"Siapakah Aku?" adalah sebuah pertanyaan yang tampak sederhana, namun pertanyaan itu sering sekali membuat kita terdiam. Pernahkah kita benar-benar bertanya, "Siapakah aku, mengapa aku ada, dan untuk apa hidup ini?"
Puisi ini mengajak kita untuk menapaki dan menelusuri perjalanan mengenal diri yang sebenarnya, bukan hanya melalui apa kata dunia tentang kita, tetapi melalui hubungan dengan Sang Pencipta. Mengenal-Nya, kita akan menemui tujuan hidup, menerima diri, dan melihat makna di balik setiap jejak-jejak kehidupan. Oleh karena itulah ketergantungan kepada Tuhan menjadi sumber kekuatan dalam setiap kelemahan kita.
Siapakah aku, pertanyaan yang sederhana,
Namun lebih rumit dari sekadar kata,
Lebih sulit dibandingkan 'siapakah dia,'
Atau 'siapakah mereka,' di ujung sana.
Pernahkah kau tatap dirimu di cermin?
Berbisik pelan, "Siapa aku yang begini?"
Kapan terakhir kau ragu akan tujuan,
Mencari makna di setiap perjalanan.
'Aku hidup - namun mengapa, untuk apa?'
Jawaban itu tak terungkap begitu saja.
Menyingkap alasan di balik napas ini,
Mendekatkanku pada pemahaman sejati.
Aku fana, rapuh dalam waktu dan ruang,
Namun hidup dalam nafas yang tak terbuang,
Aku berdaya karena nafas Sang Pencipta
Membuat diriku menjadi bermakna.
Mengenal-Nya, aku mengenal diri,
Melihat terang di balik misteri,
Menerima lebih dan kurang yang kumiliki,
Menghindari perbandingan yang tak berarti.
Aku terbatas, di bawah langit yang luas,
Tanpa-Nya, ku tak sanggup berbuat tegas,
Di setiap kelemahanku, Dia sumber kekuatan,
Aku berpegang pada-Nya, Sang Pemilik kehidupan.
Maka aku terus bertanya, mencari jawab,
Di jalan panjang yang sering berkelok dan gelap.
Namun, di sanalah kudapati diriku,
Dengan mengenal-Nya, kutemukan siapa aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H