JAKARTA---Melaksanakan misi keagamaan tidaklah ditentukan dari jenis kelamin, bahkan bisa dilaksanakan kepada semua umat. Allah S.W.T. Diterangkan dalam Surat An-Nahl ayat 125, Allah berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik". Ketahuilah baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam menyiarkan dakwah kepada seluruh umat manusia.
Sudah menjadi rutinitas bagi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir untuk menugaskan lulusan mereka melalui sebuah program yaitu "Da'i Pedalaman", yang mana nantinya seluruh mahasiswa dan mahasiswi diberikan berupa surat tugas untuk menyiarkan dakwah di pelosok-pelosok wilayah Indonesia dengan rentang waktu 1-2 tahun. Program ini sejalan dengan data-data yang dipaparkan oleh Institut Ilmu Al Qur'an (IIQ) Jakarta yang menunjukkan 72% dari jumlah umat Islam di Indonesia masih belum melek huruf Al Qur'an.
Mega Octavia merupakan salah satu Da'iyah yang ditugaskan oleh STID Moh. Natsir untuk mensyiarkan Islam di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Hubaiba di Pagerungan Kecil, Jawa Timur.
Saat mendapatkan surat tugas dari Universitasnya, Mega menerka-nerka seperti apa susahnya jika ditugaskan ke desa tersebut yang notabenenya memang ada di pelosok Sumenep dan jarang terpapar dari perhatian pemerintah. Namun, hal itu terpatahkan begitu Ia sudah menginjakkan kaki di tanah Madura. Begitu antusiasnya mereka menyambut kedatangan Mega, baik anak-anak maupun ibu-ibu yang turut bersukacita menerima kedatangannya untuk menyiarkan pesan dakwah.
"Di sana (Pondok Pesantren Tahfidz Quran Hubaiba) itu ditekankan (untuk mengajarkan) tahfidznya, jadi disana mengajar (pendidikan) Bahasa Arab, Tahfidz, dan juga sempat mengajar kaum ibu-ibu untuk kajian." Jelas Mega saat ditanya mengenai aktifitas yang dilakukan selama satu tahun.
Mega mengaku kaget saat pertama kali datang, daerah tersebut sangat sepi kendaraan juga gelap. Perjalanannya dari Jakarta menuju Pagerungan Kecil memakan waktu total 41.5 jam dari menaiki bus menuju Sumenep, lalu menaiki kapal menuju Pulau Pateken kemudian menaiki perahu kecil untuk sampai di Pagerungan Kecil.
Mega menjelaskan tantangan yang dihadapinya selama mengemban tugas di desa tersebut, "(tantangannya itu) kalau di pesantren ada peraturannya, dan kebanyakan santri-santri disana kurang disiplin dan biasanya itu berasal dari orang tua yang tidak mau mengikuti peraturan pesantren dan tugas kita memberikan pemahaman mengenai tata tertib di pesantren.
Tapi tidak jarang juga ada cekcok antara pihak pesantren dengan wali santri, salah satunya saat dijelaskan dalam peraturan tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis dan ada wali santri yang protes karena hubungannya dengan salah satu santri adalah saudara." Tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H