Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Agung Dwi Wardoyo

Belajar di setiap kesempatan, Scripta Manent, Verba Volant.

Orang Muda Katolik dan Hidup Menggereja

Diperbarui: 28 Juni 2021   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi (Sendang Ratu Kenya)

Jika ada sebuah pertanyaan " Siapakah orang muda Katolik? Lalu, apakah peran orang muda Katolik dalam hidup menggereja? Pertanyaan tersebut adalah pernyataan yang menjadi awal cerita saya dari sebuah pengalaman hidup selama 25 tahun. Lahir di sebuah kota kecil tepatnya di Wonogiri, saya merupakan salah satu orang yang dibaptis sejak kecil, itu artinya saya "dibaptis" oleh Roh Kudus ke dalam Tubuh Kristus, yang adalah Gereja.

Selama kurang lebih 25 tahun menjadi Katolik, saya selalu berusaha untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja. Sejak usia 5 tahun, saya sudah diikutsertakan oleh orang tua untuk mengikuti Pendampingan Iman Anak (PIA) atau biasa disebut Sekolah Minggu. Semakin bertambah usia, maka  juga semakin banyak kegiatan menggereja yang saya ikuti, seperti Pendampingan Iman Remaja (PIR) dan pelayanan-pelayanan gereja, di antaranya  menjadi misdinar dan mengikuti kelompok paduan suara.

Baca juga: Gaya Hidup Pemuda Kristen Zaman Sekarang

Mulai duduk di bangku SMP saya mulai mengenal kegiatan mudika  yang sekarang disebut Orang Muda Katolik (OMK). Berawal dari semangat anak-orang muda Katolik di lingkungan untuk berkumpul, seraya menyantap makanan yang disajikan, dan bercanda bersama, terbentuklah wadah inspirasi orang muda untuk berdialog bersama dan  membantu dalam pelayanan di lingkungan dan Gereja. Berjalan kaki melewati bukit, dan kebun tetangga, saya mulai menjemput teman-teman untuk ikut berkumpul bersama di rumah salah satu OMK yang sudah ditentukan sebelumnya. Hujan dan kadang mati lampu tidak menghalangi langkah untuk berbagi cerita bersama saudara-saudara seiman.

 Selanjutnya muncul kegiatan-kegiatan yang kami dapat lakukan saat  berkumpul,seperti: arisan, doa, latihan koor, dan makan bersama.  Kegiatan semacam itu tidak hanya memberi pengetahuan yang lebih tentang Yesus Kristus yang saya imani, tetapi juga  mengajari saya untuk hidup dalam kehidupan sosial. Misalnya, belajar untuk mau berbagi di dalam komunitas itu, meskipun dengan cara yang sederhana.

Dari pengalaman tersebut, saya merefleksikan bahwa kehidupan iman saya terus berkembang dan semakin meluas lingkup untuk mengungkapkan dan mewujudkan iman saya. Awalnya dari lingkup yang kecil: keluarga, lingkungan, gereja, lalu masyarakat.

Pembangunan spiritualitas yang sungguh saya rasakan adalah dari orang tua dan lingkungan sekitar sehingga saya mampu untuk mensyukuri setiap berkat yang Tuhan berikan melalui ciptaanNya. 

Kehadiran orang tua menjadi anugerah Tuhan yang luar biasa. Melalui mereka saya mendapatkan pendampingan dan pendidikan iman saya. Pribadi-pribadi di sekitar lingkungan saya juga menjadi semacam "guru" bagi jiwa saya. Merekalah penampakan wajah Tuhan yang konkrit yang membimbing langkah hidup saya.  

Baca juga: Peran Pemuda Kristen dalam Pemilu 2014

Kaum  muda adalah generasi harapan keluarga, Gereja, Nusa dan Bangsa. Hidup menggereja  diibaratkan sebagai hidup di sebuah keluarga. Di dalamnya kita bisa belajar dari orang-orang dan kegiatan-kegiatan yang diadakan. OMK sepantasnya terlibat akan seluruh aspek kehidupan yang terjadi supaya mereka juga mendapatkan "guru-guru" yang mengasuh dan menumbuhkembangkan iman mereka.

 Secara rohani Gereja diartikan sebagai umat Allah, kita sebagai tubuh, dengan kepalanya adalah Kristus. Artinya bahwa kita hidup bersama dengan Yesus dan ambil bagian dalam Tubuh Mistik-Nya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline