Tempat dimana orang bersuku Tionghoa berkumpul untuk membeli pernak-pernik saat mendekati perayaan Imlek. Tempat yang paling meriah dan indah saat festival pecinan.
Tempat yang kaya akan budaya dan arsitektur khas Tiongkok. Identik dengan pernak-pernik lampion berwarna merah, yang tergantung di sepanjang jalan. Itulah Glodok, Chinatown paling besar di dunia, terletak di Taman Sari., Jakarta Barat, dengan luas 38m2.
Pada hari Kamis (21/10/2021), saya berkesempatan untuk mengunjungi Chinatown terbesar di Indonesia dan salah satu terbesar di dunia. Saya pun sangat takjub karena masih banyak gedung-gedung lama yang berdiri sampai saat ini. Namun, sayangnya banyak dari gedung-gedung ini tidak terawat dengan rapi sehingga banyak gedung sudah rapuh.
Glodok sendiri terletak di kawasan yang kaya akan sejarah, seperti adanya Kota Tua, Museum Fatahillah, serta Museum Mandiri. Maka, sangat mudah untuk berkunjung ke Glodok karena banyaknya pilihan transportasi yang ada, seperti TransJakarta, Kereta Api, dan bahkan sekarang sedang dibuat jalur MRT menuju Glodok.
Selain itu, pemerintah juga sudah menyediakan Shuttle Bus gratis dari Kota Tua ke Glodok. Namun, saya merasa dibutuhkan suatu bus keliling Glodok untuk para wisatawan yang tidak membawa mobil atau memarkir mobilnya terlalu jauh berhubung Glodok sangat luas dan sangat disayangkan apabila tidak melihat Glodok dari ujung ke ujung.
Potensi Wisata Glodok
Petak Enam
Di Glodok, ada 2 tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi sambal merasakan budaya dan arsitektur khas Tiongkok secara langsung, yaitu Petak Enam dan Gereja Santa Maria de Fatima.
Petak Enam adalah sebuah kawasan kuliner yang sangat cocok untuk anak muda, mulai dari Minuman Boba hingga Crepes. Saat memasuki Petak Enam, Anda akan melihat banyaknya pernak-pernik khas TIongkok yang cantik yang tergantung di setiap sisinya maupun di langit-langit.
Selain itu, Petak Enam berkonsep semi outdoor sehingga Anda tidak perlu khawatir apabila hujan atau takut untuk membuka masker di ruangan tertutup. Sebelum masuk ke kawasan petak Enam pun, akan dilakukan pemeriksaan suhu oleh satpam yang bertugas dan protokol kesehatan yang diterapkan pun cukup ketat, seperti 1 meja makan hanya boleh diisi oleh 2 orang.
Di depan kawasan Petak Enam sendiri, terdapat banyak pedagang yang menjual berbagai macam barang, mulai dari baju-baju, makanan ringan, hingga piring.
Namun sayangnya, tidak semua pedagang ini menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar, seperti masih ada pedagang yang tidak mengenakan masker sama sekali atau hanya menggantung masker di dagu. Mereka pun tidak menjaga jarak antara satu sama lain.
Selain itu, tatanan jalanan yang terletak di depan para pedagang ini pun tidak begitu rapi dan banyak sampah berserakan sehingga sering terjadi kemacetan.