Lihat ke Halaman Asli

Riwayatmu Kini Ibu...

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah kenapa setiap dekat Ramadhan, porsi kangen saya sama Almarhum Ibu selalu tak terbendung. Menikmati kerinduan pada sosok yang paling saya cintai itu, tuts keyboard saya menari sampai bisa sharing dengan postingan ini. Menjadi seorang Ibu di abad ini sangat berat. Bukan berarti pada jaman baheula dulu tugas sosok mulia ini tidak berat. Tetapi belitan kesulitan hidup di era global, kapitalis, sekuler dan liberalisme ini, lebih menuntut seorang Ibu untuk menjadi superwomen dan serba bisa. Tempo dulu banyak ibu-ibu seperti ibu saya bisa merasa bahagia dengan hanya cukup tinggal di rumah saja mendidik anak dan mengurus rumah tangga. Karena kebutuhan rumah tangga terpenuhi dengan bersyukur dan merasa cukup memenej nafkah suami. Tetapi sekarang Ibu dituntut untuk lebih dari itu. Kalau kebetulan Ibu dari sodara sodari adalah Ibu rumah tangga saja, maka saya sarankan untuk "sujud syukur" karena bisa sepuas-puasnya dapat Ibu The touching of fulling in love. Tetapi sebenarnya, mau ibu rumah tangga saja ataupun Ibu super women tetap saja menghadapi problem banyak nggak enaknya, tertekan, penuh beban, stress... Ckkk... ckkk... ckk... :)) Bukan maksud saya untuk 'nakut-nakutin' sodara sodari terutama kaum hawa yg menjadi Ibu atau calon Ibu, tetapi justru memotivasi teman-teman untuk pasang kuda-kuda sejak dini. Banyak ibu zaman sekarang terpaksa keluar rumah ikut serta bekerja mencari nafkah, karena mahalnya kebutuhan hidup. Apalagi dengan kebijakan kontraproduktif dan konspirasi jahat oknum PENGUASA BEDEBAH yang kehilangan nurani dan akal sehatnya dengan seenak perutnya menaikkan Tarif Dasar Listrik yang melukai hati rakyat terutama para Ibu sebagai pengatur urusan rumah tangga. Kalau kebetulan sodara sodari suka ditinggal Ibu karena bekerja dan terkena sindrom KKS (Kurang Kasih Sayang) Ibu, anda sebaliknya harus bijak merespon fenomena ini, karena kerja keras ibu juga merupakan bagian dari cinta dan kasih sayangnya. Apalagi sehabis capek bekerja pun, beliau tetap kelihatan tampil prima mengasuh dan mengurus rumah tangganya. Pagi-pagi sudah bangun untuk menyiapkan sarapan, nyuci, ngatur urusan belanja, mengajari PR sekolah anak-anaknya, kemudian berangkat untuk bekerja di  luar dan lain-lain. Subhanallah.... Sungguh berat beban orang tua kita terutama Ibu. Teman-teman mungkin sudah pernah dengar  atau membaca Harian Kompas 17/12/2004 tentang kisah ibu Jasih warga kelurahan Lagoa Koja Jakarta Utara beberapa tahun yang lalu. Beliau sampai bunuh diri dengan membakar tubuhnya bersama dua anak kesayangannya. Ibu ini stress berat akibat kemiskinan yang menghimpit. Suaminya hanya seorang kuli bangunan yang tak mampun untuk memenuhi kebutuha sehari-hari, ditambah lagi dengan buah hatinya Galuh Permana yang berusia baru 4 bulan menderita kangker otak. Masih di tahun yang sama Suwarni (34thn) Ibu rumah tangga yang tengah hamil 4 bulan, tewas setelah menelan racunserangga di kamar mandi rumah kontrakannya di Bekasi Timur. Kepada suaminya pelaku sempat mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan sehingga mereka tak mampu membiayai sekolah anak perempuan mereka yang baru lulus SD. Kondisi di Indonesia termasuk ringan jika dibandingkan fenomena di belahan dunia lain seperti di Amerika dan Eropa. Banyak anak yang tidak hanya terjangkit sindrom KKS tetapi juga mengalami kekerasan terhadap anak kandung (Child Abuse). Lebih mending Harimau. Sekejam-kejamnya induk Harimau tidak akan menyakiti anaknya sendiri. Di buku karya Torey Heyden berjudul Sheila : Kenangan yang hilang, mengungkap kisah nyata kekerasan terhadap anak yang bernama Sheila. Suatu waktu saat bapak ibunya bertengkar, Ibu Sheila membawa anak-anaknya pergi. Namun di tengah perjalanan Sheila didorong Ibunya keluar dari mobil. Sheila pun tidak tahu kenapa ibunya bisa sekejam itu dan meninggalkannya sendirian di tengah jalan. Sheila begitu dendam. Kenapa adik laki-lakinya yang dipilih ibunya. Ketika usia Sheila beranjak lima tahun dia pernah menculik bayi laki-laki dan membakarnya di bawah pohon. Bisa dibayangkan betapa lebih memilukan kisah selengkapnya di buku tersebut. Hmmm.... Ibu riwayatmu kini..... Masih banyak lagi fenomena dan tragedi yang membuat kita berkata, "nauzubillah min zalik" terutama kondisi kekinian ibu di kancah kehidupan. Semua itu patut menjadi bahan renungan dan bersyukur karena Almarhum Ibu saya dan Ibu anda sekarang tidak seperti itu. Saya sekarang ditakdirkan untuk menjadi Yatim Piatu karena telah lama ditinggal Ibu tercinta saat saya masih  SMP dan ditinggal Ayah tercinta saya saat saya masih kuliah.  "Kunikmati kerinduan pada almarhum keduanya dengan selalu mengirimkan do'a di setiap langkah dan sholatku" Teman teman blogger masih sangat beruntung karena masih mendapatkan kehangatan kasih sayang kedua mahluk mulia ini. So, mumpung masih ada kesempatan, buruan peluk Ibu anda, cium tangannya dan bisikkan kata : I LOVE YOU SO MUCH MOM :( Dari berbagai sumber, posting image dapat di klik di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline