Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Baju Tari Manukrawa, Hadiah Kompasianer Eberle

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423760629834075170

Dapat hadiah? Senaaaaang ... pasti senang dong, ya? Saya memang lagi senang hari ini, menimang-nimang baju tari Manukrawa dari Kompasianer Erberle yang baru saja pulang dari Jakarta dan kebanjiran di sana. Untung sudah ada di Jerman lagi. Di sini banjir saljuuuu.

Haduh, iyaaa, sedih dan prihatin juga sih, melihat gambar yang dia kirim di Whatsapp tempo hari. Mobil sedan bisa kelelep. Akhirnya pakai truk ke bandara. Aduuuuh, kota besar di Indonesia jangan banjir terus dong.... Pasti ada solusi deh.

[caption id="attachment_396518" align="aligncenter" width="461" caption="Kado yang indah, thank you!"][/caption]

Tari manukrawa

Dari namanya saja, pasti sudah tahu kalau ini adalah imitasi dari gerakan burung. Manuk = burung dan rawa= rawa, genangan air yang kadang ada buayanya tuh. Rawa yang pernah saya datangi adalah Rawa Pening di Salatiga dan Rawa Jombor di Klaten. Keduanya banyak enceng gondoknya.

Oh, ya. Tarian ini adalah tarian kedua dari Bali yang saya pelajari. Yang pertama, tentu, pendet, yang saya dapat dari guru seni tari di SMP. Terima kasih, ibuuuuu.... Terakhir menari pendet adalah saat saya ulang tahun bulan lalu, di depan teman-teman aerobik yang saya undang untuk tumpengan. Bajunya juga kado ultah dari Kompasianer Eberle. Thank!

Sedangkan tari manukrawa ini baru saya pelajari sejak tahun lalu lewat youtube dan belum pernah pentas di depan orang. Kalau pakai acara hadiah begini, saya makin ingin unjuk baju dan pamer tarinya. Tunggu saja nanti kalau ada acara khusus.

Kalau saya lihat di youtube, memang tarian ini tarian kelompok. Gerombolangitu. Namanya juga burung. Ada yang 5, 7 penari bahkan lebih. Semuanya wanita. Kalau penarinya asli Bali, akan kentara sekali perbedaan mata yang lebih besar, mimik muka yang tajam dan slodhet-nya, kenceng ... set-set-set. Kalau saya yang orang Jawa pasti beda, ya ... agak klemak-klemek. Hehehe ... Maaappp.

Tari Manukrawa dulunya masuk sendratari Mahabharata Bale Gala-Gala ciptaan tim sendratari Ramayana/Mahabharata propinsi Bali pada tahun 1980. Tarian ini jadi tarian lepas saat diubah sebagai kreasi baru ciptaan I wayan Dibia dan I Wayan Beratha pada tahun 1981. Mereka memadukan gerakan tari Jawa dan Sunda, sangat indah. Saya suka mempelajari tari ini karena rancak musiknya, lincah gerakannya dan lucu. Saya jadi seperti burung. Terbaaaannggg....

Nah, bagi yang ingin belajar tari tapi karena keterbatasan jarak dan waktu, tak usah khawatir; ada youtube. Memang beda sih belajar dengan guru tari dengan pakai video. Jangan kalah sama bule yang belajar tarian Indonesia sepeti Gaura (Australia), Akemi Kubo (Jepang), Angela Lopez (Spanyol), Julie Gaynes (USA) dan masih banyak lagi. Kalau mereka saja ngebet dan ngotot belajar budaya kita, kita harus lebih ngepot. Selamat belajar menari. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline