Lihat ke Halaman Asli

Herawati Suryanegara

Penyuka Langit, penyuka senja.

Belajar Menyenangkan; Dosen dan Guru Digugu dan Ditiru

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

oleh Herawati Suryanegara

Penulis menuliskan artikel ini didasari oleh rasa syukur tak terhingga karena telah merasakan kebahagiaan dan senangnya belajar bersama para dosen yang luar biasa . Mereka selalu antusias dan  senang bertemu dengan para mahasiswanya dan tampak bahagia saat menyampaikan ilmunyA. Mereka berhasil memotivasi kami para guru untuk tetap bersemangat membagi ilmu dan mencari ilmu. Diantara beliau-beliau itu adalah Prof. Dr. Idrus Affandi, SH, .Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si. ,Prof. Dr.Ir .H. Eddy Yusuf, M.Si.M.Kom, Prof.Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. Prof. Awan Mutakin, M.Pd, Dr. Jajang Hendar Hendrawan dan dosen lainnya yang sering membuat saya terkagum-kagum, “bukan saja” karena keilmuan mereka tetapi juga karena kerendahan hati mereka.

Kemampuan mengajar  mereka membuat kami senang dan bahagia.  Kami yang telah menempuh jarak jauh untuk menuju kampus seakan lupa dengan semua lelah saat berhadapan dengan beliau-beliau ini.  Perkuliahan tidak pernah terkesan angker , kaku ataupun menegangkan. Mereka mampu menempatkan mahasiswa sebagai “manusia” dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Hal diatas membuat Penulis semakin merenung, alangkah kampungan dan sombongnya Penulis yang memang guru kampung dengan ilmu yang tak seberapa ini  bila tidak dapat meniru dan mewarisi sikap-sikap gurunya. Bukankah guru pun harus tetap berguru..? berguru pada dosen yang patut digugu dan ditiru.

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si menyatakan bahwa perubahan dalam dunia pendidikan sangat tergantung pada performance guru .meski pemerintah melakukan apapun, bila gurunya tak berubah maka pendidikan akan bersifat statis. Satu-satunya yang mengintervensi guru mengajar di kelas adalah keyakinan guru itu sendiri.

Penulis mentafsirkan bilamana guru itu sendiri meyakini dirinya akan senang dan bahagia saat mengajar maka hal itupun akan berlaku terhadap anak didik. Apapun kurikulum yang diberlakukan pemerintah,  belajar mengajar disekolah akan tetap menyenangkan dan membahagiakan sesuai dengan keyakinan guru itu sendiri. Menyenangkan  dalam artian, guru melaksanakan tugas mengajar didasari rasa senang dan bahagia. Senang bertemu dengan anak didiknya , bahagia dapat mengamalkan ilmunya.

Apa jadinya pembelajaran bila dipandu dan dibimbing oleh guru yang tak senang saat berjumpa dengan murid-muridnya? Murid akan merasa sangat tertekan dan “terpaksa” belajar  karena akan berhadapan dengan sosok yang tak menyukainya. Mereka hadir di kelas dengan terpaksa . Mereka belajar bukan karena rasa butuh atas ilmu namun karena rasa takut. Biasanya guru yang demikian akan bermuka masam,jarang tersenyum, cepat marah oleh hal-hal kecil dan sepele, gampang tersinggung  dan sering mengumpat dengan kata-kata yang tak menunjukan dirinya sebagai pendidik. Keadaan ini tak kita pungkiri, ada disekeliling kita, dunia para pendidik, dunianya para guru juga dunianya para dosen. Menyedihkan..!

Lalu, apa yang terjadi bila guru merasa tidak bahagia saat dapat menyampaikna ilmunya?

Hal yang mungkin tidak disadari bahwa, guru adalah pemberi energy positif dalam ruang kelas. Mereka yang bahagia saat membagikan pengetahuannya akan tampil dengan gerak gerik yang membahagiakan pula. Guru yang bahagia, tidak suka menghardik anak didiknya yang mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak ia mengerti. Ia juga tidak suka memberikan label yang tak baik kepada anak didiknya. Guru yang bahagia dengan ilmunya, bahagia pula membagikan ilmunya. Ia akan mencari cara yang baik dengan menggunakan methode yang menyenangkan agar suasana kelas tidak menegangkan.

Guru yang bahagia biasanya bermuka ramah, gemar membalas sapa sang anak didik, kehadiranya ditunggu, nasihatnyapun mereka dengar., ia menghargai anak didiknya beserta latar belakang social, budaya dan ekonomi mereka. Ia akan berusaha membuat anak didiknya bahagia saat belajar bersamanya.

Apa yang anda bayangkan bila saat proses pembelajaran berlangsung , guru melaksanakannya tanpa rasa senang dan bahagia..?

Siswa akan merasa tertekan, guru pun demikian. Keduanya merugi.oleh karena itu adalah sangat penting sebelum masuk kelas atau sebelum pembelajaran dimulai, guru  menata diri, baik secara fisik maupun emosi. Barulah kita melangkah kedalam dunia terindah kita… dunia kelas, dunia penuh cinta , dunia yang menyenangkan serta membahagiakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline