Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Selfie, Cara Calon Walikota Gaet Pendukung

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142226749969776249

Judul: Annie

Genre: Film musikal anak-anak

Pemain: Rose Byrne (Grace), Jamie Foxx (Willy Stacks), Quvenzhane Wallis (Annie), Cameron Diaz (Hannigan)

Waktu: 119 menit

Produksi: Sony

[caption id="attachment_393364" align="aligncenter" width="214" caption="Annie si pemberani (dok.imdb.com)"][/caption]

Adalah Annie, gadis berkulit hitam manis berambut keriting. Annie adalah anak yang dititipkan pemerintah pada seorang sosial pedagogis NYC, yang diperankan Cameron Diaz.

Bersama empat gadis lainnya (Tessi, Mia, Isabella, Pepper), ia tinggal di kamar yang sempit. Mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti yang diperintahkan ibu asuh yang dipercaya pemda. Sayangnya, hanya anak-anak saja yang tahu tabiat si ibu; suka mabuk, malas dan kasar. Merekapun harus bersandiwara ketika petugas pemda setempat mengecek secara rutin. Saat si bapak datang, salah satu kertas identitas terjatuh di lantai. Di sana ada info tentang mereka.  Annie ingin mencari bapak-ibunya!

Sayangnya, mencari informasi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Annie tetap berjuang. Amati bagaimana kerasnya keinginan Annie ke kantor departemen sosial!

Tuhan memang ada di mana-mana. Sampai suatu ketika. Kehidupan Annie berubah ketika bertemu Willy Tacks. Waktu itu Annie hendak menolong seekor anjing yang dibully dua pemuda, berlarian ke sana-ke mari. Di suatu jalan besar, ia bertabrakan dengan Willy yang sedang jalan kaki karena mobilnya rusak dan meninggalkan tim suksesnya di sana. Annie terjatuh di jalan. Untungnya, Willy berhasil menyelamatkan Annie dari tabrakan mobil yang lewat. Kejadian ini diabadikan seseorang di facebook. Gemparlah dunia! Mereka mengelu-elukan Willy sebagai penyelamat rakyat, calon walikota yang pantas dipilih. Wow. Meskipun demikian, jalan masihlah panjang untuk jadi seorang walikota karena pesaingnya juga handal. Tim sukses (Guy dan Grace) menyarankan Willy untuk mengambil Annie demi mendapat semakin banyak simpati dari masyarakat.

Grace pun datang ke rumah di mana Annie tinggal. Ia diterima Hannigan.

Tentu saja maksud kedatangan Grace disambut baik. Annie bahkan mengatakan:

“Kamu boleh meminjamku kapanpun kau mau.“ Hahaha ... kesengsaraan hidup bersama ibu asuh tanpa cinta, membuatnya bosan dan memilih variasi baru.

Ow. Perhatikan pula pintarnya Annie berdiplomasi saat ia mengatakan pada Willy:

“Kalau aku boleh menginap di rumahmu, kamu akan jadi walikota. Kalau aku boleh jadi anak adopsimu, kamu jadi presiden.“

Adaptasi keduanya memang butuh waktu. Menyatukan dua pribadi yang berbeda latar belakang.

Ah. Soal adopsi ini akhirnya dipikir Willy lagi, bukan karena ia mau jadi presiden namun lantaran si Annie benar-benar telah merampas hatinya. Luluh. Setiap manusia punya hati. Suatu ketika, hati Willy benar-benar terketuk. Menikmati hari-hari bersama Annie yang menginap di rumahnya yang modern, canggih dan mewah, kadang ia sempat kesal. Lama-lama, ia menyadari, dirinya yang single ini merasa hampa tanpa anak dan istri. Annie telah mengisi hari-hari yang berlalu sendirian, seperti jalan tanpa lika-liku.

Pemotretan banyak dilakukan tim sukses. Insting Annie bahwa selfie yang ia lakukan bersama Willy sangat mempengaruhi pendapat masyarakat dan animo mereka untuk mencoblos Willy nanti sebagai walikota setempat, benar terjadi. Annie bahkan jadi idola kota setempat.

Owaieo. Selfie ternyata tak hanya konsumsi para artis dan rakyat biasa, politikus seperti Willy ikutan terhanyut dengan cara ini.

Salah satu anggota tim sukses cemburu, Guy namanya. Kalau dulu, kemana-mana, Willy sama Grace dan Guy, sekarang ada Annie. Selaluuuu Annie. Huh. Pokoknya Annie nomor satu. Bahkan Annie mendapatkan hadiah seekor anjing dari Willy. Si hewan piaraan bahkan boleh tidur di kasurnya yang indah.

Hingga akhirnya, Guy mengatur siasat, berembug dengan Hannigan dan berupaya membuat casting demi mencari orang tua palsu yang pas untuk Annie.Niat jahat. Jahaaaat sekali.

Mengapa casting? Selama ini, Annie percaya bahwa orang tuanya masih hidup. Ia masih ingat betul saat masih kecil dan duduk-duduk di sebuah cafe bersama mereka. Ketika ia dititipkan kepada Hannigan, ia selalu menunggu di depan cafe kalau-kalau orang tuanya datang menjemput. Si pelayan cafe selalu mendatanginya dan mengatakan bahwa orang tuanya tidak datang, sembari memberikan sekotak kapur tulis berwarna untuk menggambar di jalan (Kreide).

Setelah casting usai, terpilihlah sepasang suami istri yang mendatangi Willy dan mengatakan bahwa mereka orang tua Annie dan hendak mengambil haknya. Willy sedih. Annie begitu gembira karena impiannya tercapai. Orang tuanya telah kembali!

Kejadian berbalik ketika Hannigan terketuk hatinya, ia mengaku kepada Willy bahwa kedua orang yang membawa Annie itu adalah orang tua palsu yang direkayasa oleh Guy, tim suksesnya. Ia sempat tergiur iming-iming Guy hingga membantu acara casting di rumahnya.

Willy segera mencari Annie. Selfie, kembali menjadi sebuah solusi. Gara-gara Annie berulah dan menatap jendela serta melambaikan tangan kepada mobil yang lewat di dekatnya dan dipotret orang-orang. Selfie Annie di mana-mana. Pendeteksian lewat facebook ini berhasil menunjukkan di mana keberadaan Annie.

Setelah ketemu, Annie justru marah. Ia tak mau kembali ke Willy karena sadar bahwa kedekatannya dengan Willy telah dimanfaatkan untuk tujuan politis, meraih kursi walikota! Ini siasat! Untuk meyakinkan Annie, di depan pers, Willy menyatakan bahwa ia benar-benar dekat dengan Annie bukan karena tujuan politis.

Apakah Willy akan tetap diangkat jadi walikota?

Sisi positif:

Sosok Annie sungguh menginpirasi anak-anak untuk menjadi anak yang pemberani, tak pernah putus asa, tidak lupa kebaikan orang. Ia juga mengingatkan orang tua, bahwa tidak ada anak di dunia ini yang mau sendirian tanpa mereka.

Film musikal ini mengingatkan saya bahwa film dengan bumbu musik tak hanya berlinang air mata seperti yang sering saya tonton di Bollywood. Musik memang ekspresi jiwa. Tapi tak  melulu yang sedih-sedih saja ....

Kritik:

Potret ketidaktahuan pemda Amerika atas “kenakalan ibu asuh“ dalam film ini sempat saya sayangkan. Bukankah negeri maju itu memiliki sistem? Kontrol tentang track record seseorang yang dipercaya untuk melindungi dan merawat anak-anak asuh di bawah pengawasan pemda harusnya tetap ada. Fit and proper test? Wajib!

Jadi kalau ini terjadi di tanah air, sudah menjadi hal yang biasa karena toh Indonesia negeri berkembang. Lha wong yang negeri maju saja begitu ... hayooo.

Kedua, mengapa gambaran selfie bersama anak kecil di bawah umur 17 tahun (masih 8 tahun) dibiarkan di Amerika? Meskipun yang ngajak selfie adalah orang sepenting kandidat walikota setempat (Willy), nampaknya ini bukan contoh yang baik, apalagi untuk tujuan politis.

Entahlah, apakah ini juga terjadi dalam kehidupan nyata di sana. Semoga tidak.

***

Dari film ini, saya tidak tahu apakah kondisi di tanah air seperti itu. Selfie digunakan sebagai pencitraan atau sebaliknya, menjadi bahan menjatuhkan lawan. Jadi orang penting memang tak mudah ya, apalagi kadang orang tak bisa memilah mana urusan pribadi mana yang golongan. Mendingan tidak gabung jejaring sosial saja biar tidak diintip dan disalahgunakan? Jawaban ada pada pribadi masing-masing.

Selfie sendiri mampu menjadi pelacak pencarian seseorang, lantaran semua orang mobile dengan jejaring sosial yang dimiliki. Apalagi sebesar facebook.

“Annie“ kami pilih atas kesepakatan kami berlima. Film keluarga yang bisa ditonton suami dan saya sebagai orang tua dan ketiga anak sebagai anggota keluarga pada akhir pekan (Senin-Jumat biasa jadi hari sibuk, bukan?) sembari makan camilan seperti brondong bikinan sendiri.

Hmmm ... Begitu memandangi judul dan gambarnya, kami sudah tahu film ini ada inspirasi yang terselip di sana untuk anak dan orang tua. Dan betul. Waaah, passs!

Yup. Film ini saya rekomendasikan untuk ditonton anak-anak Kompasianer (bersama orang tuanya). Keberanian Annie, sudah pasti akan menjadi sebuah sosok idola yang patut ditiru. Perjuangannya mencari orang tuanya, menikmati hidup mewah bersama Willy tapi tak lupa dengan kawan-kawan lamanya (dibagi permen, diajak nonton bioskop, jalan-jalan ...), penampilan ceria seperti matahari sepanjang hari setiap hari ... apalagi yang bisa dicontoh dari Annie? Banyak! Tetapi tidak untuk berpolitik. No, no, no!

Selamat menonton. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline