(Batam, 14/08/2022) - Kemunculan pandemi COVID-19 di Indonesia pertama kali terjadi pada tanggal 2 Maret 2020 di Depok, Jawa Barat. Kejadian ini terkuak setelah adanya kontak dekat antara pasien 01 dengan WN Jepang yang ternyata positif COVID-19. Sejak saat itu, wabah ini terus meluas ke seluruh negeri selama hampir sudah 2 tahun.
Menurut WHO, COVID-19 dapat menyebar antar manusia secara langsung, tidak langsung (melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi), maupun kontak dekat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi mulut dan hidung. Sekresi ini meliputi air liur, sekresi pernapasan, atau droplet (percikan) sekresi.
Untuk menghindari kontak dengan droplet, penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, sering mencuci tangan, dan menutup mulut dengan tisu atau siku yang terlipat saat bersin atau batuk. Ketika menjaga jarak fisik (berdiri dengan jarak satu meter atau lebih) tidak memungkinkan, memakai masker kain adalah langkah penting untuk melindungi orang lain. Sering membersihkan tangan juga sangat penting.
Mahasiswa KKN Tim II UNDIP 2021/2022 memiliki perhatian yang besar pada wabah ini, secara khusus pada pembersihan tangan yang sangat penting dalam melawan COVID-19. Bersama dengan MTs Nurul Huda Tanjung Riau, para mahasiswa mengajak warga sekolah untuk dapat mengurangi kemungkinan penyebaran COVID-19 melalui pencegahan yang tepat, yaitu penggunaan cairan sanitasi sebelum melakukan kontak fisik dengan objek maupun manusia.
Pembuatan Hand Sanitizer Otomatis (Touchless) ini merupakan salah satu program kerja berjalan Mahasiswa KKN Tim II UNDIP 2021/2022 dalam pengabdian di Kelurahan Tanjung Riau, Kecamatan Sekupang selama kurang lebih 45 hari.
Penempatan Hand Sanitizer Otomatis di MTs Nurul Huda Tanjung Riau, Kecamatan Sekupang
Gabriel Yedija Sahara Putra, mahasiswa Program Studi Fisika UNDIP yang bertanggung jawab dalam proyek ini memanfaatkan sensor Infrared (Ir) dan mini water pump yang menjadi komponen utama dalam rangkaian listrik. Selain itu, bahan yang digunakan antara lain: baterai charger 6V, wadah bekas, selang akuarium, transistor BD-140, kabel listrik, dan plat bekas yang akan digunakan sebagai pembungkus komponen listrik di dalamnya. Kendala yang dialami selama proses pembuatan alat ini adalah kurang terampil dalam menyusun rangkaian listrik untuk dapat mudah dimodifikasi nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H