Membaca menjadi salah satu krisis yang terjadi pada zaman ini terutama bagi para generasi muda Indonesia. Padahal membaca itu salah satu kegiatan bermanfaat yang tidak memakan banyak waktu dan bisa dilakukan saat waktu luang. Namun yang penulis lihat sekarang, kebanyakan orang menggunakan waktu luangnya untuk berselancar di media sosial atau mungkin menonton video hiburan.
"Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca : sebuah kebahagiaan," - Goenawan Mohamad (Pendiri majalah Tempo)
Kemampuan membaca kita itu merupakan rahmat yang diberikan pada manusia. Mengapa bisa disebut rahmat? Karena di luar sana banyak sekali orang yang tidak bisa membaca karena mereka tidak memiliki uang untuk bersekolah. Atau mungkin ada orang yang bersekolah namun ia tidak bisa membaca karena memiliki penyakit disleksia. Jadi jangan lupa untuk bersyukur karena rahmat Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma pada kalian.
Bagi kalian yang gemar membaca, kalian seharusnya berbahagia karena kalian sudah memasuki tahap yang lebih tinggi dari sekian banyak orang di dunia.
"Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." - Mohammad Hatta
Karena buku dapat membuka pengetahuan luas serta imajinasi yang bahkan tidak pernah terbayang sebelumnya. Tidak ada yang bisa membatasi sejauh apa orang akan berpikir. Dengan berpikir bebas, akan lebih mudah untuk mendengarkan masalah seseorang dan membantu menyelesaikannya.
Akan tetapi bukan berarti kalian bisa membaca apapun tanpa memikirkan resikonya. Membaca memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan mental, apalagi pada saat membaca berita buruk di media sosial yang keakuratannya masih perlu dipertanyakan. Menurut Davies (Sugiarto, 2001) membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis.
Respon pembaca mungkin terjadi secara tidak langsung karena respon ini terjadi dalam otak sehingga dapat mengganggu psikologis seseorang. Saya memiliki cerita pada saat membaca sebuah berita di media sosial yang membahas mengenai pandemi COVID-19 yang sudah menyebar luas di daerah tempat tinggal saya.
Berita tersebut membuat saya merasa was-was terhadap daerah saya dan cenderung menuju ke paranoid. Saya pun lalu mengobrol dengan teman saya dari jurusan psikologi melalui aplikasi WhatsApp dan ia menyarankan agar saya mengalihkan pikiran saya dengan hal lain terutama berolahraga agar imun tubuh meningkat. Setelah mendengar saran tersebut saya mencoba untuk meyakinkan diri sendiri agar tetap sehat dan mengubah pikiran saya menjadi lebih positif. Hanya dengan tulisan saja dapat membuat psikologis seseorang menjadi kacau. Bacalah apabila tulisan tersebut berguna bagi dirimu, dan tinggalkan apabila dapat berpengaruh buruk pada dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H