Lihat ke Halaman Asli

gading indah

Mahasiswa

Demi Konten Viral, Segala Cara Dihalalkan

Diperbarui: 24 Juni 2022   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Pexels

Semenjak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, hampir seluruh kegiatan dialihkan menjadi daring atau online. Mulai dari kegiatan belajar mengajar, jual - beli, pelayanan publik, seminar, konser musik, dan masih banyak lagi. 

Tujuan dilakukannya peralihan tersebut tentunya sebagai salah satu usaha memutus rantai penyebaran Covid-19. Peralihan kegiatan yang menjadi serba online ini mengakibatkan naiknya jumlah pengguna media sosial di masyarakat. Mereka biasa memanfaatkan media tersebut untuk berkomunikasi, menggali informasi, atau hanya sekadar mencari hiburan.

Minat masyarakat yang tinggi akan media sosial, seperti TikTok, Youtube, instagram, dan twitter membuat munculnya banyak content creator baru. Para content creator ini saling bersaing untuk menjadi popular dengan membuat konten-konten yang menarik sehingga mampu menarik banyak penonton. Namun, tidak sedikit diantara mereka yang malah membuat konten berbahaya hanya demi mendulang jutaan views.

Fenomena munculnya konten berbahaya di media sosial kini semakin marak. Para content creator seringkali hanya mementingkan ketenaran dan mengesampingkan dampak negatif yang bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang melihat. Salah satu kasus yang sedang banyak diperbincangkan saat ini adalah aksi tiga remaja mengadang truk yang menewaskan salah seorang diantara mereka. 

Aksi tersebut diduga dilakukannya hanya demi konten. Selain kasus tersebut, adapun tren Tiktok #saltchallage yang menantang netizen untuk menuangkan garam dalam jumlah banyak ke dalam mulut. Herannya, tidak sedikit netizen yang melakukan tren negatif itu tanpa memikirkan bahayanya bagi tubuh.

Melihat semakin maraknya beredar konten berbahaya di media sosial mengharuskan kita untuk saling mengedukasi. Fenomena ini jangan sampai terus berlanjut, sebab bahaya yang akan didapat tidak hanya dirasakan oleh content creator, tetapi juga para penonton yang melihatnya terutama mereka yang masih belum cukup umur.  Anak dibawah umur akan cenderung mencontoh apa yang dilihatnya sehingga hal ini merusak calon generasi penerus bangsa. Kita sebagai penonton juga harus bijak dalam memilih tontonan, jangan memberi 'panggung' kepada content creator yang membuat konten-konten menyesatkan dan berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline