Lihat ke Halaman Asli

Eksekusi Otak, Kuliah Lagi Ini Bukan Solusi Tapi Itu adalah Masalah Baru dan Tanggung Jawab Besar

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403595967447971010

Yup SIMAK, seleksi untuk mendapatkan jaket kuning berlambangkan makara UI. Hari itu pun tiba, hari yang menyebabkan napsu makanku meningkat drastis (emotional eater). Hari eksekusi otak yang telah sekian tahun tak digunakan untuk menjawab soal cerita. Hari merelakan uang 750rb untuk pusing. Hari bertemu teman-teman baru. Tepatnya tanggal 22 JUNI 2014, Subuh-subuh aku sudah berada di gerbong kereta dari stasiun Kalibata pukul 6.00 WIB menuju Universitas Indonesia. Aku memilih berdiri di gerbong wanita paling depan dan pojok, berharap tak ada peserta simak UI disampingku. Tujuanku  hanya untuk  meminimalisir aura si simak. Setelah 5 menit berdiri dan kereta telah berjalan, mulai lah satu demi satu penumpang terdeteksi bahwa mereka adalah peserta SIMAK juga -__-, mereka sibuk membaca soal dan membahasnya, yang bisa kuduga bahwa itu adalah contoh soal SIMAK UI tahun lalu. Banyak juga penumpang yang bertujuan sama denganku, yaitu mengeksekusi otak di UI. Sejujurnya aku tak tahu dimana lokasi ujianku, dimana gedungnya, kelasnya, tak ada survey yg aku lakukan sebelumnya. Hari itu hanya bermodalkan petunjuk jalan dari temanku yang kuliah di UI. Tapi tetap saja aku bingung bukan kepalang, mau kemana. Keluar dari stasiun UI, aku disambut oleh keramaian pengguna jalan, yang bisa dikatakan macet. Wooowww, gak disangka ujian yang komersil ini memiliki peminat luar biasa. Jangan panic, karena tukang ojek telah standby untuk mengantarkan peserta ujian yang tak tau tempat ujiannnya. Aku rasa ini tukang ojek udah biasa mangkal di UI. Dia tau seluk beluk kampus UI. Padahal temanku menyuruh aku berjalan kaki untuk menuju GEDUNG IV tempat akan berlangsungnya eksekusi. Tapi gpplah ngasih rejeki tukang ojek pagi-pagi.
Sesampai di gedung IV aku langsung mencari kelas tampat akan dieksekusinya otakku. Ternyata kelasku berada di lantai 2 yaitu ruang 4214.
Di dalam kelas aku mencari meja yang bertempelkan nomor ujianku. Tak butuh waktu lama untuk menemukan nya, aku duduk diurutan ke dua dari depan di pojok sebelah kiri. Disampingku telah duduk seorang pemuda, yang kalau dari raut mukanya dia berumur sekian tahun lebih tua dari ku *sokmuda.
Sebelum kelas dimulai, semua peserta diminta untuk keluar kelas telebih dahulu, karena pengawas akan mempersiapkan bahan ujian. Di saat ujian berlangsung, peserta diminta menyimpan semua peralatan kecuali pulpen, nomor ujian, ktp, pencil, penghapus dan rautan. Hp dinonaktifkan dan disimpan di Tas yang ditaroh di depan kelas.
07.00 peserta mulai mengisi data diri pada lembar jawaban hingga pukul 07.15. Setelah pengisian data diri, masing-masing peserta diminta untuk mengecek soal yang telah dibagikan, agar tidak terdapat kerusakan soal. Benar saja, ada dua soal yang rusak, berdasarkan penuturan pengawas, bahwa masing-masing soal tidak ada yang sama dan memiliki kode tersendiri. Jadi kalau diketahui bahwa ada soal yang rusak di tengah pelaksanaan ujian, maka peserta yang mendapatkan soal rusak tersebut harus mengerjakan soal baru dari awal lagi.
07.30 WIB bel berbunyi kembali, pertanda bahwa peserta telah diperbolehkan menjawab soal. Oh iya untuk tahap pertama adalah ujian TPA (tes potensi akademik). Soal TPA ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu verbal, kuantitaf dan logika. Masing-masing bagian tersebut telah ditentukan waktu pengerjaannya. Dan untuk TPA ini penalaian nya ada penalty, yaitu jika jawaban benar akan diberi skor 4, jika salah diberi skor -1 dan jika tidak menjawab maka skornya nol. Hayooo gak bisa main tembak-tembak aja dong :p
