Lihat ke Halaman Asli

Pergerakan Baju Kotak Kotak

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedikit kita flashback kebelakang, pada saat pemilu 99 dimana PDIP menjadi salah satu nominator partai pemenang pemilu, dengan cara berkampanye yang dibuat PDIP pada saat itu hampir sama seperti kampanye Jokowi Ahok, yang membedakan dari sosial media saja. Sekmen mereka anak-anak muda yang baru memilih. Icon baju kotak-kotak yang terlihat santai dan gaul membuat anak muda sekarang mengangap itu satu icon yang unik.

Baju bermotif kota-kotak itu mudah diingat, bagi anak muda sekarang yang penting terlihat gaul, kebijakan atau visi dan misi dari seorang kandidat tidak terlalu dipahami sama mereka. Bayangkan diJakarta sendiri ada berapa ratus sekolahan maupun puluhan Universitas, hitung-hitungan tim sukses Jokowi cukup cerdas dalam hal ini, target mereka gimana caranya mengambil suara anak muda untuk Pilkada nanti.

lihat saja para relawan muda Jokowi ahok melalui sosial media mereka cukup kuat dibanding Foke Nara, begitu gencar mereka membuat opini-opini yang sebenarnya belum tentu mereka pahami dan terkadang tidak santun. Tim sukses Jokowi Ahok cukup cerdas pula mengambil simpati ke masyarakat dengan memberikan nomor handphone maupun PIN BB Ahok.

Nomor handphone dan PIN BB tersebut juga belum tentu seutuhnya akan dipegang Ahok yang katanya itu milik pribadi bila ada keluhan masyarakat, bayangkan ratusan nomor dan PIN BB yang masuk ke Ahok. Logikanya tidak masuk akal, handphone akan berdering setiap 1 menit dan seberapa banyak BB bisa menampung contact list ?

Sebenarnya salah satu cara-cara cerdas itulah yang digunakan tim sukses Jokowi Ahok dalam berkampanye, dan ketika Jokowi Ahok ditanya mengenai visi dan misi jawabannya belum terpikirkan. Cara berkampanye seperti ini cukup menjanjikan pada saat Pilkada maupun Pemilu. Isu SARA sendiri kurang efektif, anak muda sekarang bergaul tidak mengenal SARA, isu SARA hanya masuk pada sekmen orang tua dan itu pun belum tentu efektif.

Masyarakat yang cerdas tentu tidak melihat dari aspek baju kotak kotak saja, melainkan aspek global. Isu-isu yang berkembang sekarang sesungguhnya tidaklah demokratis melainkan kebencian. tim sukses atau relawan Jokowi Ahok maupun Foke Nara seharusnya sama-sama saling menghormati perbedaan. Berbeda ideologi bukan berarti merusak demokrasi dan cara kampanye hitam harus dihentikan.

Salam Kompasiana.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline