Lihat ke Halaman Asli

Andai Vladimir Putin Jadi Presidenku

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah bertanya kepada langit, apakah arti pemimpin itu. Langit hanya tersenyum, lalu berkata, “aku ditempatkan Tuhan di sini, di atas kalian semua untuk menahan air dan menjaga bintang-bintang. Aku telah melihat berbagai-bagai rupa manusia, tetapi kini, jika kau wahai anak manusia bertanya kepadaku, maka akan aku tunjukkan apa itu pemimpin.” Lalu langit menunjuk ke arah utara, ke sebuah negeri yang tertutup es dan salju. Ke Rusia, tanah para kafir Komunis.

Rusia negeri putih, dan disana tidak ada beruang berbulu merah. Tanahnya subur di beberapa tempat tapi sangat jelek untuk bertani di tempat lainnya. Rakyatnya pernah berjaya dibawah bendera Marxis-Leninis, tapi setelah komunisme runtuh, negeri itu makin komunis dari yang sebelumnya.

Rusia negeri yang luas, dengan jutaan manusia berbicara dalam ratusan bahasa. Kemiskinan mengintip dari barat daya, sedang musuh-musuhnya meneropong dari seberang gunung dan lautan. Negeri itu sudah ditakdirkan bubar beberapa tahun lalu. Tanahnya digariskan dibagi-bagi kepada Chevron, British Pretolium, Coca-cola, CNN, GM, dan perusahaan-perusahaan jepang. Rakyatnya direncanakan menjadi budak bagi korporasi besar, dan kekayaan alamnya sudah diberikan kepada sekutu paman Sam.

Tapi Rusia lolos dari takdir yang kejam. Dan mereka kini menertawakan garis nasib. Adalah Vladimir Putin, sosok yang datang dari rahim keberanian, yang mematahkan takdir kutukan bagi bangsanya. Kelaparan ia gebuk, kemiskinan ia injak-injak. Kebodohan ia gigit sampai mati dan kemalasan ia angkat lalu masukkan ke kawah gunung Elba. Ia benar, dialah Vladimir Putin, si beruang dari Timur. Auamannya mengerikan dan desau nafasnya api. Sorot matanya berani dan otot-ototnya baja. Kemarahannya adalah neraka dan telunjuknya mampu mengerahkan jutaan pasukan.

Ia remukkan Kaukakus yang berontak melawan Kremlin, dan persatuan serta kesatuan tetap terjaga hingga kini. Oposisi yang ingin mencelakakan rakyat ia cekik sampai binasa, dan dihadapannya Marinir RFR dan laskar Cossack menjadi yang tak tertandingi di belahan bumi Timur.

Dari Ural hingga Leningrad, dari Moldova hingga perbatasan Selat Bering, sebutkan saja namanya. Putin, Putin, Putin, maka seluruh serigala Slavia akan bergemuruh. Dia dibenci Obama, dan seluruh Eropa bermimpi melihat mayatnya digantung di atas kepalanya. Para pengusaha berusaha menusuknya dari belakang, dan seluruh pers dunia yang beradab menyanyikan lagu pujian, agar rakyat Rusia memenjarakan presidennya.

Tapi bangsa Slavia bukan bangsa keledai. Mereka tahu, karena Putin, roti, tanah, dan harga diri telah mereka miliki. Georgia, mantan adik mereka tertipu muslihat tolol Uni Eropa. Berusaha lepas dari pengaruh sang garuda berkepala dua. Mereka putuskan kerja sama dagang sepihak, dan menghina Rusia sebagai bangsa yang suka hidup dibawah diktator.

Dan Putin menjawab semua itu. Tidak perlu sebulan, cukup lima hari, Georgia menyesal selama-lamanya. Dua wilayah mereka diduduki dan kini menjadi negara merdeka. Tentara mereka mengalami petaka. Dan tidak satu negara baratpun datang mengulurkan tangan. Sejak saat itu Georgia sadar, siapa sebenarnya musuh mereka.

Tapi ketotolan Georgia ternyata diikuti Ukraina. Mereka mencari mati, berusaha berbelok arah, berontak atas nama mandiri. Presiden Yanukovych digulingkan paksa, dan bandit-bandit Kiev menekan minoritas Rusia, dan Cossack.

Putin kembali bergerak. Krimea diduduki dan Dhonets masuk target berikutnya. Langit biru menjadi hitam, oleh gerakan latihan militer laskar Laut Hitam. Semua negara barat mengecam, karena memang hanya itu yang bisa mereka lakukan.

Itulah Putin, pemimpin sejati. Siapa berani menyentuh warga Rusia, entah itu di Rusia atau di luar Rusia, mereka akan berhadapan dengan torpedo dan Kalashnikov. Bahkan Amerika sekalipun.

Andai, andai Putin presidenku. Tak perlu belasan mayat TKI tergantung di Arab Saudi. Tak perlu rakyat menangis, hutan-hutan Kalimantan di langgar Malaysia. Dan tak perlu Indonesia geregetan, di hina negeri mungil kerdil kuntet mini Singapura berkali-kali. Andai Putin presidenku, tentaraku akan dihormati dunia. Perusahaan minyakku akan diperhitungkan orang-orang dan negeriku tak akan diludahi orang dengan demikian mudahnya.

Langit….langit… adakah satu orang saja di negeri ini…yang seperti beliau,Vladimir Vladimirovich Putin, Beruang dari Timur?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline