Lihat ke Halaman Asli

Golput Melalui Pileg dan Pilpres Ikut Mendukung Kemerdekaan NKRI Tahap Kedua

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai yang mau komitmen untuk Jujur

Para pemilih di minggu tenang ini sudah mempunyai waktu untuk tiga hari ini merenungkan siapa legislatif atau partai pengusungnya yang akan dipilih nanti di tanggal 9 April 2014. Jadi masih ada tersedia waktu yang cukup. Tetapi ada yang membuat kerisauan di dua hari ini yaitu semakin bertambahnya jumlah Golput. Mereka membuat singkatan-singkatan yang membuat miris para pemilih dengan singkatan Golput bukan Golongan Putih tapi Golong Putus asa. Dan lebih seram lagi Golput menjadi Golongan Pencari Uang Tunai.

Tentu ini menjadi kerrisauan yang memuncak dalam dua hari ini menjelang hari bersejarah untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk para pemilih yang sudah putus asa melihat caruk maruk para politisi dan birokrat yang kena rundungan korupsi berjamaah. Untuk itu tentu perlu dibuat suatu Arahan (Direction) yang bersifat singkat.


Partai yang mau komitment untuk menjadi bersih melalui kader-kadernya

Supaya mulus, setiap partai mesti mencapai suara 25% dari total suara pemilihnya agtau 20 % dari total kursi DPR untuk dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden. Jadi jika suatu partai misalnya jika dalam pemilu legisatif misalnya PDIP hanya mencapai hanya 15%, secara pasti partai ini mesti berkoalisi dgn partai lain seperti gerindra, pks, hanura atau golkar dll untuk mendapatkan tambahan 10% lagi. Di Tempo melalui Lingkaran Survei Indonesia disebutkan akan adanya tiga koalisi partai politik yang mempumyai Capres di pemilu 2014 yang berporos pada tiga partai saja yaitu Partai Demokrat, Partai Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuanga.

Koalisi ini yg akan membuat sebuah partai akan mudah terjebak dalam posisi tawar menawar jabatan dan nantinya proyek-proyek di pemerintahan dan lain-lain. Istilah kerennya politik dagang sapi. Misalnya  PDIP atau parpol lainnya mentargetkan suara untuk mendapat suara di pemilu legislatif sebear 25% sehingga partai ini atau lainnyadapat mencalonkan secara sendiri calon presiden dan wakilnya supaya tidak terjadi tawar menawar kekuasaan.Kekuasaan akan membuat kecendrungan untuk korupsi (Power tends to corrupt).

Jika suatu partai mendapat suara 25 % maka  nanti hubungan eksekutif dgn legislatif tidaklah terlalu banyak negosiasi dan terjebak untuk saling sandera menyandera anggota partai melalui pembuatan peraturan, persoalan korupsi melalui KPK dll.

Sehingga jika mau satu partai mulus dan tidak memerlukan banyak koalisi, maka para calon pemilik perlu menentukan siapa partai atau legislatif yang akan dicoblos pada pemilu legislatif 9 April 2014. Jika ingin suara pemilih masuk di partai, misalnya partai nomor tertentu maka pemilih tinggal mencoblos nomor partai. Nantinya partai politk yang akan mengatur siapa yang akan menduduki DPR nya sesuai nomor urutannya di parpolnya dengan suara yang yang masuk.

Jika para pemilih memberikan coblos nomor langsung calegnya misalnya partai tertentu dengan urutan tertentu karena dikenal oelh pemilih, maka suara pemilih akan jatuh ke partai dan orangnya dgn urutan tertentu tersebut. Jika urutan nomor tertentu banyak, maka dia akan terpilih dan bisa melampaui urutan nomor diatasnya.

Kesimpulan pertama, pilih saja partainya yg dipercayai para pemilih dapat membawa perubahan dan memang calon presidenn dan calon wakil presidennya mempunyai track record jujur. Makanya sekarang banyak partai mengumumkan nama capres dan cawapres nya diawal sebelum pileg. Kedua, jika tahu partai dan calegnya yg bisa dilihat di www.jariungu.com untuk dapat mencoblos salah satu nomor partai atau caleg, atau salah satunya. Semoga panduan ringkas ini bisa menuntun hati nurani para pemilih di bilik suara dgn baik pada pileg tanggal 9 April 2014 dan pilpres dan pilcapres tanggal 9 Juli 2014.

Partai Politik menang: akan bebas korupsikah?

Partai apapun yang akan  menang di tanggal 9 April 2014 dan 9 Juli 2014 secara pasti tidak satupun partai akan menyelesaikan korupsi 100% sesudah tanggal tersebut dan akan selesai pekerjaan pembersihan korupsi dalam waktu jangka satu atau dua tahun.

Di negara yg sudah maju sekalipun, korupsi tetap masih ada di negara tersebut. Tetapi korupsi di negara maju sudah bukan karena korupsi berjamaah atau karena korupsinya sudah dilatar belakangi secara kuat oleh budaya korupsi.

Jika satu partai menang karena ada kemungkinan kader partainya tersebut mau memberi contoh real untuk tidak  mau korupsi berjamaah maka partai ini akan membawa kesempatan untuk negara RI untuk memproklamasikan Kemerdekaan RI tahap kedua untuk keluar dari penjajahan Korupsi berjamaah. Bentuk akar korupsi akan tidak hilang bila terus menerus terjadi terus menerus adanya koalisi partai di legislatif. Urutan selanjutnya bila partai cenderung berkoalisi untuk  bisa mengusulkan capres dan cawapres nya maka akan membuka kesempatan untuk  cenderung menekankan membagi-bagi jabatan.

Proklamasi Kemerdekaan RI melalui Pileg, Pilpres dan Pilcapres


Misalnya jika capres Jokowi atau capres lainnya bisa langsung menang dalam satu putaran di pilpres, pertanyaan nya apakah hari itu atau dalam dua tahun korupsi akan hilang 100%? Jawabannya,  pasti tidak bisa korupsi dihilangkan secara 100 % di muka bumi Indonesia. Yang lebih pastitingkat korupsi akan cenderung bisa semakin mengecil persentasenya oleh capres yang jujur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline