Lihat ke Halaman Asli

Menumbuhkan Empati melalui Psikoedukasi sebagai Upaya Pencegahan Bullying

Diperbarui: 25 Desember 2024   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kegiatan bersama Kepala Sekolah, Guru Wali Murid, dan peserta Perempuan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Mahasiswa Psikologi dari Universitas Negeri Malang (UM) menggelar psikoedukasi mengenai perilaku bullying dengan cara menumbuhkan rasa empati sebagai upaya pencegahan perilaku bullying pada siswa MI AR-RIDLO kota Malang. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan kesadaran pada para siswa MI AR-RIDLO bahwa empati itu penting, sehingga perilaku bullying dapat dicegah. 

Mengingat bahwa angka kasus kekerasan pada anak di Indonesia meningkat pesat di awal tahun 2024 yang menyentuh angka 141 kasus, dimana bahwa 35% kasus kekerasan tersebut terjadi pada lingkungan pendidikan. Di kota Malang sendiri masih banyak ditemui kasus kekerasan atau perundungan yang dilakukan secara berkelompok hingga membuat korban terganggu secara psikis dan tidak berani untuk kembali ke sekolah. Mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying ini tidak hanya dirasakan oleh korban namun pelakunya juga, dimana pelaku tindakan bullying ini memperlihatkan bahwa dirinya memiliki tingkat empati yang rendah saat melakukan interaksi sosial, dan memperlihatkan bahwa mereka memiliki masalah dengan perilaku pro-sosial, hiperaktif dan perilaku menyimpang. Maka diperlukan sebuah upaya penanganan untuk mencegah perilaku bulying ini terus berlanjut, namun pencegahan ini hendaknya dilakukan dengan mencari akar permasalahannya terlebih dahulu. 

Oleh karena itu permasalahan dan fenomena ini dijadikan dasar oleh beberapa mahasiswa Psikologi, Universitas Negeri Malang untuk mengadakan kegiatan psikoedukasi mengenai perilaku bullying dengan cara menumbuhkan rasa empati sebagai upaya pencegahan perilaku bullying pada siswa MI AR-RIDLO kota Malang, sebagai bentuk kegiatan Pengabdian Masyarakat. Kegiatan Psikoedukasi ini dilakukan secara kolaborasi dengan beberapa mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan dari kegiatan ini sendiri adalah menumbuihkan rasa empati terhadap siswa MI AR-RIDLO, dan mencegah terjadinya tindak bullying di MI AR-RIDLO.

Kegiatan psikoedukasi ini dilaksanakan selama 2 hari, tepatnya pada hari Kamis dan Jum'at tanggal 7-8 November 2024 di MI AR-RIDLO, Kota Malang. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini merupakan siswa kelas V dan VI yang berjumlah 37 yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pemberian materi berupa materi bullying pada sesi pertama atau hari pertama, dan materi empati pada sesi kedua atau hari kedua. Selain itu, terdapat sesi tanya jawab, penayangan video dan diskusi interaktif, serta sesi games yang bertujuan untuk membangun kerja sama dan interaksi yang baik di antara para peserta. Kegiatan ini dilaksanakan dengan harapan dapat membantu mencegah tindak bullying di MI AR-RIDLO kota Malang, memberi pemahaman atau edukasi pada siswa MI AR-RIDLO mengenai perilaku bullying dan hubungannya dengan rasa empati. 

Kegiatan ini didukung oleh pihak sekolah, mulai dari kepala sekolah hingga guru wali kelas MI AR-RIDLO. Karena menurut hasil wawancara awal yang dilakukan dengan kepala sekolah MI AR-RIDLO, bahwa memang sebelumnya bahkan sampai sebelum pelaksanaan kegiatan ini dilakukan, masih terdapat beberapa perilaku bullying pada kalangan murid MI AR-RIDLO. Maka dari itu, kegiatan ini dianggap telah memberikan kontribusi bagi salah satu bentuk upaya penanganan permasalahan yang terjadi di MI AR-RIDLO. 

Kepala sekolah MI AR-RIDLO menyatakan bahwa melalui kegiatan psikoedukasi ini, murid-murid yang terlibat dan menjadi peserta mengalami beberapa perubahan perilaku yang lumayan signifikan. Dimana pada awalnya mereka yang tidak dapat berinteraksi dan membaur satu sama lain dengan baik, setelah diadakannya kegiatan ini mereka dapat lebih bekerja sama, membaur dan berinteraksi dengan baik. Selain itu, pemahaman mereka akan perilaku bullying, jenis-jenis, dan dampaknya lebih mendalam, serta mereka dapat menjelaskan, menyebutkan, membedakan, serta mengelompokkan perilaku bullying. Selain dari pada itu, tingkat empati mereka lebih terlihat meningkat dibandingkan sebelumnya, dilihat dari perilaku egois mereka yang menurun setelah diadakannya kegiatan psikoedukasi ini.

 Dengan dilaksanakannya kegiatan psikoedukasi ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, pihak yang terlibat dalam lingkup pendidikan, beserta pemerintah bahwa perilaku bullying bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Karena dampak yang ditimbulkan sangat memungkinkan untuk mempengaruhi proses tumbuh kembang terkhususnya pada anak-anak dan remaja. Memiliki pemahaman yang baik mengenai perilaku bullying dan menumbuhkan rasa empati mulai dini merupakan sebuah upaya pencegahan perilaku bullying yang terjadi pada lingkungan pendidikan maupun masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dan komitmen antara orang tua, masyarakat, tenaga pendidik, beserta pemerintah mengenai pentingnya pemberian edukasi mengenai perilaku bullying dan empati bagi generasi muda saat ini untuk menciptakan generasi selanjutnya yang bebas dari perilaku bullying yang dapat memakan korban. 

Dokumentasi Kegiatan bersama Kepala Sekolah, Guru Wali Murid, dan peserta Laki-laki (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dokumentasi pelaksanaan games mengenai bullying dan empati pada sesi kedua, hari kedua (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline