Lihat ke Halaman Asli

andi gadis kinanti

Belajar mencintai dunia penulisan

Mengelola Keuangan Keluarga

Diperbarui: 24 November 2019   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: shutterstock

Hari ini saya ingin menulis tentang pengelolaan keuangan pribadi ataupun pengelolaan keuangan keluarga (jika sudah berkeluarga). Beberapa teman telah bertanya tanya, bagaimana caranya mengelola keuangan dengan bijak. 

Saya akan menuliskan versi saya saja, cara yang saya terapkan dalam keluarga. Masing masing orang bisa jadi berbeda tergantung situasi dan kondisinya.

Secara umum, saya membagi 2 kondisi keuangan keluarga. Pertama adalah keluarga yang memiliki jumlah pendapatan tetap setiap bulan, misalnya PNS, karyawan swasta atau siapa saja yang menerima gaji sejumlah tertentu tiap bulan. Kedua adalah keluarga yang memiliki jumlah pendapatan tidak tetap setiap bulan misalnya pemilik usaha kecil.

Untuk kondisi pertama, kita menerima gaji tiap bulan dalam jumlah tetap (meski tidak menutup kemungkinan kita menerima tambahan pendapatan lainnya) lebih mudah untuk dikelola dibandingkan kondisi kedua (menurut pengalaman saya ya). 

Biasanya saya membuat daftar rencana pengeluaran beberapa hari sebelum saya terima gaji. Saya membagi daftar pengeluaran menjadi beberapa bagian besar yaitu tagihan/cicilan yang harus saya bayarkan tiap bulan (cicilan rumah atau arisan), kebutuhan anak anak (anak saya tinggal bersama orang tua saya), kebutuhan bulanan dan mingguan saya, hutang, infaq/sedekah, biaya tak terduga. dan tabungan. 

Berdasar pengalaman, yang nominalnya tidak berubah tiap bulan adalah tagihan dan kebutuhan anak anak, selebihnya saya atur berdasar kebutuhan dan kecukupan. Biasanya yang paling cepat menyusut nilainya diakhir bulan adalah biaya tak terduga dan tabungan (terkait tabungan ini, saya punya perspektif tersendiri dalam mengelolanya). 

Intinya, gaya hidup harus mengikut pada pendapatan yang tetap itu. Jika saya memiliki pendapatan tambahan tak terduga biasanya akan masuk ke 'hutang yang harus segera dibayar'  atau infaq/sedekah atau tabungan. 

Seringkali juga infaq/sedekah ini saya ambil dari kebutuhan bulanan saya jika biaya tak terduga tiba tiba membengkak. Tabungan juga seringkali terkuras karena biaya tak terduga yang biasanya lebih besar dibandingkan yang lain.

Kondisi kedua, kita memiliki pendapatan yang jumlahnya tidak tetap, bagi saya mengelola keuangan pada kondisi ini sedikit lebih sulit dibandingkan yang pertama. Salah satu alasannya karena kita akan mengelola sesuatu yang kita tidak tahu berapa jumlahnya.

Menurut saya, kita bisa membuat daftar kebutuhan cukup atau nilai cukup kita setiap bulan. Nilai cukup ini berisi kebutuhan kebutuhan pokok kita setiap bulan, yang ketika itu tidak terpenuhi maka akan terjadi masalah dalam keluarga. Misalnya, kebutuhan makan, kebutuhan anak lainnya (popok, susu dll), kebutuhan dapur dan kebutuhan rumah lainnya.

Kebutuhan cukup inilah yang berusaha dipenuhi terlebih dahulu dari hari ke hari, jika pada akhir bulan ada sisa laba, ini bisa disimpan dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan pada bulan berikutnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline