Lihat ke Halaman Asli

Gading FitraSanjaya

Guru SMA Islam Al Azhar 7 Sukoharjo

Ancaman Abrasi Pesisir Utara Jawa Tengah

Diperbarui: 8 Juni 2023   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, abrasi adalah sebuah proses terjadinya pengikisan pesisir pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus laut yang merusak yang di mana pemicunya adalah keseimbangan alam yang terganggu di daerah tersebut.

Fenomena geografi Pasang air laut terjadi akibat perubahan iklim yang sangat dahsyat, maupun penurunan muka tanah menyebabkan kota-kota di Indonesia dan khususnya di kawasan pesisir Pantai.

Fenomena Abrasi terjadi daerah pesisir utara Pulau Jawa, salah satu di Jawa Tengah. Penurunan tanah disertai peningkatan pasang laut ini akhirnya memicu abrasi di berbagai wilayah di Jawa Tengah. Dan fenomena ini menyebabkan kota-kota pesisir pantura dikhawatirkan tenggelam.

Dari kalkulasi, wilayah pesisir di Jawa Tengah yang hilang dampak abrasi mencapai 7.957,89 hektar. Dari angka itu, Kabupaten Brebes tercatat sebagai daerah paling parah mencapai 2.391,95 hektar, disusul Demak 2.218,23 hektar dan Semarang 1.919,57 hektar. (https://www.mongabay.co.id/2021/12/11/abrasi-di-jawa-tengah-capai-7-957-hektar/).

Banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah abrasi ini, salah satunya adalah penanaman pohon mangrove untuk mencegah pengikisan. harapan utama dari penanaman mangrove adalah menjaga ekosistem pantai yang dikhawatirkan rusak karena gempuran abrasi dan ombak. banyak permukiman penduduk yang terendam oleh ombak, padahal dulu jarak antara rumah dengan garis pantai cukup jauh.

Beberapa kajian dan penelitian memprediksi kota-kota di pesisir Pantura akan tenggelam pada 2050, hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena banyak hal yang harus diperbaiki dalam rangka menyelamatkan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline