Lihat ke Halaman Asli

Studio Ghibli : Menyulam Mimpi Melalui Keajaiban Animasi

Diperbarui: 18 September 2024   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

capt: logo Studio Ghibli sumber: ghibli.fandom.com

Studio Ghibli merupakan salah satu rumah produksi film anime di Jepang yang sudah terkenal di seluruh dunia, karena berhasil membuat film dengan kualitas seni yang tinggi. Jika Amerika memiliki Disney, maka Jepang memiliki Studio Ghibli.

Asal Usul Nama Ghibli

“Ghibli” merupakan nama yang mengacu dari bahasa Italia, yang berarti “angin Sahara yang panas”. Nama digunakan karena mewakili keinginan para pendiri untuk meniupkan angin baru melalui industri animasi (Azzahrani, 2021). Selain itu, alasan lain dari penggunaan nama “Ghibli” adalah karena Miyazaki memiliki kecintaan terhadap pesawat pengintai buatan Italia yang digunakan saat Perang Dunia II, yakni Caproni Ca.309 Ghibli.

pendiri Studio Ghibli (Hayao Miyazaki (kiri), Toshio Suzuki (tengah), dan Isao Takahata (kanan)) sumber: manualgeek.com.br

Studio Ghibli didirikan oleh Takahata Isao, Suzuki Toshio, dan Hayao Miyazaki pada tahun 1985. Studio Ghibli merupakan rumah produksi film anime yang sangat terkenal di seluruh dunia karena kualitas pembuatan film dan seninya yang tinggi serta menawarkan kebaharuan di setiap tahunnya (Bauer, 2024). Kantor pusat Studio Ghibli berada di Tokyo.

Kebanyakan film yang diproduksi oleh Studio Ghibli merupakan film anak-anak, tetapi adapula film dengan genre slice of life hingga fantasi. Klasifikasi rating usia penonton yang dimiliki oleh Studio Ghibli terbagi menjadi 3, yakni (Hidajat, 2014):

  • G (General Audience) : semua usia dapat menonton
  • PG (Parental Guidance) : dianjurkan adanya bimbingan (pendampingan) orang tua
  • PG-13 (Parents Strongly Cautioned) : anak di bawah usia 13 tahun wajib didampingi oleh orang tua

Masyarakat di Jepang mengaku pasti pernah menonton setidaknya satu film anime yang diproduksi dari Studio Ghibli. Dinh (2013) mengatakan bahwa Culture Convenience Club Co., Ltd., sebuah perusahaan Jepang yang mengoperasikan TSUTAYA, jaringan persewaan film Jepang melakukan jajak pendapat pada masyarakat Jepang terkait seberapa besar minat mereka menonton film yang diproduksi oleh Studio Ghibli. Survei ini diikuti oleh 1.251 pemegang kartu poin TSUTAYA dengan rentang usia antara 16 dan 69 tahun. Pertanyaan pertama dari survei tersebut adalah apakah para anggota pernah menonton film yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki. Hasil dari jawaban pertanyaan pertama mendapat 95,6% responden yang mengatakan bahwa mereka telah menonton setidaknya satu film (Dinh, 2013). Rating film Studio Ghibli yang banyak ditonton adalah “My Neighbour Totoro” 85.5% dan rating film yang paling sedikit ditonton adalah “The Wind Rises” 15.3%.

Alasan lainnya mengapa Studio Ghibli menjadi rumah produksi yang paling terkenal di Jepang hingga ke seluruh dunia adalah karena film yang mereka buat selalu menyajikan pelajaran hidup dan pesan positif yang menyentuh, temanya yang berhubungan dengan alam dan keakraban pertemanan. Tidak hanya anak-anak saja, peminat film Studio Ghibli hingga sampai orang dewasa. Alur ceritanya yang ringan, mengajak penonton untuk menikmati petualangan yang mendalam dan pembangunan dunia yang imajinatif, serta memperluas cakrawala kreatif untuk anak-anak (Iliffe, 2024). Sementara untuk orang dewasa, film-film yang dibuat oleh Studio Ghibli menarik perhatian mereka karena tema-tema yang berlapis dan menyuguhkan visual yang menakjubkan.

film yang dibuat oleh Studio Ghibli sumber: heyitssappho

Tidak berhenti pada produksi film saja, pada 1 Oktober 2001 Studi Ghibli mendirikan museum (Ghibli Museum) yang dirancang oleh Hayao Miyazaki. Museum yang terletak di Mitaka, pinggiran Tokyo, Jepang ini didirikan dengan tujuan untuk membawa pengunjung untuk masuk merasakan langsung dunia Ghibli yang penuh imajinasi dan keajaiban (Nursyafira, 2023). Tidak sampai disitu, pada 1 November 2022, Ghibli Park resmi dibuka di Nagakute, Aichi, Jepang. Taman hiburan yang menampilkan atraksi berdasarkan beberapa film yang diproduksi oleh Studio Ghibli (Aichi, 2024).

Ghibli Museum (kiri) Ghibli Park (kanan) sumber: ghibli.fandom.com

Pada tahun 2013, industri anime dikejutkan dengan kabar Hayao Miyazaki sang maestro anime yang mutuskan untuk pensiun (Nursyafira, 2023). Setelah beredarnya kabar ini, Studio Ghibli sempat mengalami masa ketidakpastian mengenai masa depan. Namun, pada tahun 2017 Hayao Miyazaki kembali dari pensiun dan membantu membuat film “Earwig and The Witch” (20230) yang merupakan program kolaborasi internasional (Nursyafira, 2023). Selain itu, Studio Ghibli juga aktif dalam beberapa proyek, termasuk produksi serial TV. Setelah kembali dari masa pensiunnya, Miyazaki terjun langsung dalam produksi film “The Boy and The Heron” (2023) (dalam bahasa jepang “Kimi-tachi wa Dō Ikiru ka?”) yang merupakan film adaptasi dari “How Do You Live?” (Nursyafira, 2023).

Film Pertama, Film Terakhir, dan Film Terlaris

“Nausicaä of the Valley of the Wind” (kiri) sumber: IMDb “Laputa: Castle in the Sky” (kanan) sumber: studioghibliculture.com

Nausicaä of the Valley of the Wind” (1984) merupakan film yang dianggap sebagai warisan Studio Ghibli, dikarenakan film ini diproduksi sebelum Studio Ghibli benar-benar resmi didirikan (Nursyafira, 2023). Selanjutnya, pada tahun 1986, satu tahun setelah Studio Ghibli resmi didirikan, mereka meluncurkan film “Laputa: Castle in the Sky” dengan judul asli “Tenkū no Shiro Rapyuta”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline