Raga yang gemar berlalu lalang,
membentuk jiwa bersenyawa bersama alam
Raga pernah berlindung pada rimbun pohon,
ia mengizinkan untuk bersandar
Ketulusan angin membelai rambut dan tubuh,
sinar mentari yang tak mau kalah menghangatkan
Semua terasa nyaman, raga dan jiwa bersenyawa bersama alam
Memejamkan mata, membuka sebuah pelukan alam semesta
Sesekali melirik tumbuhan lain yang seakan menari dan bersenandung
Ada jiwa berontak karena tak ingin mengkhianati segala kenyamanan
Tetapi bisikan gaib lembut terdengar, mari segera tinggalkan