Sampah dan limbah selalu berkelindan dalam hidup manusia. Selalu hadir selama manusia hidup, membangun peradaban. Namun begitu, bumi punya daya tampungnya. Tak bisa selama-lamanya "dilukai" oleh sampah dan limbah, apalagi kehidupan semakin kompleks.
Sampah dan limbah yang ditunggalkan pun semakin rumit. Bila sudah begini, masing-masing individu mengemban tugas menjaga lingkungan, termasuk satuan rumah tangga.
Calon anggota legislative DPD DI dari dapil DIY, Bambang Soepijanto menyoroti pencemaran sungai di Kota Yogyakarta yang memprihatinkan. Bambang Soepijanto memang menaruh perhatian yang besar pada keselarasan lingkungan hidup DIY. Bila selama ini industry kerap disalahkan atas kondisi lingkungan disekitarnya, sumber permasalahan justru berasal dari rumah tangga.
Limbah rumah tangga yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari ternyata bocor, tidak terolah dengan baik hingga akhirnya mencemari sungai. Seperti kita tahu, berjuta manfaat hadir dari keberadaan sungai terutama sungai yang jernih.
Lebih lanjut, caleg bernomor urut 24 ini mengajukan solusi yaitu pengolahan limbah rumah tangga, khususnya limbah cair bernama Sistem Pengolahan Air Limbah. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 3 yaitu, grey water yaitu limbah cair yang bukan berasal dari kotoran manusia misalnya air cucian, mandi atau memasak, black water yaitu limbah yang berasal dari kotoran manusia.
Khusus limbah ini, masyarakat sudah teredukasi dengan amat baik. Mayoritas rumah di Indonesia sudah memiliki septictank. Terakhir clear water yaitu limbah hasil tetesan AC atau kulkas. Setiap limbah memerlukan cara pengolahan yang berbeda- beda.
Grey Water
Limbah ini harus diberlakkan berbeda dengan limbah yang berasal dari kotoran manusia sehingga limbah greywater tidak boleh di buang di septitank. Kandungan sabun yang ada di limbah ini, mampu membunuh mikroorganisme atau bakteri yang bertugas mengurai limbah manusia. Oleh karena itu, seringkali limbah grey water dibiarkan mengalir secara sembarang ke selokan- selokan, yang pada akhirnya bermuara ke sungai.
Hal ini menyebabkan air sungai menjadi tercemar. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mencegah semakin banyak air kotor jatuh ke sungai adalah dengan menanam tanaman yang bisa menyarap zat pencemar pada selokan. Tanaman tersebut adalah eceng gondok, teratai, lili air dan segala tanaman air berakar serabut.
Cara lainnya adalah membuat System Pengolahan Air Limbah atau SPAL. SPAL adalah salah satu pengelolaam limbah yang murah, mudah dilakukan baik secara perseorangan atau kelompok. Dibutuhkan dua buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Pada bak pengumpul, di beri ruang yang berguna sebagai penangkap sampah, pasir dan minyak. Bak disekat dengan menggunakan kasa setebal satu centimetre.