Untuk tes verbal aku masih bisa tersenyum walaupun ada beberapa soal yang aku ragukan jawabannya. Taraaaa tibalah bagian untuk menjawab soal kuantitaf, soal yang membuat senyum semakin lebar hingga manyun, oh tuhaaan ini bagaimana caranya sulit bagi otakku mencari penyelesaian soal tersebut, tak banyak yang bisa ku kerjakan. Aku benar-benar merasa waktu berjalan sepreti berlari, aku butuh waktu lebih lama lagi, belum setengah soal yang kau kerjakan bel pun berbunyi, yang menandakan bahwa aku harus berhenti mengerjakan soal kuantitaf tersebut. Dengan pasrah aku beralih ke soal logika.. Ya ampun, walaupun soal ini tak sesulit soal kuantitaf, tapi untuk mengerjakan soal logika ini dibutuhkan konsenterasi yang begitu tinggi, dan harus focus. Aku yang merasa di buru waktu sult untuk berkonsentrasi karena soal logika ini begitu banyak, sedangkan waktuku hanya sedikit. Aku terusberusaha untuk focus dan mencari jawaban yang paling benar. Tetap saja bagiku tes TPA ini sangat minim waktu. Banyak soal yang tebengkalai. Tapi yang kau heran ternyata tetangga sebelah ku lebih kesulitan untuk mengerjakannnya, dia hanya mengerjakan berfikir sedikt, sebagian besar jawaban yang ia tullis hanya berdasarkan hitungan kancing bajunya hahha
Dalam hitungan liam menit teman sebelah selesai menghitamkan semua jawaban dia harapakan akan benar.
Tes TPA pun berakhir senyum oon dari ku. Seingatku, semua jawaban aku isi, tak pedulii dengan penalty jika salah akan mendapat skor -1, like I care?
Sebelum lanjut ke tes Inggris kami diberi waktu untuk istirahat, akupun memanfaatkan waktu untuk berkenalan dengan teman sekelas, nama nya lia rupawan, lembut, lia freshgraduate yang baru lulus Mei 2014. Lia adalah gadis dari Malang, dia berniat mengambil pascasarjana di UI dengan jurusan Magister Manajemen.
Karena napsu makan lenyap gegara TPA aku dan Lia memutuskan untuk beristirahat di dalam kelas. Di sana sedang duduk seorang perempuan yang berwajah seperti orang Indonesia Timur, ternyata benar, dia dari Manado namanya… yaampun maaf aku lupa (sempet nanya apa gak ya?). Si Mba yang dari Manado tersebut mengambil Magister Keperawatan Wooow, ternyata selama ini aku salah besar, ku kira perawat itu hanya sampai D3 dan S1 saja. Si mba tersebut sudah berkeluarga dan telah dikaruniai 2 anak. Semangatnya untuk melanjutkan pendidikan sangat besar, aku semakin termotivasi olehnya.
Baiklah setelah tiga orang yang ku kenal, tak satupun dari mereka yang saingan denganku, masing-masing memilih jurusan yang berbeda.
Untuk lelaki yang duduk sebelah yang katanya menggunakan jurus hitung kancing menjawab soal, namanya Hakim, dia bekerja di Bank BUKopin dan mengambi; jurusan ilmu hukum.
Waktu istirahat pun usai, dan inilah yang ditunggu tunggu, tes bahasa inggris untuk eksekusi otak. Pokoknya pesan Wushi “Semua soal dijawab ya TEK” haha, karena untuk tes bahasa inggris ini tidak berlaku penalty bagi jawaban yang salah. Don’t worry be happy 
Untuk tes bahasa Inggris ini ada tiga bagian, vocab, structure dan reading (soal cerita). Dari pertama aku sudah menyerah dan hopeless untuk structure (grammar) gak pahaaam. Ya terbukti banyak sekali soal structure tak bisa ku jawab dan berakhir pada bismillah.
Khusus untuk soal ceritanya, aduuuh naskah nya panjang banget, pokoknya berusahalah memanfaatkan waktu yang begitu sedikit. Untungnya gak ada soal mengenai Gubernur JKT ataupun capres RI, tapi lucunya soal ceritanya membahas selfie dan narsis di media social haha. Updateee!
Waktu pengerjaan pun telah usai, namun saying sekali ada salah seorang dari peserta yang tak mengisi penuh jawaban, dia hanya mengerjakan seperti dari jumlah soal, padahal gak ada penalty. Lumayan dari pada kertasnya sepi, mending di isi, kali aja bener haha
Baiklah sekian dulu cerita ku mengenai SIMAK UI (Pascasarjana), Jangan lupa pulangnya akan bertemu dengan muacet (bagi yang membawa kendaraan) dan antrian panjang bagi yang naik kereta.
Oh iya, untuk hasil simak tersebut akan diumumkan tanggal 23 Juli nanti. Kita tunggu aja kejutannya, aku menganggap ini pengalaman berharga, termotivasi melihat orang-orang yang bersemangat untuk meraih pendidikan dan ilmu. Tapi serahkan lah hasilnya pada yang Kuasa (Allah SWT), karena bagiku, KULIAH lagi ini bukan solusi tapi itu adalah masalah baru dan tanggung jawab besar. So, Allah lah yang maha tahu, apa yang terbaik bagi hambaNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline