Hampir tak ada peradaban yang berkembang tanpa adanya proses transfer pengetahuan dari sebuah kebudayaan yang lebih maju.
Perdaban Islam maju dan berkembang pesat serta mencapai puncak keemasan setelah terjadinya proses penerjemahan ilmu pengetahuan dari luar budaya arab.
Penerjemahan karya karya dari Yunani, Persia dan sanskerta ke Bahasa Arab membuka wawasan ilmuwan ilmuwan muslim pada abad kesembilan.
Pun demikian sekarang dengan budaya barat. Kemajuan yang dicapai adalah hasil adopsi kemajuan dunia Islam saat itu.
Keunggulan peradaban Islam saat itu menjadi magnet orang orang belajar di pusat-pusat keilmuan kaum muslimin. Selain itu, transfer ilmu dilakukan lewat penerjemahan dari karya karya ilmuwan muslim pada abad ke-13.
Saat peradaban Islam meredup, benih-benih budaya barat yang mengambil intisari kebijaksanaan Islam mulai menampakan hasilnya. Hingga kini peradaban barat merupakan peradaban paling maju (tentu ada sisi negatifnya).
Benang merah dari tulisan ini adalah, jika kita menginginkan kemajuan dan keunggulan maka harus mau belajar dan mengambil kebaikan dari peradaban peradaban yang lebih maju. Transfer ilmu ini mutlak dilakukan. Tanpa adanya transfer keilmuan dan peradaban tidak akan ada kemajuan.
Dalam proses transfer ilmu inilah dibutuhkan penerjemah-penerjemahan karya dari belahan dunia lain ke dalam Bahasa lokalnya. dengan menerjemahkannya ke Bahasa setempat maka karya-karya orang lain bisa dibaca dengan lebih luas.
Dulu proses penerjemahan harus akrab dengan buku-buku kamus yang tebalnya luar biasa. Untuk mencari sebuah padanan kata yang cocok dan pas untuk satu kata diperlukan dua atau tiga kamus tebal. Repotnya luar biasa. Karena ketebalannya, kamus-kamus yang baik biasanya harganya mahal.