Lihat ke Halaman Asli

Gabryella Sianturi

Sedang mondar-mandir di Yogyakarta

Rosalina Dwi, Mahasiswa Tingkat Akhir yang Tetap Setia Membangun Pendidikan Desa

Diperbarui: 29 Juli 2020   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rosalina Dwi usai mengajar di SD Negeri Banjarsari, Tepus, Gunung Kidul. Sumber : dok.pribadi

Pergerakan membangun pendidikan di desa kini telah menjadi ramai diperbincangkan. Orang-orang berkumpul dan bergerak atas keresahan sistem pendidikan yang dirasa sangat formal, saat para pengajar menjadi subjek dan murid hanyalah objek.

Sistem pendidikan tersebut membuat Rosalina Dwi atau yang kerap disapa Dwi, bertahan membesarkan Tepus Mengajar yang berlokasi di desa kecil bernama Tepus, Gunung Kidul. Tepus Mengajar adalah sebuah organisasi non-profit yang sudah berdiri sejak tahun 2015 silam. Bermula dari salah satu program kerja KKN (Kuliah Kerja Nyata) oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Tutut sebagai pendiri Tepus Mengajar kini mempercayakan Dwi untuk menjadi ketua. 

Tak hanya berlandaskan kepercayaan, sejak awal Dwi memang sudah tergerak hatinya untuk membimbing anak-anak di desa kecil tersebut. Terbukti bahwa kini sudah hampir memasuki tahun keempat ia mengabdi pada Tepus Mengajar. Dwi melihat bahwa pendidikan tak seharusnya melulu mengajarkan 1+1=2, tetapi penting untuk mengajarkan karakter pada anak. 

Walau pun di dalam kegitan Tepus Mengajar terdapat sesi bimbel yang membantu anak-anak mengerjakan tugas yang diberikan sekolah, Dwi juga mengajak anak-anak bermain dengan berlandaskan nilai-nilai yang bisa membangun karakter mereka.

Kejujuran, toleransi, dan kerja sama adalah nilai-nilai yang ingin dibangun oleh Dwi pada anak-anak di Tepus. Nilai-nilai yang sederhana ini belum ditemukan oleh Dwi pada anak-anak di sana sehingga hal tersebutlah yang memotivasi dirinya untuk terus memperjuangkan. Setiap minggu, Dwi mencoba meluangkan waktunya untuk berangkat dari Kabupaten Sleman menuju Tepus dengan berbekal kendaraan motor. Dwi menempuh perjalanan selama dua jam setiap menuju ke desa Tepus dan hal ini sudah rutin dilakukannya tiga tahun belakangan. 

Dwi percaya bahwa untuk membentuk karakter seseorang bukan pekerjaan yang sederhana. Butuh proses yang panjang sehingga ia memilih untuk tetap bertahan di Tepus Mengajar. Sembari menjalankan tahun keempatnya menjadi mahasiwa jurusan Teknik Sipil di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dwi juga ikut aktif dalam organisasi kampus. Dwi ikut bergabung di dalam sebuah Lembaga Pers Mahasiswa fakultasnya yaitu Sigma Pers. Selain itu, sama halnya dengan Tepus Mengajar, ia juga aktif dalam pengabdian sosial lainnya yaitu Sipil Mengajar.

"Sebelum aku pergi dari Jogja, aku ngga mau ngga ninggalin apa-apa. Aku mau buat sesuatu yang berdampak bagi orang lain. Dan ketika motivasi awalku ingin memberi sesuatu pada anak-anak, justru sekarang aku yang ngerasa mereka yang beri sesuatu yaitu hidup yang lebih berharga," ujar Dwi saat diwawancara di SD Negeri Banjarsari Tepus usai mengajar anak-anak pada Minggu (10/11/2019). 

Hal tersebut juga yang membuat perempuan kelahiran Lombok, 19 Mei 1998 ini berpikir dua kali ketika suatu hari meninggalkan Yogyakarta. Ia percaya akan sangat merindukan anak-anak di Tepus mengajar. Kecintaanya pada anak-anak dan keharusannya pula untuk mengejar cita-cita merupakan pilihan yang sulit bagi Dwi.  Sekalipun jika ia meninggalkan kota Yogyakarta, Dwi berjanji sebisa mungkin akan selalu bertanggungjawab pada Tepus Mengajar dengan mencari pengurus yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline