Lihat ke Halaman Asli

Pencak Silat, Jurus Rancak Asli Nusantara

Diperbarui: 14 November 2018   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Euforia pesta olahraga Asian Games boleh terus dipelihara meski sudah berlalu. Bagaimana tidak, untuk kegiatan yang positif ini bangsa Indonesia jadi lebih kompak ditengah suhu bernegara yang sedang sumuk. Pada Asian Games 2018 lalu telah diselenggarakan empat puluh cabang olahraga yang diperebutkan oleh 40 negara termasuk Indonesia dengan total jumlah atlet dan officialnya hampir 16.000 orang.

Diantara empat puluh cabang olah raga ini tidak semuanya "asli" Indonesia. Artinya olahraga ini berkembang dan dimainkan awal mulanya bukan di Indonesia seperti Skuas, Anggar, Bisbol dan Softbol. Tapi sama seperti music, olahraga adalah bahasa universal yang boleh dipelajari dan dimainkan semua orang.

Bicara soal olahraga local dan "impor", Pencak Silat adalah cabang olahraga asli Indonesia yang diperlombakan pada Asian Games 2018 untuk pertama kalinya. Selain pencak silat ada empat cabang olahraga asli Indonesia lain, yaitu Tarung Drajad, Sepak Takraw, Pacu Jalur dan Pathol.

Menurut laman resmi Asian Games, bela diri ini adalah yang tertua dari Indonesia. Konon persebarannya mulai abad ke-7 dan memiliki beratus gaya dan jurus di seluruh Indonesia. Namun begitu, gerakan dasar dari Pencak Silat adalah menghindari bahaya, pukulan, sapuan, bantingan dan tendangan. Masih mennurut laman Asian Games, Pencak Silat juga bukan soal menang atau kalah menghadapi musuh, tapi bagaimana sang pesilat mampu membawakan gaya atau jurus dengan indah. Tentu ini melalui latihan fisik dan mental yang tidak mudah. Pencak Silat memang bukan semata urusan fisik. Olahraga ini juga sarat dengan ajaran spiritual atau ilmu kebatinan. Logikanya kira-kira sama dengan pameo latin Men Sanna In Corpore Sanno, dalam tubuh yang sehat atau kuat terdapat pula jiwa atau pikiran yang sehat. Artinya kekuatan fisik juga harus diimbangi dengan kekuatan mental atau psikologis.

Di Indonesia, khususnya di Jawa Timur terdapat dua perguruan pencak silat besar yaitu Perguruan Setia Hati (Terate) (PSHT) dan Pagar Nusa yang berafiliasi dengan Nahdatul Ulama. Keduanya banyak memiliki murid dan basis di kota-kota di Jawa Timur. Bahkan logo atau symbol kedua perguruan ini kerap terukir atau terlukis disudut-sudut kota. Menurut laman boombastis.com yang ditulis Chandra, Pencak silat Setia Hati didirikan oleh Ki Ngabehi Soeromihardjo (Eyang Suro) pada tahun 1903 di Kampoeng Tambak Gringsing, Surabaya. Sebelumnya aliran pencak silat ini bernama aliran Djojo Gendilo Tjipto Muljo. Kemudian Eyang Suro mendirikan perguruan silat bernama Persaudaraan Setia Hati di Desa Winongo, Madiun pada tahun 1917. Pada tahun 1948, organisasi pencak silat ini resmi dinamakan dengan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan berkembang hingga hari ini. 

Sementara itu Perguruan Pagar Nusa menurut sumber didirikan lebih muda, yaitu periode tahun 1985. Pendirian Pagar Nusa bertujuan melatih santri menjadi pendakwah yang alim dan saleh, tetapi juga tangguh dan tahan uji. Pagar Nusa adalah akronik dari Pagar NU dan Bangsa. Pagar Nusa adalah sebuah formula baru dari pelajaran kanuragan dan kebatinan yang dahulu menjadi salah satu pelajaran penting untuk santri sekaligus mewadahi perguruan-perguruan silat di lingkungan NU.

Salah satu "pendekar" yang lahir dari perguruan silat adalah Bambang Soepijanto. Bambang Soepijanto lahir dari keluarga tentara di Situbondo Jawa Timur. Ayahnya seorang Madura dan menjadi anggota Mobrig atau Mobile Brigade (Brimob) di Jawa Timur.

Bambang besar di lingkungan mess tentara yang serba disiplin. Ayahnya menyuruh Bambang untuk berlatih silat sepulang sekolah, Bambang belum boleh makan siang sebelum berlatih silat.

Kedisiplinannya itu yang kiranya membawa Bambang Soepijanto hingga ke jabatannya sekarang. Kariernya memang tidak instant, ia memulai sebagai Petugas Lapangan Penghijauan golongan II di desa Kepek Gunung Kidul yang saat itu minus air, hingga akhirnya menuntaskan jabatannya yang terakhir Staff khusus Menteri PAN RB bidang hubungan kelembagaan.

Saat ini Bambang Soepijanto ingin melanjutkan pengabdiannya khususnya pada masyarakat DIY. Menjadi DPD RI perwakilan DIY artinya menjadi mediator bagi aspirasi daerah untuk dibawa ke pusat. Dengan motto "Ngayomi, Ngayemi dan Ngayani" kita berharap padanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline