Lihat ke Halaman Asli

Gacoor

Lelaki

Rakyat Crimea Telah Memilih, Apa Hak Dunia Lain...

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395042714461915543

[caption id="attachment_326948" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption]

Kekhawatiran  negara dunia  akan krisis  Ukraina  membawa  babak baru  ketegangan  yang  lebih  memprihatinkan. Rusia  secara historis  merasa  ada kedekatan dan hubungan darah dengan Crimea yang merupakan bagian wilayah konstitusi Ukraina. Disisi  lain,  Negara  AS dan EU dengan kepentingan politik,  menentang cara-cara  Rusia  mengirim ribuan pasukan  kedalam wilayah  Ukraina.  Sementara  negara-negara lain melihat dan menunggu   atas  ketegangan yang  sedang  berlangsung.  China yang diharapkan bisa mencairkan situasi yang  sensitif dan sarat kepentingan politik,  juga menunggu dan melihat perkembangan. Sikap kehati-hatian China ditunjukan dalam  rancangan  mengecam resolusi referendum  atas Crimea di   PBB  memilih abstain.

Diplomat  barat  menganggap abstain  China hal positif.   Sidang  dewan  atas permintaan   Washington  pengecaman    Resolusi refrendum di Cremia,  didukung 13 negara dari 15 yang ada,  akhirnya  ditolak  Rusia  dengan  hak veto-nya di PBB. Referendum  di Cremia,  tetap  dilaksanakan kemarin  16 Maret 2014  dengan dukungan Rusia  yang dengan tegas bahwa  referendum  di Crimea  sudah  sesuai  hukum  Intenational dan  piagam PBB no 1  yang  menyatakan, setiap warga  negara  berhak untuk menentukan nasib sendiri.

Hasil  referendum  yang  berlangsung  dari  sekitar  50% suara yang dihitung  telah  menunujukan  hasil  95%  suara rakyat Crimea  memilih  bergabung  dengan  Rusia  dan berpisah dari Ukraina.   Saling  klaim  legal dan ilegal  atas pelaksanaan  referendum  tersebut mewaranai ketegangan yang sangat memprihatinkan.  Rusia menganggap referendum tersebut  Legal,  Amerika dan sekutu Eropa  menganggap Ilegal.

Kanada  melalui mentri luar negrinya,  juga negara Jepang melalui kabinet pemerintahannya  sepakat  menolak hasil referendum Crimea yang 95% rakyatnya memilih bergabung dengan Rusia.  Sangsi yang akan diberlakukan terhadap Rusia bisa saja terjadi  pemicu yang lebih tidak diinginkan oleh negara  yang  lebih mengutamakan perdamaian.

Bila !   Arogansi AS dalam setiap menghadapi masalah dunia menghubungkan ideologi demokrasinya dengan senjata dan militer,   dan Rusia dengan egonya juga tak mau kalah apalagi harus didikte oleh AS,   akankah  dunia  memasuki fase baru yang mengerikan.   Sejarah  mencatat dalam perang dunia negara  - negara yang kuat secara militer dan demi idologinya menjadi pemicu perang dunia 1 dan 2

Tulisan ini adalah opini,  rasa kekhawatiran pena.  Ketegangan  dunia  pasca runtuhnya Uni  Soviet bukannya mengecil malah berkembang menimbulkan blok-blok baru.

Dimana kesalahan rakyat Crimea yang telah memilih nasibnya, patutkah  mantan presiden Ukraina  Victor Yanukovich dikambing hitamkan atas krisis eks negaranya.  Lantas  apa hak dunia atas  krisis tersbut.

Semoga dunia yang katanya semakin tua, tidak menjadi gila, tapi akan lebih bersahaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline