E ngkau setia meski aku sering menguji, dan
M eskipun awalnya aku tak mudah menerima cintamu
P erbedaan suku dan marahmu dulu jadi penghalang,
A ku takut terluka, enggan membuka pintu hati.
T api engkau gigih, tetap datang dengan cinta.
O rang yang baik, kau pandai menghadapi masalah
K asih sayangmu begitu dalam yang selalu kurasakan
T idak terlalu tinggi, tapi hatimu melebihi awan,
O rang yang sabar, sekalipun terkadang marah,
B ersama senyum dan amarahmu, aku bahagia.
E ngkau yang mampu mengendalikan diri dalam rentang waktu,
R asa kagumku tumbuh perlahan untukmu.
D alam setiap rengekanku di malam hari
U ntukmu, aku selalu merasa aman dan nyaman.
A ku tahu, engkau marah, tapi tetap sayang.
R asa ingin dimanja, membuatku ingin selalu di sisimu,
I ngatan ini penuh cerita tentang kita.
B iarpun ada kesal, aku belajar untuk tidak selalu ngambek,
U ntuk menghargai semua yang kau lakukan dengan tulus.
D engan diam panjangku, kuharap kau tahu,
U ntukku, waktu dan nasihatmu adalah wujud cintamu.
A ku berusaha belajar memahami lebih dalam lagi.
P erlahan, kita belajar memahami,
U ntuk saling menghargai setiap langkah,
L ewat semua kesalahan dan pertikaian,
U ntuk merajut kembali cinta yang utuh,
H idup kita bersama adalah yang terindah.
T iga ratus enam puluh lima hari berlalu,
I nilah kita, masih di sini, saling menjaga.
G enggam tangan mungil ini, kita jalani tahun berikutnya, ya!
A ku ingin menghabiskan waktu bersamamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H