaa. Saya menuruti nasehat mereka untuk segera membayar. Keanehan pertama terjadi, meski dalam iklan disebutkan:Free shipping orders above $ 79, saya tetap dikenai bea kirim $8,45 lho. Meskipun kalau dikurs euro, tidak banyak, tetapi tetap saja tidak sesuai dengan kenyataan antara; janji dan bukti. Jumlah total harga barang yang saya pesan mepet sekali memang $ 79,59! Jadi sistem tidak menerima sisa 0,59 itu sebagai „above.“ Yo, wis-yo wiiiis ... namanya orang suka, tetap dibeli meski agak kesal. Tak mau kehilangan kesempatan ...

Keanehan kedua, begitu klik PAY NOW, mastercard saya ditolak. Disarankan pakai Pay pal. Padahal cara pembayaran jelas mencantumkan nama Master card, pay pal dan satunya ...ah, lupa. Paypal aman juga sih, bisa ditarik kalau barang tidak sampai.

Rasanya kartu ditolak? Walaaahhh ... panik, saya segera kirim Whatsapp mengharap bantuan suami yang ada di luar negeri untuk mentransfer sejumlah uang ke alamat yang saya sebut. Syukur, jawaban belahan jiwa saya ini bukan, “Meskipun murah ... kenapa beli jaket lagi, kan jaketnya sudah banyaaaak?“ melainkan, “Kamu suka? Ya, udah. Beli hari ini, jangan besok.“ Terima kasih, paaaak ... xixixi.

Nah, transaksi terjadi. Senengnya hati ini.

***

Saya menunggu. Menunggu adalah pekerjaan yang mendebarkan. Duuuh, kok jaket gak dateng-dateng siiiih? Waktu itu hari sudah maju terus, ganti bulan Desember! Kalau bu pos datang, saya yang pertama kali tergopoh-gopoh menyambut. Biasanya si gadis tuh, yang nomor satu di pintu. Kali ini, tidak. Mama duluaaaan ya, naaaak.

Karena khawatir dan heran, gado-gado rasanya, saya tanyakan lagi pada customer service. Pada tanggal 11 Desember itu, saya kirim email dan menanyakan paket untuk saya, belum juga tiba. Formulir di web site itu memang khusus bagi pelanggan menanyakan beragam hal. Setelah saya usut, status saya waktu itu dinyatakan belum dibayar. Saya mengeluh lagi, saya terangkan bahwa pembayaran dengan nama yang berbeda, bukan nama saya, tetapi tentu saja pembayaran untuk nomor order yang sama pada tanggal 17 November. Mengapa bisa diterima kalau tidak ada nama pembeli dengan nama suami saya itu, tapi nomor order double? (saya yang order tapi dikatakan belum membayar dan suami yang membayar pakai nomor order saya tapi sebenarnya bukan customer dan tidak punya order atas nama dia).

Sebuah email terbaca lagi:

“Dear Gaganawati

This is to confirm that your request has been received. Our customer service

will get back to you within 48 hours.

type:Shipping Status Inquiry

email: ...

name: Gaganawati

Order#: A...

Content: (isi keluhan/pesan/email saya)“

Ya,ya. Email saya dijawab pada tanggal 11 Desember 2014. Disuruh nunggu selama 48 jam, masalah akan diselesaikan dan diberi jawaban. Empatpuluhdelapan jam itu kan 2 hari ya? Ternyata tanggal 13 Desember, tidak ada jawaban. Ihhhh ...

Suami saya yang tanya-tanya terus, ikut gemes:

„Buk, uang di Pay pal ditarik ya? Kalau sudah 30 hari ditarik, sulit. Kalau bayar tanggal 17 November berarti 17 Desember ditarik, repot nanti kalau lama-lama.“

„Jangan, paaaak. Sabar ya, Pak. Besok kantornya saya telpon deh.“ Tomorrow never dies. Kalau tidak dikerjakan sekarang, biasanya besok lupa. Dan memang saya kelupaan terus menelpon. Apalagi perbedaan waktu Jerman dan Hongkong yang berbeda jauh. Kalau mau telpon, kantornya sudah tutup karena sudah sore atau malam. Halaaah.

Keanehan selanjutnya, pengiriman dua barang yang saya pesan, akan dikirim satu persatu (diperlihatkan dalam status shipping di akun saya). Apa gak berat di ongkir ya? Hongkong-Jerman? Atau ini untuk menghindari pajak barang impor? Biasanya kalau lebih dari 50€ kena denda, penerima harus bayar ekstra. Makanya dikirim satu barang satu persatu? Entahlah, tidak ada penjelasan mengapa dalam web.

Belanja on line pakai kesempatan Black Friday ini, lamaaaa. Bukankah disebutkan 3-5 hari untuk proses dan seminggu dua minggu untuk lama pengiriman? Waktu itu bukan bulan November lagi. Sudah Desember kan? Saya kirim sebuah email menanyakan order saya belum sampai tapi sudah dibayar.

Keluhan kedua saya tidak dibalas, beberapa hari setelahnya, status berubah bahwa pembayaran sudah diterima dan pengiriman sedang dalam proses.

Kemudian pada tanggal 25 Desember 2014, saya terima sebuah email dari mereka:

„Dear Valued Gaganawati

Thank you for your order at .... Glad to note you that we had shipped out your order A... today. The shipping method is BP. The tracking number is B...Please kindly check it from the http://www.bpostinternational.com/en/e-shipper/track_and_trace.html.

Note: It can take up to 3 working days for the shipping company to update the shipping record. If the tracking # shows invalid on the tracking website, please be patient and try again after a while.“

Saya lega. Ternyata ada tanggapan dan kemajuan yang baik, setelah tanggal 17 November lama berlalu. Pfff....

Naaaahhh ... Baru tanggal 7 Januari 2015, saya terima paket. Hanya satu barang yang dikirim dan satunya sedang dalam proses (katanya). Saya mematut diri di cermin, memasang jaket dan memasukkan kancing ke dalam lobang. Ketika melepasnya ...

“Paaak ... ucuuuull.“ Dari cermin, saya menuju suami.

“Apa ucul, buk?“ Bahasa Jawa suami saya memang terbatas sekali dibanding bahasa Indonesianya.

“Kancingnya copot.“ Saya tunjukkan dua buah kancing segedhe gaban, warna emas.

“Waduh ... jangan-jangan nanti jaket dipakai langsung sobek, rusak.“ Suami saya memang paling PD dengan produk Made in Germany. Mungkin benar apa yang dia ucapkan ....

“Tapi bagus lho, pak ... motifnya cantik, modelnya sukaaa...“ Saya membela diri.

“Iya, kayak Bademantel“ Suami saya menjuluki jaket saya seperti mantel untuk mandi. Ihhhh, jahat.

Saya tinggalkan suami dan merapikan bungkusan. Saya periksa plastik pembungkus. Keanehan lain saya temukan di dalamnya. Sebuah kertas bukti pengiriman dari perusahaan yang biasanya ukuran A4, hanya dipotong seenaknya ukuran 5x15 cm. Sepertinya digunting dengan cara tergesa-gesa atau parahnya, dikerjakan tidak dengan hati. Iggittt. Jadi ingat cerita pengalaman kompasianer Hennie di Shanghai. Waduuuuh!

[caption id="attachment_389456" align="aligncenter" width="536" caption="Jaket dibungkus di plastik ini"]

14207051911398257442

[/caption]

[caption id="attachment_389457" align="aligncenter" width="563" caption="Kertas pengiriman barang, digunting kecil dan jelek"]

1420705246507495386

[/caption]

***

Yup, demikian pengalaman tidak enak saya belanja pas Black Friday di internet. Jangan ditiru, tidak boleh terjadi. Yang pertama dan berharap, yang terakhir. Semoga ini tidak dialami pada kompasianer. Mungkin saja berbeda dengan pengalaman kompasianer lain dalam berbelanja saat event Black Friday begini di internet web SP ini atau web on line shopping lainnya.

Sekarang, saya kirim email pada customer service tentang konfirmasi bahwa jaket pertama, 1 item, telah saya terima. Dan masih akan saya tunggu apakah jaket kedua saya akan sampai di alamat rumah kami atau tidak. Menurut status dalam akun saya, barang kedua sudah ada di Jerman tanggal 2 Januari. Berarti segera sampai di rumah kami, mungkin.

Dari belanja di internet ini, saya jadi tahu bahwa barang tetap datang tapi luamaaa. Dan ini jadi pelajaran berharga bagi saya untuk tidak gampang belanja tanpa melihat track record mereka. Dalam review, kebanyakan orang (dari seluruh dunia) mencaci maki (tentang barang yang tak pernah datang, tentang uang yang mencapai ratusan $ tak kembali, keterlambatan yang mencapai bulanan, pemilik yang kasar dan tidak sopan saat ditelpon dan customer service yang buruk). Mereka menambahkan dengan tegas; tidak merekomendasikan web SP ini, sedangkan segelintir pembeli mengatakan bahwa barangnya bagus dan meskipun lama datangnya, tetap ingin belanja lagi dan lagi, suatu hari nanti. Beberapa pembeli (yang mengeluh) menuding bahwa mereka yang memberikan komentar bagus adalah orang dalam. Saya bukan orang dalam, tapi bisa mengatakan bahwa mereka tetap menepati janji mengirim barang sesuai pesanan meski pakai lama dan deg-degan. Meskipun demikian kejadiannya, suami saya (yang banyak membeli dari internet dan kebanyakan mendapat kualitas dan service bagus) tetap tersenyum dan  meyakinkan saya bahwa tidak semua on line shopping jahat. Yup, yakin, saya tidak rekomendasikan web jualan on line di Hongkong, SP ini. Hati-hati.

Selamat pagi. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline