Apa rasanya mudik? Seperti air putih di kala panas. Ya Aroma mudik adalah aroma kasih sayang dan menautkan persaudaraan. Pertemuan dengan saudara menjadi penawar rindu. Makanya tak afdol kalau habis lebaran tak mudik. Karena akan mengadakan perjalanan cukup jauh dan banyak yang akan dikunjungi, maka banyak pula persiapan. Yang paling penting adalah bingkisan buat kerabat di kampung.
Jadilah kami ke Kampung kami di Ciamis. Saat ada orang tua, kami semua berkumpul di rumah orang tua di bilangan Cileueur dekat dengan alun alun. Setelah orang tua kami semua sudah almarhum kami berkumpul di Panjalu. Di rumah Kakak tertua kami. Lokasi kampung Kakak kami itu agak ke dalam. Sebuah desa yang tidak terlalu kecil namun tak begitu besar juga. Kebanyakan penduduknya adalah perantau di kota kota besar di Jawa Barat.
Untuk mudik, biasanya saya memprediksi waktu dan hari agar tak terlalu terjebak dalam macet. Walau infrastruktur cukup digenjot oleh pemerintah, namun kapasitas jalan masih tak bisa seimbang dengan jumlah kendaraan. Karenanya, macet masih terjadi di saat saat puncak. Kawan saya yang juga mudik ke Panjalu, mengabarkan bahwa perjalanan dia ke Panjalu memakan waktu cukup lama dari biasanya. Dia berangkat pagi jam 5 dan baru sampai ke panjalu menjelang magrib. Perjalanan yang melelahkan.
Agar tak terjebak macet yang parah saya biasanya memilih perjalanan malam hari. Alasannya, karena malam jumlah pemudik lebih sedikit ketimbang siang (walaupun terkadang meleset juga). Kedua, malam hari udara lebih adem ketimbang siang. Sehingga dengan keademan cuaca emosi lebih stabil. Ketiga, suasana malam lebih konsentrasi sambil menikmati music dari radio ditimpali suara ngorok dari para penumpang. Keempat,kalau berangkat malam dan perjalanan lancar pagi pagi sudah bisa nongkrong di pinggir kolam sambil makan serabi khas dari alun alun Panjalu atau menikmati kelapa yang baru saja dipetik Mang Atang.
Alhamdulillah perjalanan lancar jaya dan pagi pagi sudah nongkrong di pingir kolam menyaksikan para bocah bocah berenang di pagi yang dingin. Angin semilir dan Suasananya membawa hawa hawa tidur.
Terbawa suasana di kampung, yang adem dan dingin kegiatan pertama adalah istirahat. He he he...secara kalau sopir kan begitu. Saat yang lain bisa tidur di mobil, supir harus melek. Untuk mengganti waktu tidur selama perjalanan, istirahat pilihan tepat. Tentu setelah menghabiskan empat potong ketupat.
Setelah istirahat dirasa cukup, agenda selanjutnya adalah berziarah ke kuburan orang tua. Sebetulnya inilah alasan utama dan penting untuk mudik. Kesempatan berkunjung dan membacakan doa di atas pusaranya secara langsung memang menjadi momen wajib. Selainnya adalah bonus. Kuburan orang tua kebetulan ada di desa Lumbung yang cukup jauh dari Panjalu. Desa itu juga tempat kelahiran orang tua kami jadi banyak saudara yang masih ada dan harus dikunjungi. Jadi ke sanalah kami berziarah dan berkunjung.
Para saudara yang masih tersisa seperti biasa akan menyiapkan tempatnya untuk disinggahi. Sekedar ngobrol bercerita tentang masa lalu atau bercerita tentang saudara saudara yang ada di berbagai daerah. Hidangan wajib di Lumbung adalah seroja. Seroja adalah Camilan khas Ciamis yang terbuat dari tepung beras dan dibentuk seperti kembang seroja. Bentuknya yang cantik ditambah rasanya yang kres kres gurih membuat mulut tak bisa direm menyantapnya. Selain seroja ada lagi kripik kripik khas setempat namun serojalah yang selalu jadi juaranya.
Saat waktu pulang, seroja juga yang jadi bingkisannya. Nah, kalau pulang dari Lumbung itu, bagasi mobil bisa langsung penuh oleh titipan-titipan saudara. Ditolak ndak bisa, namun dibawa menghabiskan ruang. Di sini kejelian dan keahlian menata bagasi menjadi ujiannya. Biasanya solusinya adalah mengikatnya di atas mobil. He he he.
Nah untuk perjalanan seperti ini, selain waktu melakukan perjalanan yang disiapkan, persiapan bekal juga saya coba siapkan. Sengaja tak saya bawa uang cash. Di dompet hanya saya simpan untuk bensin, dan jajan selama perjalanan. Untuk keperluan yang lebih besar dan berbagi THR saya simpan di rekening BRI. BRI dipilih karena jaringan ATMnya hampir merata di pelosok-pelosok. ATM BRI ini pula yang ada di dekat Alun alun Panjalu.
Saat bagi bagi THR pun sampai. Anak saya mengambil dulu uang yang disimpan di rekening. Keberadaan jaringan ATM BRI yang hampir merata meringankan beban dan lebih aman. Tak perlu bawa uang cash dengan jumlah besar di kantong. ATM BRI tak terlalu jauh dari kampung kami. Hanya 10 menitan pakai motor ke Alun-alun Panjalu.