Lihat ke Halaman Asli

Kecerdasan Buatan (AI) Peluang dan Tantangan di Era Digital

Diperbarui: 16 Juni 2024   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann


Kecerdasan Buatan (AI) bagaikan pisau bermata dua di era digital yang tidak lagi dapat dielakkan. Di satu sisi, AI memang menawarkan segudang manfaat yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Namun AI juga akan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi  akan dampak negatifnya, tentunya termasuk di dunia kerja.

Dalam perkembangannya AI telah menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang mampu mengantarkan manusia ke gerbang kemajuan yang sebelumnya terasa mustahil.

Bayangkan AI yang membantu dokter mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat dan mempersonalisasi perawatan pasien, demikian juga dengan AI sekarang telah mampu dikembangkan sistem transportasi yang lebih cerdas dan efisien, seperti mobil self-driving dan sistem manajemen lalu lintas yang adaptif.

Potensi peran serta AI meningkatkan produktivitas, kualitas layanan kesehatan, dan efisiensi berbagai sektor industri menjadi tak terhitung jumlahnya.

Namun, di balik gemerlap potensi positifnya, AI juga menyimpan bahaya tersembunyi. Otomatisasi yang dilakukan AI dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya lapangan kerja di beberapa sektor, seperti manufaktur, perbankan, dan retail.

Hal ini tentu dapat memperlebar jurang kesenjangan ekonomi dan memicu berbagai isu sosial. Dimana
Pekerjaan yang bersifat repetitif dan mudah dipelajari, seperti operator mesin dan kasir, berisiko tinggi tentu akan segera digantikan oleh AI.

Demikian juga manfaat dari AI
dikhawatirkan hanya akan dinikmati oleh segelintir orang, seperti pemilik perusahaan teknologi dan investor, dan akan memperlebar jurang kesenjangan ekonomi.

Selain itu penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab berpotensi memicu pelanggaran privasi, bias algoritma, dan potensi penyalahgunaan, seperti deepfake dan cyberwarfare.

Kecerdasan Buatan atau AI sudah bukan lagi cerita fiksi ilmiah, melainkan kenyataan yang harus dihadapi oleh siapapun.

Maka untuk menanggapi pesatnya kemajuan AI yang dapat mengambil alih pekerjaan yang bersifat repetitif dan mudah dipelajari atau berisiko tinggi, sangat diperlukan kemampuan wawasan keterampilan baru seperti berpikir kritis, kreativitas, pemecahan masalah, dan komunikasi interpersonal akan semakin meningkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline