Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Dialog Antar Agama, Penjaga Keutuhan Sila 1

Diperbarui: 18 Juni 2023   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara etimologis, dialog berasal dari bahasa Yunani (dia, jalan batu atau cara) dan (logos, kata). Dialog merupakan percakapan dua arah atau timbal balik antara dua orang atau lebih. Dialog antar agama berarti percakapan, komunikasi yang dilakukan di antara satu atau lebih agama. Tujuan dialog antar agama adalah menjaga keutuhan, kedamaian, dan pembebasan dari diskriminasi.  Agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Buddha, Hindu, Konghucu, diakui secara sah oleh pemerintah Indonesia. Maka, sudah menjadi tanggung jawab para pemimpin agama untuk mengajarkan dan mengupayakan kesatuan serta kedamaian.

Paulo Freire (Paulo Reglus Neves Freire, lahir di Recife, Brazil pada 19 September 192. Merupakan tokoh bidang pendidikan berpengaruh di Brazil. Pemikirannya berangkat dari praktik mengajarnya di Brazil. Terkenal dengan pemikirannya mengenai "Pedagogi Kaum Tertindas". Ia memperjuangkan rakyat kecil supaya mendapatkan pendidikan. Ia meninggal pada 2 Mei 1997. Sesaat sebelum kematiannya, Paulo Freire pernah berkata, "Saya tidak dapat memikirkan tentang pendidikan tanpa kasih, dan itulah sebabnya saya menjadi seorang pendidik; pertama-tama karena saya merasakan kasih itu." Disadur dari https://biokristi.sabda.org/paulo_freire, 16 Juni 2023, 18.25) mendefinisikan dialog sebagai titik temu antara satu manusia dengan manusia lainnya melalui kata-kata. Dialog mengandaikan adanya kerendahan hati, saling percaya, peduli serta menyadari bahwa setiap manusia membutuhkan manusia lainnya. Dialog menuntut sikap mau mendengarkan, memahami diri sendiri. Dialog tidak akan terjadi jika hak berbicara seseorang tidak dibatasi (https://inisiatif.org/pendidikan-dialogis-sebagai-solusi-permasalahan-bangsa/ diunduh pada 6 Juni 2023, 08.20). Hans Kung ( Hans Kung lahir di Sursee, Swiss pada 19 Maret 1928. Seorang teolog Katolik. Pemikirannya menggabungkan analisis sejarah dan refleksi atas masalah kontemporer yang kuat untuk kebebasan berpikir dengan adanya struktur kelembagaan otoriter. Pemikiran Hans Kung berperan penting terhadap perdamaian, dialog, dan kerja sama antar agama yang terdapat dalam Etika Global. Disadur dari https://kumparan.com/luizenrique39/melihat-dari-sudut-pandang-lain-hans-kung-1uZOC1wnAeM/3, pada 16 Juni 2023, 18.30), mendefinisikan bahwa setiap agama memiliki dogma atau ajaran yang berbeda satu sama lain, akan tetapi etika dan perilaku agama-agama memiliki kesamaan (Muhamad Harjuna (2019), "Dialog Lintas Agama dalam Perspektif Hans Kung", Jurnal Of Islamic Discourse, II (1), 65). Bagi Kung, jalan satu-satunya bagi hubungan antar agama adalah "Persaudaraan antar agama" (Angel Ch. Latuheru, PANCASILA SEBAGAI TEKS DIALOG LINTAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HANS-GEORG GADAMER DAN HANS KUNG, Universitas Kristen Satya Wacana, Jurnal Filsafat, ISSN: 0853-1870 (print); 2528-6811(online) Vol. 30, No. 2 (2020), p. 150-180, doi: 10.22146/jf.49193. hlm 158). Dialog antar agama bukan hanya untuk tujuan hidup bersama secara damai, rukun, dan toleran, tetapi juga berpartisipasi secara aktif dalam upaya mencapai makna kebenaran dari masing-masing agama yang diyakini.

Dialog tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya pendidikan karakter sejak dini. Perkembangan karakter dan pemikiran manusia dapat diperhatikan dari tindakan atau perilaku yang diwujudkannya. Manusia sejak dini didasarkan pada rasa ingin tahu (knowing) yang besar. Manusia berusaha untuk terus mencari tahu atas jawaban dari pertanyaan yang muncul baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan potensi akal budi yang dimilikinya, manusia berusaha memahami berbagai fenomena alam yang terjadi. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan jawaban. Manusia menggunakan kekuatan inderawi untuk mencari fakta, mengolahnya, dan kemudian dikorelasikan dengan segala informasi yang didapatkan (https://www.scribd.com/document/632160923/MANUSIA-DAN-PERKEMBANGAN-PEMIKIRANNYA diunduh pada 14 Juni 2023, 13.30). Semua didasarkan dari pendidikan karakter yang diperoleh dalam lembaga pendidikan ataupun perkembangan umur sesuai kemampuan akal dan otak.

Dialog dimungkinkan ketika karakter pemikiran seseorang mencapai tahap kedewasaan tertentu. Jean Piaget ( Jean Piaget, lahir di Perancis pada 9 Agustus 1896. Merupakan ahli psikologi Switzerland. Terkenal dengan kajiannya terhadap perkembangan awal anak yang disebutnya dengan teori perkembangan kognitif Piaget. Ia sangat mementingkan pendidikan anak-anak. Piaget meninggal pada 16 September 1980. Berkat pemikirannya, tahap perkembangan anak menjadi unsur penting dalam psikologi. Disadur dari https://www.britannica.com/biography/Jean-Piaget. 16 Juni 2023, 18.40), ahli biologi dan psikologi yang menjelaskan perkembangan kognitif manusia, mengungkapkan bahwa manusia dewasa awal memiliki kemampuan berpikir yang lebih luas, sistematis dan terampil. Ia sudah mampu menyusun rencana dan hipotesis mengenai permasalahan yang dihadapi (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/gperkembangan-fisik-dan-kognitif-masa-dewasa-awal.pdf diunduh pada 14 Juni 2023, 13.42, slide 18). Bagi Piaget, setiap individu yang menginginkan penyesuaian dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan yaitu antara aktivitas individu dengan aktivitas lingkungan sekitar ( Leny Marinda (2020), "TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET DAN PROBLEMATIKANYA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR", An-Nisa' :Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman, 13 (1), 130). Ada keterkaitan antara keduanya dan itu akan memungkinkan suatu konsep kegiatan yang disebut sebagai dialog. Piaget meyakini bahwa interaksi sosial dapat membantu perkembangan pemikiran manusia. Diskusi, pembahasan tentang sesuatu dengan teman sebaya, dalam ruang ilmiah, ataupun pengetahuan literatur, sangat membantu untuk pencapaian kedewasaan pemikiran (Ibid., 132). Hal inilah yang menjadikan dialog dapat terlaksana dengan baik ketika individu memiliki kematangan pemikiran untuk melakukan diskusi dan berdialog dengan sesamanya.

Cornille berpendapat bahwa dalam upaya mengembangkan dialog antar agama, diperlukan kerendahan hati (humility), komitmen (commitment), interkoneksi (interconnection), empati (empathy), dan keramahan (hospitality) (https://uinsgd.ac.id/pentingnya-dialog-antar-agama/ diunduh pada 6 Juni 2023, 18.23). Semakin jelas bahwa dialog sangat berdasar pada suasana (disposisi) batin setiap individu. Dialog dilakukan untuk menghilangkan bias-bias atau kerancuan dari segala sesuatu yang belum dipahami, diketahui, dan bisa jadi berbeda. Dialog itu berasal dan berakar dalam pikiran manusia. Dialog juga merupakan kemampuan dalam pengembangan emosi karena berkaitan dengan sikap saat menghadapi perbedaan pendapat dan pengambilan keputusan atau kebijakan untuk mengatasi perbedaan pendapat tersebut. Dialog adalah sarana untuk menemukan model kebenaran tentang segala sesuatu yang ingin dicapai. Dalam konteks dialog antar agama, setiap agama memiliki dasar iman yang diyakini dan dihayati setiap pengikutnya. Dialog menjadi sarana untuk saling memahami, saling mengenal setiap agama dan tentunya mencari model kebenaran dari masing-masing agama. Akhirnya dialog antar agama bukan untuk mencari agama mana yang paling benar, tetapi melalui dialog, justru setiap individu diharapkan dapat semakin kuat dan teguh dalam pemaknaan kebenaran mengenai agamanya.

Dialog antaragama adalah upaya hidup bersama dengan memunculkan kacamata berbeda ketika dihadapkan pada orang lain. Dialog mengajak kita untuk berefleksi tentang apa yang saya punya, mengambil semangat dari orang lain tetapi harus kembali pada identitas diri. Dialog bersifat passing over, saling terkait. Dialog antar agama bukan untuk merendahkan keyakinan pribadi terhadap agamanya, tetapi menjaga keutuhan beragama di Indonesia. Dialog antaragama merupakan bagian penting dalam upaya untuk mencapai perdamaian dunia. Maka, munculah lembaga FKUB (Forum Komunikasi Antar agama) sebagai wujud nyata dukungan pemerintah bagi keutuhan beragama di Indonesia. Dialog antaragama mampu menjadi sarana pemutus rantai diskriminasi karena agama. Selain itu, dialog juga memungkinkan terciptanya kesepahaman, menghargai dan saling menerima perbedaan yang bukan menjauhi atau saling menyingkirkan satu dengan lainnya.

Dialog antaragama (Dialog harus dipandang sebagai cara yang paling baik untuk mempertahankan sekaligus membudayakan kehidupan rukun dan harmonis di antara seluruh umat beragama. Terutama dalam negara yang berada pada globalisasi dan pluralitas yang heterogen atau beragam seperti Indonesia. Disadur dari Zainol Hasan (2018), "Dialog Antar Umat Beragama", Jurnal Lisan Al-Hal, 12 (2)) merupakan upaya untuk mengamalkan sila 1 Pancasila "Ketuhanan Yang Maha Esa". Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah hubungan pribadi manusia dengan Tuhan (https://tirto.id/contoh-pengamalan-pancasila-sila-ke-1-dalam-kehidupan-sehari-hari-f93a diunduh pada 16 Juni 2023, 18.45). Tidak ada satu orang pun yang dapat memaksakan individu lain untuk meyakini Tuhan dalam agama tertentu. Bagi sila 1, agama bukan hanya soal Tuhan yang seperti apa, tetapi bagaimana mengupayakan kesatuan harmonis, damai, dan persaudaraan yang selaras antar agama. Pancasila menjadi nilai bersama untuk membuka ruang perjumpaan dan dialog lintas agama dalam kehidupan bermasyarakat (Angel Ch. Latuheru, Ibid., 170.). Akhirnya, dialog antaragama turut menjadi penjaga stabilitas religius masyarakat Indonesia. Dialog memungkinkan tercapainya sikap saling mengerti, membutuhkan, saling bersinergi dalam membangun stabilitas, keutuhan bangsa serta keindahan keberagaman agama di Indonesia. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline