Lihat ke Halaman Asli

Akhirnya Happy Ending

Diperbarui: 13 Agustus 2021   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini Pak Jonas sibuk membagikan undangan pernikahan di kantor. Beliau adalah manager distribusi, departemenku. Usianya masih muda, 30 tahun. He is charming, rich of course, and I like him. Sayang sekali dia harus menikah 2 minggu lagi. Aku menyimpan undangan di dalam tas ku dan kembali bekerja.

Sebagai seorang single, jomblo yang hidup dengan sentosa, aku menjalani kehidupan dengan biasa-biasa saja. Hatiku bahkan tidak bisa berpaling walau tau Pak Jonas akan menikah. Selama 3 tahun bekerja, aku hanya bisa mengamatinya dari jauh, mengobrol hanya untuk urusan pekerjaan dan berkali-kali memberikan kejutan "gila" di mejanya. Kadang aku memberikan sarapan, makan siang, cemilan, minuman. Ya...aku sudah menjadi kantin berjalan untuknya.

"Sadar Devina dia akan menjadi ayah, lupakan diaaaa, sekarang juga" rutukku dalam hati.

Sore ini setelah pulang bekerja, aku mampir sejenak ke hotel untuk menemui Tiara, sahabatku. Dia menitipkan oleh-oleh dari Turki, katanya.

Ketika memasuki Lift, aku mendengar dari kejauhan suara orang bertengkar. Tapi kenapa aku sangat familiar dengan suara ini? Perlahan ku ikuti sumber suara itu, dan aku tiba di lorong hotel, melihat Pak Jonas dan tunangannya sedang beradu argumen.

"Udah gila ya, pernikahan kita 2 minggu lagi dan kamu melakukan hal ini, kamu pake otak gak sih?" Pak Jonas mendorong tunangannya hingga terjatuh. Aku kaget dan langsung pergi meninggalkan mereka.

"Kamu temenin aku tidur disini ya" rayu Tiara. Tidak ada pilihan lain, kabar bagusnya besok adalah weekend, jadi aku bisa menemaninya sambil tidur sepuasnya.

Namun aku tidak bisa tidur, ku ambil kartu hotel dan pergi ke rooftop. Untungnya Tiata tidur dengan pulas. Aku melihat kota ini dari atas, sambil meminum coklat hangat.

"Kenapa belum tidur?" Suara yang familiar terdengar dari belakangku. Ya, Pak Jonas dan secangkir minumannya.

Aku berusaha se netral mungkin.

"Gak bisa tidur Pak. Mungkin karena besok weekend, jadi mata saya auto melek sampe jam sekarang." Jawabku sambil meminum cokelat hangat. Kami lama terdiam, dan aku akhirnya memulai pembicaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline